3. How is it coincidence in the same path?

7.3K 885 167
                                    

"Tinggal dua menit lagi! Ayolah cepat selesai!" gerutunya sambil sesekali memperhatikan jam di pergelangan tangan.

"Ada apa? Kamu lagi terburu-buru?"

"Tidak juga sih, hanya ... ya siapa yang tidak senang jika kelas segera berakhir? Apalagi bebas dari pelajaran Pak Kim yang killer ini."

Renjun memalingkan wajah malas. Sepertinya kenal dengan Haechan bagai bertemu teman lama selama bertahun-tahun. Satu hal yang pasti harus diingatnya adalah tidak menggubris serius ucapan Haechan. "Aku kira ada sesuatu yang buat kamu harus terburu-buru."

Pemuda itu menggeleng kepala bangga. "Tidak, tidak, aku cuma ingin cepat sampai di rumah hehe."

Lagi-lagi dia terkekeh. Kalau Renjun niat menghitung, mungkin sudah ada tiga digit kekehan yang Haechan keluarkan kurang dari 12 jam. Lantas ia menanggapi sekenanya, "Ah iya-iya Haechan."

Sorak sorai siswa-siswi akan penutup pembelajaran oleh guru mereka terdengar bersahutan keras dengan bunyi bel di seluruh lingkungan sekolah. Haechan dan Renjun juga termasuk murid yang langsung mengemasi barang-barang mereka dan keluar kelas berdampingan. Sebelum satu suara bersumber dari pintu mengacaukan sukacita pulang sekolahnya Haechan.

"Hoi, Haechan!" teriak siswa tersebut dari mulut pintu memanggil Haechan.

"Oi Jihoon! Ada apa?" Anak supel yang suka berjingkrak ini dengan semangat menghampiri Jihoon.

"Itu Pak Jung minta kamu ke ruangannya. Dia bilang ada perlu soal pendataan klub seni yang ikut lomba nanti."

Namun, apa daya kesenangan Haechan bisa cepat-cepat pulang masih harus tertahan. "Ah! Harus sekarang juga?" protes Haechan tidak terima.

"Pak Jung sih bilangnya pulang sekolah, ya berarti sekarang. Ayo cepat!" Siswa bernama Jihoon itu pun masuk ke kelas menarik Haechan yang tampak menggerutu, sedikit menyumpahi guru yang memperlambat waktunya pulang.

Haechan menyempatkan mengirim sinyal pertolongan di tengah kakinya yang ogah melangkah ke dalam dan tubuhnya yang tertarik-tarik. "Renjunie sepertinya kita tidak jadi pulang bersama! Maaf, kamu pulang duluan saja yaa!" teriak Haechan dramatis yang masih diseret Jihoon.

"Iya, tidak apa-apa Haechan!" balas Renjun melambaikan tangan pada Haechan yang semakin ahli penuh tingkah banyak drama saat terseret Jihoon. Ia menggeleng kasian tapi tertawa juga melihat kejenakaan Haechan. "Sekalian juga sih, aku menghafalkan jalan menuju rumah," monolog Renjun begitu kakinya melangkahkan keluar kelas.

Renjun menatap setiap sudut jalan yang ia lalui dengan saksama, mencoba mengingat jalan-jalan dan setiap lekuk yang akan ia lewati setiap hari kedepannya. Dengan mengeratkan pegangannya pada ransel, Renjun mengembangkan senyumnya menyusuri jalanan.

Jumlah belokan di ingatan Renjun hampir buyar menghadapi banyaknya tikungan yang rata-rata menyebabkannya tersasar. Hingga tiba di sebuah belokan sepi, Renjun menghentikan langkahnya ketika terdengar bunyi sepatu yang ikut mendadak berhenti. Lantas kepalanya segera menoleh ke belakang, tetapi hanya mendapati jalanan kosong. Dari tampak kiri dan kanan ia tidak menemukan apa pun. Renjun pun mengedikkan bahu tak peduli kemudian melanjutkan perjalanan kembali.

______________

[Aku akan pulang terlambat, sepertinya]

Usai pesan yang diketiknya terkirim, pemuda dengan tatapan yang menawan menaruh smartphone-nya di saku celana. Jalanan lengang di depan membuat dia terlena melanjutkan perjalanan dengan santai. Kadang kala pemuda ini menghentikan langkah dan mulai kembali berjalan dengan ringan. Meski jalanan lowong, dia tidak melepaskan perhatian yang entah bagaimana munculnya, menjadi hal menarik di depan. Sedikit banyaknya membuat dia menunggu sambil sesekali berhenti.

✔ Dilemme XXX [NoRen] RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang