"Days without her."
***
Semenjak ditinggal Nahee seminggu yang lalu, Jinyoung jadi berubah. Dikit-dikit marah, apa-apa sensi. Ya gitu deh pokoknya.
Tiap hari dia selalu dateng ke rumah Nahee, kalau Daniel gak berhasil, seenggaknya dia usaha lebih, dia tanya juga ke orang-orang yang kerja di rumah Nahee.
Kasihan, tapi hasilnya nihil. Gak ada yang kasih tahu Nahee pergi kemana.
Mungkin kalau itu bukan karna Nahee, Jinyoung pasti udah nyerah. Sungguhan, berat banget rasanya. Susah.
Tapi dia gak mau putus asa. Kalau dia putus asa sekarang, gimana Nahee mau balik lagi sama dia?
Gak, gak. Dia harus semangat. Dia harus nepatin janjinya biar mereka bisa balik kaya dulu lagi. Iya, demi Nahee.
Agak jahat sih Nahee minta pembuktiannya, sampai bikin Jinyoung jadi hilang arah gitu.
"Jin, kamu mau kemana lagi?" Tanya Nyonya Bae ngelihat anaknya yang udah mau pergi lagi.
"Mau cari Nahee lagi, Ma."
Nyonya Bae diem, dia juga sempet marah sama anaknya waktu tahu apa masalah yang lagi ditanggung anaknya itu. Dia udah sayang banget sama Nahee, jadilah Nyonya Bae kesel banget dong. Tapi dia juga gak tega ngelihat anaknya yang kaya kehilangan semangatnya waktu ditinggalin pergi sama Nahee. "Yaudah, makan dulu sini," ajaknya.
"Males, Ma. Nahee belum aku temuin."
"Ya kalau kamu gak makan, nanti jadinya sakit dan Nahee makin susah ditemuin."
Akhirnya Jinyoung nurut. Berpikiran kalau yang diomongin sama Mamanya itu bener.
"Makan yang banyak, biar kuat nyari Naheenya," ujar sang Mama sambil ngusap kepala Jinyoung sayang. "Kalau udah ketemu, Nahee jangan dijahatin lagi."
"Maaf, Ma. Jinyoung gak sadar kalau Jinyoung nyakitin Nahee," sahut Jinyoung sambil nundukin kepalanya.
"Ngapain minta maaf sama Mama? Ya minta maafnya sama Nahee, dong."
"Mama 'kan sayang banget sama Nahee, takutnya Mama marah ke Jinyoung juga."
"Mama marah sih, tapi ngelihat kamu yang nyari Nahee sampai segininya Mama jadi gak marah lagi," sahut Nyonya Bae. "Kamu emang harus diginiin biar sadar, Jin."
"Iya, Ma. Jinyoung udah sadar dan Jinyoung udah janji bakalan buktiin ke Nahee kalau Jinyoung sayang sama dia. Banget."
***
"Nahee! Ikut liburan lah gue. Boleh ya?" Jihoon heboh waktu nerima videocall Nahee via skype.
Nahee lagi di luar rumah sekarang, dia baru aja pulang dari sekolah yang jadi tempat pertukaran pelajarnya. Mainan salju dan bikin Jihoon langsung manyun lucu karna iri banget. Mama sama Papanya cuma kasih libur tiga hari, mana itu mulai liburannya waktu udah mau masuk sekolah lagi.
"Ayolah sini, hehehe," jawab Nahee sambil nyengir. "Gue kesepian sih, tapi disini seru banget," lanjut Nahee heboh.
"Gak usah nambah pamer-pamer lagi ke gue, kambing."
"Lah jahat dia, gue dipanggil kambing," sahut Nahee. "Dasar ibab."
Jihoon kesel lah dipanggil babi. Muka dia langsung merah nahan kesel. "Awas aja kalau lo pulang. Gue cemplungin lo di ciliwung."
"Uh, atut," sahut Nahee sok-sokan takut. "Woojin mana?"
"Dibawah. Ada Jinyoung yang nanyain kita udah tahu belum lo dimana," jawab Jihoon enteng sambil benerin poninya lewat kamera.
"Heh?!" Nahee bingung. "Puter kameranya, gue mau lihat!"
"Males!" Jihoon langsung nyahutin dengan nada sedikit dibuat galak. "Pulang lo makanya. Sok-sokan banget, tai."
"Jihoon," rengek Nahee sambil masang tampang melas.
"Lo tuh bego banget jadi cewek, heran gue. Udah disakitin juga, masih aja kaya gini," omel Jihoon tapi langsung jalan ke balkon rumahnya. Gak lupa dia muter rotasi kameranya, biar Nahee bisa lihat keadaan Jinyoung.
Mata Nahee membulat. Cowok itu jauh lebih kurus dari yang terakhir dia lihat. Lingkar matanya kelihatan ngegembung dan hitam, saking parahnya Nahee aja bisa lihat. Padahal itu Jihoon di balkon atas.
Kelihatan Jinyoung lagi mohon-mohon ke Woojin yang masih pura-pura gak tahu Nahee dimana. Woojin ngesedekapin badannya dan nyender ke pagar, sedangkan Jinyoung kelihatannya lagi ngebujuk Woojin gitu.
"Jihoon," panggil Nahee.
"Apa?"
"Lo turun dong, tapi jangan dimatiin. Lo pakai earphone ya?"
"Tukang suruh," sahut Jihoon kesel. Dia bukan kesel karna dimintai tolong, tapi dia kesel sama Nahee yang bego banget.
"Bilangin dia suruh pulang," ujar Nahee waktu Jihoon masih jalan buat turun ke bawah. "Jangan dibentak-bentak ya."
Jihoon cuma diem dan masukin hapenya ke kantong celananya. Dia udah pura-pura dengerin lagu ceritanya. "Lah?"
"Hoon, bantuin gue, please. Kasih tahu, Nahee dimana?"
"Ckk. Gue juga gak tahu Nahee dimana," sahut Jihoon males. Sedangkan Woojin cuma diem aja diposisinya.
"Lo pasti tahu, Hoon. Gak mungkin lo gak tahu. Kalau lo gak tahu, lo gak mungkin sesantai ini."
"Suruh pulang, Jihoon," suara Nahee mulai kedengeran lagi dari earphone-nya.
"Mending lo pulang aja. Lihat badan lo udah kaya gitu, gak usah maksa," ujar Jihoon dingin.
"Gak. Nahee dimana?!"
"Bilang. Gue perginya makin lama kalau dia masih ngeyel," timpal Nahee lagi.
"Dia bilang kalau semisal lo masih ngotot kaya gini, dia makin lama perginya. Yang sewajarnya aja lo, jangan sampai nyiksa diri gitu."
"Lo lagi telepon sama dia ya?" Tanya Jinyoung sambil mincingin matanya.
Detik berikutnya Jinyoung langsung berusaha ngerebut earphone yang Jihoon pakai.
Jihoon kelabakan lah, bisa gawat kalau ketahuan. "Apaan sih? Gak ada! Lo pulang sana!"
"Hoon, please, biarin gue ngomong sama dia. Semenit, gue janji."
Diujung sana Nahee udah gigitin jarinya. Dia takut ketahuan kalau dia lagi teleponan sama Jihoon, tapi dia juga penasaran sama Jinyoung.
"Pulang gue bilang. Nahee bilang 'kan, hitungin aja dia pergi berapa lama. Jangan maksa," sahut Jihoon dan langsung masuk. Diikuti Woojin yang udah gak ngomong apa-apa lagi.
"Jangan berpikiran lo mau pulang sekarang, Kang Nahee."
"Ckk. Kenapa kasar banget sih ke dia?"
"Lah, bodo amat," sahut Woojin.
"Ckk," kedengeran suara decakan Nahee. Kelihatan dari layar hape Jihoon kalau mata cewek itu udah berair.
"Cengeng," sahut Woojin. "Udah kek biarin. Biar dia usaha."
"Ya tapi gak gitu."
"Masih untung tangan gue gak melayang, 'kan?"
Yang namanya Park Woojin, tolong, kepalanya batu banget. Bikin Nahee pengen ngejedukin aja kepalanya.
"Baik-baik disana, belajar yang bener. Jangan mikir kalau disana tuh cuma main-main aja. Gak usah mikirin Jinyong juga."
"Woojin," rengek Nahee.
"Iya, iya. Tangan gue gak bakalan melayang," sahut Woojin sambil muterin bola matanya males.
"Hati-hati disana, jangan pergi malem-malem sendirian."
"Iya, bawel."
Sorry, Jinyoung. Lo harus kuat ya? Tahan dikit lagi. Gue juga gak kuat sebenernya, pengen pulang :(
-tbc-
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️] Why Him? - Bae Jinyoung
Fanfiction"Emang bener kok apa kata orang, yang namanya 'mantan' nggak akan pernah bisa jadi yang namanya 'sahabat'." ©slrmoon - 2017