Bab 9

48 5 0
                                    

Aril berjalan riang menaiki tangga, entahlah, hari ini Aril sangat merasa senang. Apa mungkin karena Pandu? Apa mungkin Aril telah menumbuhkan benih cintanya pada Pandu? Aril tidak tau, yang pasti ia tak mau perasaan seperti ini lenyap begitu saja bak ditelan bumi.

"Dianterin siapa Ril?" Aril berhenti menaiki anak tangga, dan melihat kebawah. Ternyata sudah ada Ardhian dan Anita (orang taunya Aril) yang menatap Aril penuh selidik. Bukan dalam artian menyelidik untuk menguliti karena anak gadisnya pulang sama pria remaja yang entah siapa itu, melainkan menyelidik penuh godaan.

"Pacarnya ya Ril?" tanya mamanya sambil menaik turunkan alisnya membuat Aril blushing.

Aril menundukkan kepalanya, berusaha menyembunyikan wajah nya yang merah seperi tomat rebus. "Ih mamah sama papah apaan sih? Dia bukan siapa-siapa Aril kok suer deh," katanya berusaha membela diri, sambil mengangkat tangannya membentuk huruf V.

Papanya merangkul pinggul mamah Aril, "Masa bukan siapa-siapa muka kamu merah gitu? Hayoo ga ngaku ya sama papah mamah?"

"Ihh papah itu cuman temen Aril," katanya sambil melangkah pergi meninggalkan orang tuanya.

"Siapa sih Ril? Kenalin dong sama papah," teriak papahnya di bawah tangga tetap merangkul pinggang istri tercintanya.

"Au ah papa nyebelin!" Aril berteriak dan menghilang dibalik pintu kamarnya.

Papah dan mamah Aril tertawa terbahak-bahak melihat gelagat putrinya yang malu digodain.

"Papah jadi inget masa muda kita mah, pasti kayak Aril deh," mamanya Aril mencubit pinggang suaminya yang membuatnya meringis kesatikan. Mentang-mentang sudah sembuh dari sakitnya, Papahnya Aril kembali seperti biasa. Sering menggoda.

"Ga anak ga ibu sama-sama malu kalo digodain. Hadeh ada-ada aja," ucapnya lagi sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

***

Esoknya disekolah, Aril sudah dikerubuni oleh teman-teman seperjuagannya. Dan dalam waktu istirahat. Sejak tadi teman-temannya menarik paksa Aril untuk mengikuti mereka menuju kantin. Padahal hari ini dia lagi males banget ke kantin.

Aril mendudukan bokongnya dikursi favorite mereka jika pergi ke kantin. Aril menatap satu per satu temannya yang menatapnya dengan tatapan yang entahlah sulit diartikan, hingga membuatnya jengah sendiri.

"Kalian ngapain sih? Liatnya gitu banget?" akhirnya Aril bertanya sambil menyeruput es jeruknya mang Abas. Minuman favorite Aril disekolah, tapi terkadang ia juga sering rindu minuman yang satu ini jika libur sudah tiba.

Gita menggebrak meja, membuat Aril melotot ke arahnya. "Jujur sama gue kemaren lo kemana?" tanyanya penuh selidik.

Aril cengo, membuka mulutnya lebar, "Apaan sih? Kemana, kemana? Kalian kan tau gue pergi ke toko buku," jawab Aril.

Saat hendak meminum kembali es jeruk nya, Abin dengan sengaja mengambil alih es jeruk milik Aril dan meminumnya tanpa sisa, membuat Aril kembali melongo melihat tingkah teman-temannya yang terkesan aneh?

Abin mendekatkan wajahnya ke wajah Aril, "gue ngecium bau-bau ketidak wajaran disini."

Cukup Aril sudah pusing dengan tingkah laku mereka hari ini.
" to the point aja, kalian mau ngomong apa?"

Ardel menganggukan kepalanya seolah berkata, "oke".

"Kemaren lo jalan berdua sama Pandu?" tanyanya seperti detektif.

"Engga."

"Tapi lo dianterin Pandu pulang?"

"Iya."

"Kalian ketemu dimana? Jam berapa? Ngapain aja?" tanya Ardel lagi kini bertubi-tubi.

Aril menghela nafas gusar.
"Oke oke gua bakal cerita. Jadi gini, kemaren kan gue pergi ke toko buku tuh mau cari novel. Gue pasrah novel yang gue cari kagak ada mulu. Akhirnya gue jalan ke arah rak yang emang belum gue cek. Alhasil gue dapet tuh buku, pas gue lagi jalan mundur. Punggung gue nabrak sesuatu ya gue kaget lah-"

"Lo ko akhir-akhir ini sering nabrak gitu sih?" tanya Gita memotong pembicaraan.

"Git kalo ada yang ngomong tuh jangan main potong aja ih gabaik tau. Lanjutkan Ril," Manda menasehati.

Aril menarik nafasnya dalam, lalu mulai menceritakan lagi. "Gue liat kebelakang ah ternyata si Pandu, ke betul an dia juga lagi nyari buku. Nah disitu gue laper perut gue bunyi. Si Pandu ngetawain gue. Akhirnya dia narik tangan gue, gue bayar dulu buku gue. Lagi, si Pandu narik gue sampe di kafe pinggir Toko buku. Kita makan sambil cerita-cerita dikit tentang pelajaran. Nah karena waktu udah sore, dia ngajak gue balik, awalnya gue mau naik angkot. Cuman dia keukeuh mau anterin gue. Jadinya gue balik sama dia. Gitu ceritanya."

Manda menepuk pundak Aril, "Masih ada yang belum lo ceritain?" tanyanya. Bener-bener deh, emang ga bisa ngelabuin entok satu ini.

"Iya-iya sekarang Pandu mau jemput gue didepan. Mau ajarin ekonomi dia."

Sontak semua temannya berteriak seperti tarzan, membuat makhluk setengah astral yang ada di kantin menatap tajam kearah mereka. Mungkin mereka terganggu?

"Ga nyangka gue bentar lagi lo mau ngelepas status jomblo lo."

"He em, pasti fans-fans lo pada sakit hati tuh."

"Tapi lo cocok ko sama Pandu suer deh. Cantik dan ganteng."

"Cuman kayaknya si Pandu rada cuek gitu ya?"

"Orang si Pandu belum pernah pacaran," jawab Ardel santai

"What?" ucap mereka bebarengan.

"Tau dari mana lo?" kini Aril yang bertanya penasaran.

"Abang gue."

Aril hanya diam tak mengeluarkan suara lagi.
Masa ia Pandu belum pernah pacaran? Dia kan ganteng, keren lagi. Gue juga yakin dia itu most wanted. Masa ia ga tertarik sama sekali  sama cewek-Aril membatin.

***

Yuhuuu part 9 kelarrrrrrr.

Maaf ya kalo di part ini ceritanya pendek. Lagi ingin aja soalnya bahahaha:v

Jangan lupa mbak sama masnya di vote sama comment hehe;)

Follow @mydini dan ig @dinimln

See you next part honey:*

Full love
Dini💋

With You (Pandu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang