"Kalau kamu nggak konsen dan nggak fokus kayak gini mending keluar dari lapangan dan istirahat." Pak Arya memberikan kompensasi kepada pitcher kesayangannya itu untuk mengambil waktu istirahatnya.
Figo mengangkat kepalanya dan menaikan sebelah alisnya kepada Pak Arya. "I'm okay, Pak. Just continue your evaluation." ujarnya dengan senyum menenangkan
Pak Arya menggelengkan kepala tidak setuju dengan penolakan dari Figo. "Take a rest and take your time. Go now."
Jika sudah seperti ini, Figo pun tak berani menolak apa yang diperintahkan oleh gurunya itu. Dengan langkah gontai, dirinya pun mengambil tas ransel yang ia letakan di loker ruang ganti dan pergi meninggalkan ruangan setelah pamitan dengan Pak Arya dan teman temannya.
"AH, PAK ARYA! SAYA JUGA SAKIT NIH PAK. GIMANA KALAU SAYA PULANG AJA PAK." jerit seorang laki laki bernama Bobby yang langsung dihadiahi geplakan di pipi oleh Arash dan juga Ian yang berada di sampingnya.
"Heh, ngga ada alibi yang lebih bagus lagi ya?"
"Bob, mending lo pulang sana minta maaf sama emak lo di rumah. Kayaknya lo kesambet setan deh gegara banyak dosa sama ortu."
"Nggak beres emang otaknya Bobby mah."
Jika bukan karena Pak Arya yang mengiterupsi berbagai ledekan yang keluar dari mulut anak anak didiknya ini mungkin mereka semua hanya akan menghabiskan waktu latihan untuk bergurau saja. Setelah dua setengah jam menyelesaikan latihan dan evaluasi tambahan dari Pak Arya, akhirnya para anggota tim diperbolehkan pulang.
"Aje gile aja nih udah jam setengah delapan." ujar Matt yang baru melihat jam di ponselnya.
Mengingat sudah larut malam seperti ini, Arash jadi harus bergegas untuk membereskan barang barangnya dan pulang kerumah karena ia ingat besok akan ada posttest di jam pelajaran Biologi dan Kimia.
Baru saja ia ingin menjalankan motornya keluar dari lingkungan sekolah, matanya tak sengaja menangkap sesosok cowok yang tengah duduk bersandar di tembok beton dengan kaki yang ia tekuk. Arash memincingkan mata dan terus mengawasi gesture dari sesosok cowok tersebut.
Awalnya memang dirinya tak mengenali cowok tersebut, namun ketika cowok tersebut mengangkat kepalanya, akhirnya Arash tahu siapa orang tersebut. Figo. Untuk apa cowok itu berlama lama disini? Padahal ia sudah disuruh beristirahat oleh Pak Arya dua jam yang lalu.
Arash pun akhirnya mematikan kembali mesin motornya dan segera turun dari motornya itu untuk menghampiri Figo. "Woy, Bro. ngapain disini malem malem? Mau prank gue ya?" tanya Arash tak bisa menutupi rasa penasarannya.
Respons dari Figo pun sepertinya tidak sesuai dengan apa yang Arash harapkan. Cowok itu hanya melirik Arash sekilas dan kembali membuang muka disertai dengan helaan nafas yang cukup keras.
Arash mengangkat sebelah alisnya dan merangkul Figo dari samping, "Nggak biasa-biasanya Arfigo Alderan galau kayak gini."
Figo pun dengan kasar melepaskan tangan Arash yang panjang itu dari pundaknya. Dirinya menatap langit dengan pandangan menerawang dan kosong, membuat Arash seketika digerogoti rasa takut akan keabsurdan sahabatnya itu.
"Bentar lagi gue nggak bisa bersama lagi sama Alya." ucapnya secara tiba tiba membuat Arash menengok ke arahnya dengan tatapan menyeledik. Ini anak kobam atau kerasukan sih? Bikin pusing aja elah!
"Hah? Gue nggak ngerti maksudnya apa."
"Lo bisa nggak ngejalanin LDR di negara beda benua?"
"Lo nanya sama gue, Go?"
KAMU SEDANG MEMBACA
BLAME ON ME
Teen FictionHanya seorang Ara, Figo dan Arash yang mengerti apa yang ada di dalam teka teki hidup mereka. Ara Deandra. "Gue akhirnya tahu kenapa lo batu kayak gini. Karena arti nama lo itu keras kepala!." - Arash Narakan "Kenapa hidup gue harus dimasukin orang...