Hari ini guru-guru sedang sibuk untuk mempersiapkan rapat dikantor, setiap kelas diberikan tugas sebagai pengganti jam kosong di kelas.
"jam kosong nih, ke kantin yukk" ajak ara.
"boleh juga, yaak ikutan yuk" ucap alin.
"kalian aja, aku lagi males mau kemana-mana" ucap ku sambil memainkan handphone.
"sampe kapan sih yak kamu mau sedieman gini?" nada bicara ara mulai meninggi.
"sudah-sudah biar kita berdua aja yang ke kantin" kata alin berusaha meredahkan suasana.
Semua kursi dikantin dipenuhi dengan anak-anak yang sedang makan, hanya ada satu kursi dan meja panjang yang kosong.
"nah kita duduk disana aja" ajak alin melihat ada satu meja yang kosong.
"baiklah" sahut ara.
alin dan ara berjalan menuju sebuah kursi meja panjang yang kosong di kantin. suasana tampak canggung dirasakan mereka berdua karena tidak biasanya mereka berjalan dan makan berdua biasanya ada raya yang ikut bergabung dengan mereka. Keduanya hanya sibuk dengan gadget mereka masing-masing, kemudian ara memecahkan kecanggungan.
"kenapa sih raya jadi kayak anak kecil begini?" katanya dengan raut wajah cemberut.
alin terlalu sibuk memainkan handphone nya sampai tidak mendengarkan apa yang di ucapkan ara.
"lin denger gak sih!" ucap ara sambil menarik handphone dari tangan alin.
"dia cuman gak mau sweater nya itu sampe rusak udah itu aja" tegas alin.
"tapi kan itu bisa di cuci"
"kamu gak ngerti ra, sini kembalikan handphone ku"
ara tampak kebingungan dengan apa yang telah di ucapkan alin. tak lama kemudian ara nampak sangat terkejut dengan adanya segormbolan anak laki-laki.
"eh itu ... itu dia" tunjuk ara pada segerombolan pria yang baru memasuki kantin.
"apasih lo ra"
alin terlalu sibuk men-scroll handphone nya sampai tak menghiraukan ucapan ara.
"aduh stop dulu main handphone nya coba liat dulu kesana"
"haisssssh.. apaan sih itu cuman segerombolan cowok-cowok biasa ra"
"haaahh kamu ini lin bukan itu maksud ku, itu tuh salah satu di antara mereka ada laki-laki yang waktu itu numpahin eskrim di sweater nya ara" jelas ara.
"serius? yang mana" alin nampak sangat terkejut dan penasaran dengan ucapan ara.
"tuh kan hilang, kamu sih lemot banget responnya"
"ya kan aku gaktau"
ara nampak sangat kesal hari itu kepada alin yang sangat tidak memperhatikan ucapannya, alin terlalu sibuk memainkan gadgetnya sampai tidak mau menghiraukan perkataan ara.
"kok dia bisa ada disini ya?" ucap ara dengan ekspresi cemberut.
"anak baru mungkin" jawab alin.
"masa sih? sejak kapan dia pindah kok kita gaktau ya?"
"emang harus gitu kalo anak baru laporan ke kita? kan gak penting ra"
"tapi dia itu penting lin, dia lah penyebab kenapa raya sampe sekarang masih marah sama gue" tegas ara.
sosok laki-laki tersebut masih menjadi misteri di dalam pikiran ara dan alin tidak ada yang tau dari kelas mana laki-laki tersebut. Ara dan alin bergegas meninggalkan kantin dan pergi menuju ke kelas untuk menemui raya dan memberitahu kabar tersebut.
"yaaak raya" panggil ara dengan suara ngosh-ngosan.
"raya ada berita penting" ucap alin.
aku tidak menghiraukan sedikitpun perkataan alin ara.
"aduh raya plisssss kali ini dengerin aku dulu" ara mencoba membujuk ku yang masih marah padanya.
"iya apa??" jawab ku.
"jadi begini tadi itu saat kita makan di kantin, ara liat cowok yang waktu di taman numpahin eskrim lo" sambung alin.
"terus? penting gitu?" jawab ku dengan jutek.
ara dan alin terkejut dengan ekspresi dan respon yang diberikan raya mereka hanya saling bertatap dan bingung harus mengatakan apa.
"kita bales dendam aja!" suara ara tampak terdengar sangat bersemangat.
"males!".
"ayoolaaah yaaaak jangan gini terus kenapa" bujuk alin terdengar tampak lesu sekali.
"iya jadi aku harus gimana? cari tahu tentang dia terus minta ganti rugi gitu, aku udah gakmau bahas masalah ini lagi aku udah males" suara nampak terdengar gemetar.
"kita disini cuman mau buat lo semangat lagi yak, aku tau kalo sweater itu pemberian dari almarhum ayah mu, tapi cobalah untuk menerima jangan karena masalah begini kamu jadi mau menghindar dari kami" bentak alin.
ara nampak terkejut dengan perkataan alin. Ara sungguh tidak mengetahui jika sweater itu pemberian dari ayahnya dan yang paling mengejutkan ara tidak mengetahui jika ayah raya sudah tidak ada lagi. Ara termenung sejenak sambil diam dan menatap ke arah raya.
"kenapa kalian gak ada yang cerita masalah ini? aku juga temen kalian" bentak ara.
suasana menjadi sangat mencekam kami bertiga terdiam dan salinng menundukkan pandangan. alin memecahkan susasana dengan perkataannya.
"maafkan ra, bukan maksud untuk tidak bercerita tapi ini demi kebaikan bersama"
arapun menteskan air mata lalu memeluk ku dengan erat.
"yaak maafin aku"
akupun ikut menangis di pelukan ara, aku tak kuasa menahan air mata ini semuanya membuatku mengingat ayah kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Belia
RomanceMaafkan aku yang terlambat menyadari kehadiran mu, perasaan ku yang begitu melekat padanya membuatku tidak menyadari jika kau lebih berharga darinya. ketulusan cinta yang kau beri sangat jauh berbeda darinya, namun perasaan ini sulit sekali rasanya...