|25| MASALAH

294 29 1
                                    

Biasakan vote sebelum membaca

Selamat membaca!:)

"Jangan seenaknya ambil keputusan!"

***

Hari kian larut, Dino mulai mengetuk-ngetuk meja dengan jarinya karena gelisah. Matanya melihat ke arah ponsel dan pintu masuk secara bergantian, sudah hampir dua jam dia duduk di sini tapi orang yang dia nantikan tidak kunjung datang.

"Mau tambah kopinya?" tanya Haruna yang baru datang di dekatnya dengan kemeja putih dan rok hitam khas waitress.

Dino hanya diam saja. Haruna tahu pria itu tidak mendengarkannya karena sangat fokus dengan ponsel yang dia genggam, lalu secara antusias Haruna menuangkan kopi hangat ke dalam cangkir milik Dino.
"Udah jam segini, bentar lagi restoran tutup. Kamu lupa?" tanya Haruna lagi, Dino terlihat terkesiap lalu menjelajah pandangannya ke seluruh ruangan yang memang nampak sepi.

"Udah berkali-kali kan kalian kencan dan Rena nggak bisa datang tepat waktu? Dia sibuk kerja, belum lagi pacaran sama Hironya." celoteh gadis itu.

Dino mengeryitkan keningnya,
"Mereka nggak pacaran!" tegasnya.

"Tetap saja kan, dia yang sering ingkar janji dan kamu yang selalu mengalah?" balas Haruna.

Pria itu kembali terdiam, mencerna ucapan seniornya. Bulan ini adalah bulan ke dua mereka berpacaran, tapi mereka tidak pernah bisa menghabiskan waktu bersama dan kadang membuat Dino iri dengan orang-orang di sekitarnya. Dia dan Rena, apakah mereka benar-benar berpacaran? Dua tahun menunggu, apa belum cukup? Pacaran pun dia harus menunggu lagi? Belum lagi kalau Rena membatalkan janji mereka, Dino harus mengalah? Lagi? Sudah puluhan kali rasanya itu terjadi.

Terdengar helaan napas,
"Jangan sia-siain waktu liburmu, pergi main atau ke mana gitu. Kasihan kamunya." ucap Haruna seraya berlalu pergi.

Dino menundukkan kepala seraya menutup tengkuk dengan kedua telapak tangannya. Perasaan gelisah, kecewa, kesal, sedih, bercampur menjadi satu.

Tiba-tiba suara derab sepatu terdengar mendekat ke arahnya. Dino mendongakkan kepala, betul itu orang yang sedang dia tunggu-tunggu.

Rena langsung menarik kursi dan duduk menghadap Dino dengan napas yang tidak beraturan,
"Maaf ya? Aku telat lagi." ucapnya.

Maaf lagi? Batin pria itu.

Dino menghela napas,
"Kita harus bicara!" ucapnya.

"Apa? Eh, kamu udah pesan?" tanya Rena seraya meraih buku menu lalu membukanya.

Pria itu langsung menghentikan tangan Rena dan membuat gadis itu menoleh, menatap Dino.
"Aku serius." ucapnya lagi.

"Ya udah, bicara aja." balas Rena.

"Kamu bisa lu--"

Drrttt drrtt

Terdengar suara getaran dari ponsel Rena, gadis itu pun meraih benda itu dari dalam tasnya.

"Bentar-bentar." ucapnya pada Dino, lalu tangannya menggeser tombol berwarna hijau di layar itu.

"..."

"Apa? Iya iya. Aku ke sana." ucap Rena, membalas panggilannya.

Dia segera memasukkan ponselnya dan beranjak dari kursi yang dia duduki,
"Aku harus pergi, nanti bicara di telpon aja."

Sebelum benar-benar pergi, tangan Rena berhasil dicekal Dino, membuat langkah gadis itu berhenti.

"Kamu batalin waktu kita lagi?" tanya Dino tidak percaya.

Rasa dan KarsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang