Sudah lebih dari sepuluh kali, terhitung dari satu jam yang lalu, Figo bertanya kepada Alya apakah pacarnya baik baik saja atau membutuhkan sesuatu. Dan jawabannya sama, tidak disertai gelengan kepala singkat oleh Alya.
Figo memang tak pernah salah pilih. Alya adalah pacar pertama dan cewek pertama yang dapat membuatnya gila seperti ini. Alya adalah gambaran sosok cewek penyabar, baik, tidak keras kepala, dan segudang sifat baiknya yang sangat kontras jika dibandingkan sifatnya yang grasak-grusuk, keras kepala, dan lain lain.
Pintu terbuka dan menampakan dua orang yang membawa kantong plastic berlogo salah satu minimarket terkenal. Figo hanya menampilkan senyuman singkat kepada sang cowok dan menampilkan tatapan sinisnya kepada cewek dibelakang sang cowok.
"Jangan natap adek gue kayak gitu, duh." Sungut Arash kesal sambil mendekatkan cewek yang Figo kenal bernama Ara di sisi Arash. Figo mendengus kecil dan berlanjut menatap wajah Alya yang dipenuhi kedamaian walau dalam keadaan kepala yang diperban dalam kata lain sedang sakit.
Apa yang dikatakan Arash bahwa Ara adalah adiknya itu tidak dalam secara harfiah mereka berdua adalah kakak beradik, hanya saja Ara yang tidak lain adalah anak dari teman atau kolega Papanya membuat secara tidak langsung mereka menjadi kenal satu sama lain dan sejak accident tempo hari, mereka berdua jadi dekat dan Arash selalu menjaga Ara dari amukan dan sindiran Figo yang terkadang terlalu over.
"Ara, cookies yang kamu bawa kemarin itu enak banget, lho. Jadi nggak enak aku sama kamu setiap hari harus repot bawain makanan." Alya menampilkan senyuman hangatnya yang membuat raut tegang di wajah Ara perlahan luntur digantikan senyuman, walau masih sedikit kaku.
"Yakali gitu doang repot. Harusnya dia gantiin posisi kamu aja sekalian biar dia ngerasain gimana rasanya operasi." Figo menyindir Ara. Lagi dan lagi.
Arash mengacungkan tangannya kedepan muka Figo, "Heh, udah gue bilangin jangan nyindir kayak gitu lagi. Itu mulut belum pernah rasain di tonjok sama gue ya?"
"Udah. Nggak inget lo tahun lalu pernah nonjok gue gara gara gue ngilangin tongkat baseball?."
"Segala dijawab, anjing! Itu gue nonjoknya pelipis ya bukan mulut."
"Nanti kalo nggak gue jawab, dikira gue ngacangin dan gue dimarahin lagi."
Arash yang lelah dengan debat mulut singkat tadi lebih memilih mengabaikan ucapan Figo dan beralih menatap Ara yang berdiri diam tak tahu harus melakukan apa.
"Kak, ini aku bawain makanan lagi buat kakak. Semoga suka deh." Ucap Ara dengan tangan yang menjulurkan paper bag berwarna cokelat muda polos berukuran sedang kepada Ayla, dan Ayla dengan senyumannya pun menerima paperbag itu sebelum mengucapkan terimakasih.
"Lain kali kamu nggak perlu repot repot, Ra. Udah ada suster kan yang nyiapin makanan aku." Balas Ayla tak enak.
Ara menggeleng sungkan, "Justru aku yang seneng kalo kakak makan masakan aku. Hehehe." Tatapan Ara dengan takut takut beralih menatap Figo, "Gue juga bawa makanan buat lo kak. Semoga suka."
Figo mengangkat sebelah bibirnya dan memandang Ara dengan tatapan merendahkannya. "Nggak berniat ngeracunin gue kan lo? Pacar gue aja hampir lo bunuh, jangan jang—"
"FIGO! Kalo gue bilang berhenti tuh berhenti. Gue yakin lo masih bisa dibilangin pake Bahasa manusia kan?"
Figo mengangkat kedua bahunya acuh dan memilih untuk memainkan ponselnya. Ayla yang tak enak dengan perbuatan pacarnya kepada Ara pun mengucapkan kata maaf kepada Ara yang disambut Ara dengan senyuman manisnya. Sedangkan, Arash sibuk mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya dan melemparkan begitu saja barangnya kepada Figo setelah ia mendapatkannya.
"Mungkin itu bisa jadi alasan pasti agar lo nggak ngerendahin Ara lagi."
Dengan helaan nafas malas, perlahan Figo membetulkan posisi duduknya dan meletakan ponsel yang dimainkannya kembali ke nakas. Baru ia membaca judul kumpulan kertas yang dibentuk menjadi sebuah jilid-an, dirinya sudah tertawa merendahkan dan menatap Arash yang sedang menatapnya juga.
"Nggak di bikin bikin kan ini?" Tanya Figo seolah olah meragukan keaslian dokumen tersebut.
"Lo pikir gue bisa malsuin tanda tangan polisi sama kepsek. Lagi pula disitu udah di legalisir."
Kertas pertama ia buka dan menampilkan catatan kronologi kejadian atau kecelakaan Alya yang sudah dirangkum dengan sangat rinci disertai catatan waktunya. Di lembar selanjutnya, ia menemukan catatan penting dari beberapa saksi yang dimintai keterangan. Di lembar kelima yang ia buka, dinyatakan beberapa barang bukti dan dahinya mengernyit dalam karena ada kejanggalan yang selama ini menjadi alasan untuk menyalahkan Ara.
"Gimana? Udah jelas belum?" Tukas Arash.
Tanpa memperdulikan ucapan Arash, Tangannya kembali membuka lembar terakhir yang menjadi kesimpulan accident tersebut. Dan Figo mati kutu ditempat saat melihat di paragraph kesimpulan, disana dinyatakan bahwa Ayla murni kecelakaan dan murni atas keteledorannya sendiri.
"Lo manipulasi bukti kan, Ar?" Selidik Figo di depan Arash dengan mata menatap tajam.
"Pikir dengan otak lo ya, Go. Apa gue bisa manipulasi bukti yang jelas jelas penyelidikannya dilakukan pure oleh kepolisian?"
"Gue yakin ini ada yang nggak beres—" Tatapannya berpindah kepada Ara yang menghela nafasnya lelah dengan sifatnya yang bebal, "Lo juga nggak usah keburu seneng gara gara ini bukti dan dibela Arash."
"Kak, lo liatkan jelas jelas yang buat Kak Alya jatuh itu gara gara kertas bening jilid-an, dan kertas yang gue bawa sama sekali cuma kertas biasa yang presentase orang buat kepeleset dengan kertas tersebut dalam keadaan basah itu lebih kecil ketimbang kertas bening tersebut." Jelas Ara membantu Arash yang baru saja ingin membuka suaranya.
Arash menepuk bahu Ara beberapa kali, "Itu baru adek gue. Liat aja tuh orang bisa tahan berapa lama untuk nggak minta maaf sama lo." Arash mengacak rambut Ara dengan sayang dan merangkulnya untuk pamitan kepada Alya.
"Al, gws ya. Cepet cepet sembuh deh biar gantian lo yang ngerawat otak gesreknya Figo." Ujar Arash yang mendapatkan pelototan kesal dari FIgo, namun ia tak mengindahkannya.
"Sip deh, hati hati ya, Arash, Ara."
Ara dan Arash kompak mengangguk dan keluar dari ruangan tersebut.
"Mereka berdua lebih cocok jadi pacar daripada main di Kakak-adik zone." Alya tersenyum menatap kepergian kedua orang yang ia anggap lucu itu sedangkan Figo langsung mencibir mendengar perkataan yang keluar dari mulut Alya.
***
(962 word)
KAMU SEDANG MEMBACA
BLAME ON ME
Teen FictionHanya seorang Ara, Figo dan Arash yang mengerti apa yang ada di dalam teka teki hidup mereka. Ara Deandra. "Gue akhirnya tahu kenapa lo batu kayak gini. Karena arti nama lo itu keras kepala!." - Arash Narakan "Kenapa hidup gue harus dimasukin orang...