Di tengah lorong sepi bersama langkah sepasang sepatu pelan yang hampir tidak terdengar bunyinya, menyusuri barisan ruangan tertutup. Suara ramai dari dalam yang sedang berlangsung kegiatan pembelajaran teredam. Sedikit menimbulkan rasa sungkan jika suara ketukan sepatunya ikut serta menambah bising. Sorak riuh yang semakin terdengar begitu mendekati pintu yang dituju, berubah dalam bentuk pikiran-pikiran yang memenuhi benak. Belum lagi perasaan gugup tiba-tiba naik menggerogoti. Pemilik sepasang sepatu yang berjalan pelan tadi mengangkat tangannya ragu, ingin mengetuk pintu yang ada di hadapannya saat ini.
Ketukan yang tidak lambat tidak pula cepat sebanyak tiga kali dilakukan. Begitu suara berat yang memperbolehkannya masuk, ia membuang napas sebelum menariknya lagi. Knop pintu diputarnya perlahan kemudian ia dorong lambat hingga terbuka penuh. Serentak saja semua pandangan dalam ruangan itu menuju kearahnya.
"Oh kamu si anak baru itu. Ayo ke sini, berdiri di tengah-tengah," instruksi suara berat yang tadi memperbolehkannya masuk. Tangannya melambai mengajaknya ke tengah untuk berdiri di sampingnya. Pemilik sepasang sepatu itu mengeratkan pegangannya pada ransel, kepala yang sempat ia tundukan mulai mengangkat dan berjalan menuju tengah kelas menghiraukan bisik-bisik sesaat ia masuk.
"Ehem, ehem ...." Guru tersebut berdeham beberapa kali, berharap menertibkan suasana saling berbisik. Walau kenyataannya tidak begitu berhasil, lantas dia berkata, "Sepertinya hari ini kalian kedatangan teman baru, silakan perkenalkan dirimu."
Lengan guru barunya mempersilakan maju selangkah ke depan. Matanya mulai menyapu dari ujung kiri sampai ke ujung kanan kelas, ia menatap keseluruhan kemudian menyetel senyum kecil. "Selamat pagi semuanya, aku Huang Renjun dari China," ucapnya lantang begitu membuka mulut. Ia menarik napas sebentar melihat reaksi murid-murid di hadapannya sebelum melanjutkan, "Aku baru pindah ke sini karena mengikuti orangtuaku yang dipindahtugaskan, semoga kita semua bisa berteman." Pertahanan senyum kecil yang menetap di wajahnya meningkat jadi senyum lebar sekaligus mengakhiri perkenalannya.
"Baik Renjun. Apa kalian ada pertanyaan untuk Renjun?"
"Wah, kamu kelihatan manis sekali, Renjun!" pekik murid berambut pirang dengan kulit agak coklat diikuti sahutan serta siulan lain yang menyetujui ucapannya.
"Sudah-sudah semuanya. Renjun, kamu bisa duduk di sebelah Donghyuck, murid yang tadi mengoceh. Donghyuck angkat tanganmu! Dan pinjamkan juga catatanmu agar Renjun dapat mengejar ketertinggalan pelajaran."
"Siap Pak!" balas penuh semangat Donghyuck yang tidak hanya mengangkat tangan, tetapi mengangkat seluruh badannya sampai berdiri. Sekelompok murid tertawa keras akibat antusiasmenya sedangkan gurunya bersikap tak acuh pada satu muridnya yang suka heboh.
Renjun mengangguk. Sekarang sepasang sepatunya tidak ragu segera melangkah menuju sebelah Donghyuck yang melambai antusias. Menyuruhnya cepat-cepat menempati bangku yang kosong tersebut.
Tepat setelah Renjun menempati bangku itu, pemuda di sebelahnya mengulurkan tangan. "Hai aku Donghyuck, tapi kamu bisa memanggilku Haechan," ujar Haechan riang. Renjun tersenyum tanpa sadar kemudian membalas uluran tangan Haechan.
Mereka saling bertatap penuh minat sembari menjabat tangan. "Aku Renjun, senang berkenalan denganmu," katanya.
"Senang berkenalan denganmu juga, Renjun. Akan pinjamkan seluruh catatanku nanti, hehe." Haechan terkekeh. Sedikit menggugah lawan bicaranya turut mengeluarkan tawa.
"Terima kasih, emm ... Haechan. Mohon bantuannya ya." Kepala Renjun menunduk kecil. Senyum yang sudah tersemat di wajahnya kini merambat hingga matanya ikut tenggelam tersenyum.
Dia menepuk-nepuk pundak Renjun lalu berujar, "Tentu, tentu, jangan sungkan. Oh iya panggil aku Haechan saja jangan pakai tambahan, oke?"
Belum sempat Renjun menjawab, Haechan sudah meneruskan kata-katanya lagi. "Ah gemas!! Kamu imut sekali tau, Renjun! hehehe," kekeh Haechan melihat Renjun yang tampak canggung dan malu-malu itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/138664431-288-k177824.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
✔ Dilemme XXX [NoRen] Revisi
Fiksi Penggemar"Between a Rock and a Hard place" Dilemme; est un raisonnement qui, partant de la disjonction de deux propositions. Lee Jeno memang masih seorang siswa menengah atas tingkat dua. Usianya sudah mencapai umur kedewasaan tapi dia tidak...