Bab 15

37 4 8
                                    

Aril's POV

Aku berjalan menyusuri koridor sekolah. Ya pagi ini belum terlalu ramai, entah mengapa makhluk setengah astral seperti mereka sangat malas datang pagi ke sekolah. Justru mereka sangat senang melambatkan dirinya untuk datang ke sekolah. Sungguh ironis bukan para pelajar Indonesia? Sangat bertolak belakang dengan negara maju seperti Jepang misalnya. Yang tidak akan membuang waktu secara cuma-cuma.

Oke, kembali ke topik semula. Kini aku menaiki tangga menuju lantai 2 sekolah, dimana kelasku berada. Aku menyelipkan bagian rambutku ke balik telinga. Rambut panjang memang bagus tapi terkadang sangat sulit untuk dirawat. Maybe, rambut pendek bukan ide yang buruk.

Ngomong-ngomong aku pergi ke sekolah diantar papah, jangan pikir kalau aku akan diantar Pandu, karena itu tidak akan pernah terjadi.

Aku telah sampai di depan kelas lalu aku masuk dan menduduki bangkuku dengan Abin. Bicara soal Abin entah mengapa akhir-akhir dia sering datang terlambat dan suka pulang terlebih dulu.

Tok-tok-tok

Suara pintu diketuk. Aku menoleh ke sumber suara, dan aku mendapati seorang perempuan manis sedang tersenyum ke arahku memamerkan lesung pipinya yang menggemaskan.

"Kak Aril ya?" tanyanya padaku. Aku berjalan menghampirinya tidak enak kan jika bicara saling berjauhan.

"Ya, ada apa?" tanyaku balik.

Ia tersenyum lalu membuka reslering tasnya, ia merogohnya lalu mengeluarkan sebuah, kotak makan?

"Ini ada titipin buat kakak, kalau gitu saya permisi kak," katanya sambil berlalu pergi.

"Eh-- makasih ya!" aku berteriak padanya.

Aku kembali memasuki kelas. Aku melirik jam dinding yang terletak di atas papan tulis. Pukul 06:30 tapi kelas masih kosong. Kemana tuh orang-orang? -batinku.

Aku kembali menatap kotak makan yang kini telah terpampang jelas di depan mata. Aku membolak-balikan kotak makan itu, berharap ada petunjuk siapa yang mengirimkan itu untukku tapi nihil. Tidak ada sama sekali.
Lalu aku membuka tutupnya, sudah jelaslah sekarang isi dari kotak makan tak bertuan itu. Ada dua potong sandwich, satu kotak susu, dan satu buah jeruk. Aku mengerutkan keningku heran.

Tuut-tuut-tuut

Ponselku bergetar, aku mengambilnya dan tertera...

'Pandu is calling'

Tanpa membuang waktu aku mengangkatnya.

"Udah dimakan? " tanyanya diujung telfon.

"Hah?"

"Hah hah hah! Gue nanya malah jawab hah!"

"Eh haha jadi yang ngirim kotak makan ini elo?"

"Iya gue."

"Ngapain sih? Repot-repot segala?" tanyaku.

Aku melirik pintu kelas, ternyata sudah banyak yang datang.

"Itu sebagai tanda terimakasih gue, karena kemaren lo udah bantu obatin luka gue."

"Selo aja kali! Lagian gue ikhlas kok! Masa ia gue biarin cowok gue bonyok-bonyok gitu?"

"Ohh lo takut gue ga ganteng lagi gitu? Setelah muka gue bonyok-bonyok?"

With You (Pandu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang