[19]Cium

1.5K 111 1
                                        

"GUANLIN BOLOT KELUAR LO." teriak gue begitu sampai di atas atap. Udah malam, dingin lagi.

"Ciyee yang nyariin gue." Goda guanlin yang datang dari belakang dan langsung nyubit-nyubit pipi gue.

"Apaan sih? Gue kira hubungan kita udah berakhir. Gue udah maafin lo." Desis gue.

"Gue mau ngomong, Taa. Kok malah lo yang bawel sih." Dia mengacak-acak rambut gue.

Sumpah ya, kalau dia bukan Guanlin mungkin gue udah minta cium kali saking kangennya. Padahal belum ada 12 jam ya sejak acara mewek-mewekan di sekolah.

"Ya udah ngomong." Gue melipat kedua tangan gue sambil membuang muka menghindari tatapan

"Gue mau ngomong jangan di potong ya." Ia memperingatkan sementara gue masih bertahan pada posisi gue semula.

"Gue nggak ada maksud buat bikin lo sakit hati, Taa. Sorry kalau lo cemburu liat gue sama Lisa."

Cemburu? Watda.. tapi emang iya sih.

"Gue sama Lisa nggak ada apa-apa."

Halah Basi. Klise. Muak. Cowok emang gitu. Kalo udah kepepet aja pasti bilangnya khilaf.

"Lisa baru putus dari pacarnya. Dia sayang banget sama pacarnya dan... gue sebagai mantan pacar sekaligus sebagai adik kelas yang baik gue ngehibur dia. Sumpah nggak lebih."

Terus?

"Gue harap lo maafin gue."

Gitu doang?

Gue bersiap untuk menyemprotnya tapi dia keburu menahan bibir gue dengan jari telunjuknya.

"Gue belum selesai ngomong, Taa.."

"Gue nggak ada niat buat dapetin maaf lo doang, Taa. Gue serius pingin kenal dan dekat dengan lo. Gue... juga sayang sama lo,taa. Bahkan sejak awal gue ngelihat lo di kamar mandi dengan celana dalam pink polkadot itu."

Deg. Sekali. Betewe. Ini kampret. dia naksir gue apa celana dalam gue sih?

"Dan gue nggak nyangka seorang Tata yang cuek bisa jatuh cinta sama gue. Cemburu lagi."

Deg. Deg. Dua kali.

"Lo masih nyimpen gelang boneka perak pemberian gue waktu itu kan?"

Deg. Deg. Deg. Tiga kali.

"Itu hati gue, Ta. Hati gue udah terikat sama lo. Dan gue harap lo juga begitu. Lo... mau jadi pacar gue?"

Deg. Deg. Deg. Deg. Empat kali! Gue yakin sebentar lagi posisi jantung gue melorot ke kaki.

"Kalau lo mau jadi pacar gue. lo pertahanin gelang itu. Kalau nggak. Lo bisa kembaliin ke gue."

Detik itu juga gue nggak bisa dengerin suara jantung gue yang mungkin udah berhenti berdetak saking shocknya.

Guanlin nembak gue!!!

Gue tersenyum sinis dan langsung melepas gelang pemberian Guanlin waktu itu.

"Sorry, Kak."

Guanlin terdiam. Gue juga diam.

"Oh.. oke. No probs." Ia tertawa miris.

"Gue harap lo nggak ngejauhin gue." Sahut Guanlin pelan. "Gue tetap sayang sama lo, Taa. Meskipun lo jelek, bau, dan oon." Bisiknya pelan. Ia berjalan membelakangi gue menuju tangga hingga suara gue menghentikan langkahnya.

"Woy Guanlin bolot, genter, dekil, songong! Gue belum selesai ngomong! Kalo lo serius sama gue pasangin dong gelangnya!" Teriak gue.

Detik itu juga wajah murung Guanlin lenyap dan berganti dengan senyum yang lebaaaar banget. Ia langsung lari ke depan gue dan masangin gelang santet itu.

"Makasih ya, oon."

"Sama-sama, bolot."

"Kok lo nggak merona kayak cewek kebanyakan kalo ditembak?"

"Ngapain gue kayak gitu di depan cowo playboy kayak lo?"

"Wah ketauan lo merhatiin gue terus ya?"

"Kagak."

"Ngaku lo. Ya Tuhan kok pacar gue cemburuan gitu."

"Kayak lo enggak."

"Oon oon."

"Bolot bolot."

"Gue sayang sama lo, oon."

"Iya. Gue tau, bolot."

Heheuu

-tbc-

👇vote👇

Dating By IncidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang