bab 12

39 5 0
                                    

Sepulang sekolah, Pandu dan ke empat temannya langsung pergi menuju tempat diadakannya balapan motor. Pandu sangat antusias, karena dengan balap, semua beban hidupnya lenyap begitu saja. Contohnya saja, beban perasaannya kepada Aril. Sejak ungkapan rasanya kepada Aril kemarin, ia tidak bisa tidur sama sekali. Hingga akhirnya matanya terpejam saat jam menunjukam pukul tiga pagi. Alhasil, wajahnya dihiasi mata panda yang kentara saat ini, serta kantung mata yang terlihat besar.

Sekarang, mereka sedang ngobrol ringan bersama peserta balap yang lainnya. Entah itu tentang motor, sesuatu yang berbau balapan, perempuan atau hal lainnya yang memang menjadi topik pembicaraan laki-laki.

Saat tengah asik berbincang, tiba-tiba ada suara ribut yang datang di arah belakangnya. Pandu menoleh, ternyata Reno. Musuh bubuyutannya Pandu selama ini.

Reno mendekat ke arah Pandu. Dengan santainya ia duduk di depan Pandu sambil tersenyum yang justru membuat Pandu merasa jijik.

"Pandu apa kabar lo?" tanya Reno pada Pandu dengan nada yang penuh keangkuhan dan senyum mengejek.

Pandu tidak pernah suka sama laki-laki yang ada di hadapannya sekarang ini, konflik diantara mereka selalu saja memanas setelah sempat mendingin untuk beberapa saat. Semuanya bermula saat lomba balapan yang diikuti Pandu di Bandung beberapa tahun silam. Reno baru kali pertama mengikuti dan masuk kedalam dunia perbalapan, karena eksistensinya ingin diakui oleh banyak orang sebagai pembalap pendatang baru, maka ia melakukan hal licik untuk memenangkan balapan. Meskipun yang menjadi korban bukan Pandu, tetap saja menurut Pandu itu hal yang sangat memalukan. Menang dengan cara yang tidak fair.

Pandu dengan gamblangnya menyatakan ketidaksukaannya kepada Reno secara blak-blakan. Hingga membuat Reno berfikir bahwa Pandu memang sengaja menantangnya, dan disambut baik oleh Reno dengan terus mengganggunya. Pandu awalnya cuek bebek dengan sikap Reno yang semakin hari kian menjadi, tapi yang namanya manusia tidak akan pernah merasa sabar dalam kurun waktu yang cukup lama. Hingga Pandu merasa kesal dan meladeni sikap Reno yang kekanak-kanakan. Hingga sekarang konflik itu masih terus berlanjut.

"Seperti yang lo liat sekarang, gue baik." jawab Pandu sekenanya malas jika harus berdebat dengan bedebah semacam Reno ini.

Reno menepuk bahu Pandu seringan kapas. "Gimana kalo kita taruhan?" tanya Reno dengan alis yang terangkat sebelah.

"Ga usah banyak bacot lo! Mau apa heh?" tanya Pandu geram karena Reno terus saja memancing emosinya keluar.

"Selo men, kalo gue menang, gue mau lo cium kaki gue, tapi saat lo lagi cium kaki gue, gue mau ada yang foto trus gue upload tu foto, biar semua orang tau siapa sebenernya Pandu si pecundang itu." tantang Reno sambil merentangkan kedua tangannya dan mengahadap ke kerumunam orang-orang yang tengah memperhatikannya.

"Well kalo gue menang, gue mau ludahin muka lo sepuasnya. Biar semua orang tau, siapa sebenernya yang pecundang di sini, lo? Apa gue?" setelah Pandu menyebutkan taruhannya itu. Semua orang yang ada disana langsung bersorak-sorai. Mungkin ini akan menjadi balapan yang panas untuk Pandu dan Reno.

"Emang gila ya tuh si Reno," kata Fahmi sambil mengepalkan tangannya "Perasaan tu orang ga pernah ada puasnya gangguin si Pandu, heran gue." lanjutnya lagi.

"Kita liat aja siapa ntar yang menang," kata Danu enteng sambil menegak habis minuman kaleng nya.

***

Balap akan diadakan sepuluh menit lagi. Semua peserta tengah mengganti pakaiannya dengan baju khusus balap motor. Tidak membutuhkan waktu lama, kini semua peserta telah duduk manis diatas motornya. Suara deru knalpot memekakkan telinga. Tapi bukannya merasa terganggu, justru penonton semakin bersemangat untuk menyemangati pembalap favoritenya.

With You (Pandu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang