|05| BUKAN PELAMPIASAN

523 100 107
                                    

Biasakan vote sebelum membaca

"Mungkin perhatian kecil darimu yang bisa membuatku bertahan, saat kamu berhasil meremukkan hatiku sampai terluka seperti ini."

***

Hari ini adalah hari yang paling ditunggu-tunggu oleh murid SMA Mulia Bangsa pada umumnya, yaitu dilaksanakannya kegiatan Pekan Olahraga dan Seni. Mereka sudah bekerja keras untuk mempersiapkan dan berusaha melakukan yang terbaik untuk kegiatan ini, jadi tidak heran jika kegiatan Porseni tahun ini benar-benar meriah.

Tapi, hari ini juga, hari yang paling bisa membuat jantung Rena berpacu dengan cepat. Hari yang bisa membuat Rena tidak tertidur semalaman, dan hari yang bisa membuat Rena gugup untuk berangkat ke sekolah. Karena dia akan mencoba melakukan apa yang Dira sarankan, mengungkapkan perasaan yang sesungguhnya kepada si pangeran dingin.

Sebenarnya Rena sedikit tidak enak hati karena kejadian kemarin, kejadian di mana Saka memberi sebuah pertanyaan yang tidak pernah Rena pikirkan sebelumnya.

"Lo suka Adik gue?" tanya Saka. Rena memang terkejut tapi dia berusaha untuk tetap melihat ke depan, entah kenapa dia sangat sulit untuk mengeluarkan kata 'nggak' dari mulutnya dan dia hanya mengulum bibir bawahnya.

Tuhan sangat berpihak padanya, karena saat itu juga mobil Saka berhenti tepat di depan rumah Rena.
"Eh, dah sampai Ka. Thanks ya?" dalihnya, lalu turun dari mobil Saka dan terus berjalan menjauh. Tanpa menoleh dan berusaha mengabaikan apa kemungkinan-kemungkinan yang Saka pikirkan terhadapnya.

Rena menghela napasnya dengan panjang, kini dia sudah berada di depan kelasnya seraya bersandar pada dinding bercat abu-abu, dan tangannya terus meremas ujung bajunya dengan sangat kuat, berusaha mengatur detak jantung yang sedari pagi dia rasakan.

Kali ini dia memang sedang sendirian karena Meisya dan Dira sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing, bahkan koridor ini pun terasa sangat sunyi, sebagian besar siswa-siswinya memilih berada di aula maupun lapangan sekolah untuk menyaksikan berbagai macam perlombaan yang telah dipersiapkan oleh para anggota Osis.

Diintipnya ruang kelas yang nampak sepi dari celah jendela kelasnya dan hanya terlihat sesosok cowok tinggi dengan rambut hitam pekat sedang merapikan tumpukan kertas di atas mejanya, dia mungkin tidak menyadari ada seseorang yang diam-diam memperhatikan.

Rena kembali menghela napasnya lalu melangkah ragu memasuki ruang kelas. Perlahan, sosok yang menjadi pusat perhatian Rena mulai nampak dekat. Angin dari luar jendela pun berhasil membuat cowok itu menyipitkan matanya, terlihat keren memang, Rena kembali terpukau.

Kakinya berhenti tepat di dekat bangku Saka, cowok itu perlahan melihat ke arah Rena dengan tatapan datarnya. Jantung Rena semakin berdetak sangat cepat, bahaya.

Bibir mungilnya sedikit bergetar, dia gugup setengah mati, mungkin saat ini dia terlihat sangat pucat di hadapan Saka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bibir mungilnya sedikit bergetar, dia gugup setengah mati, mungkin saat ini dia terlihat sangat pucat di hadapan Saka.
"Apa?" tanyanya, mata Rena langsung melebar.

Rasa dan KarsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang