Bagian 16

5.3K 283 1
                                    

"Kasian Ana, pasti dia kecapekan. Yaudah makasih ya tumpangannya, kalian pulangnya hati-hati." Ucap Vanny saat Rio sudah sampai di depan rumahnya.

"Oya Van." Tahan Bagas.

"Nomerku baru, yang lama sempet hangus. Bisa minta nomernya lagi gak?" Tanya Bagas sambil menyengir.

"Ekhm." Dehem Rio menggoda keduanya.

Vanny meraih ponsel Bagas dan memasukkan nomer ponselnya disana.

"Udah."

"Oke makasih Van."

"Oke. Kalian pulangnya hati-hati ya. Bye." Pamit Vanny sebelum turun dari mobil Rio.

"Kamu cantik Van, tapi sayang aku belom berani nembaknya. Gatau kalok udah ada yang nikung." Ucap Bagas sambil menempelkan wajahnya di kaca mobil.

"Jangan di jilat-jilat, abis di cuci nih." Ucap Rio menjaili Bagas.

"Gak sampek aku jilat juga kalik, kayak apaan aja." Jawabnya kesal, sedangkan Rio malah tertawa melihat perubahan wajah Bagas.

***
"Thanks buat hari ini bro, salam buat Ana juga ya. Nanti aku kabarin lagi soal tadi. Hati-hati pulangnya." Ucap Bagas sebelum turun dari mobil.

"Oke, santai aja kalok sama aku mah." Jawab Rio.

Lalu Bagas keluar dari mobilnya, dan Rio kembali melajukan mobilnya. Sedangkan Riana masih setia menutup matanya tidur. Rio berniat untuk berhenti sebentar di salah satu apotek untuk membelikan obat nyeri haid beserta obat penambah darah untuk Riana.

Selesai membeli Rio kembali masuk ke dalam mobil dan Riana masih tertidur disana, berlahan Rio mengusap rambut gadis disampingnya dan mengecup kening Riana lembut.

"Ini alasanku gak bisa jauh dari kamu An, karna kamu masih butuh aku buat jaga kamu, kalau sewaktu-waktu kamu sakit."

***

"Gak tau buk, aku bingung. Rio sama Vanny beda sekolah." Ucap Bagas dengan seseorang lewat telphone.

"Terus kapan kamu mau masuk ke sekolah lagi? Alasan aja kamu ya, di izinin ke Jogja bukannya belajar yang bener malah banyak alasan biar masuknya di undur-undur. Ibu minta keputusanmu sampai besok pagi, kalau belom juga ada keputusan, biar ibu bilang budhe buat pilihkan kamu sekolah." Omel ibunya, Bagas hanya mengelus dada sabar. Ia benar-benar dilanda kebingungan.

Haduh, ibuk pakek gak kasih kesempatan mikir dulu. Baru nyampe tadi pagi.

"Heh di ajak ngomong diem aja. Lagi batin tentang ibuk ya!" Bagas gelagapan, ia langsung menjawab akan segera memberi tahu jawabannya besok pagi. Lalu ia pamit untuk mengakhiri telphonenya.

"MasyaAllah. Perasaan baru sampek tadi pagi, gak di kasih kesempatan santai-santai dulu apa." Bagas melempar ponselnya ke kasur dan meraih handuk untuk mandi.

***

Rio sampai di rumahnya. Melihat sang bunda sedang sibuk menyiram tanaman, Rio bermaksud untuk mengagetkan bundanya dari belakang.

"Assalamualaikum." Ucap Rio tiba-tiba sambil memeluk bundanya dari belakang.

"Waalaikumsalam. Ngagetin aja. Kok gak kedengeran kamu pulang." Ucap ibunya yang masih menyiram tanaman di halaman belakang.

"Bunda mah kalok udah berurusan sama tanaman kesayangannya, Rio di lupaiin." Jawabnya sambil memanyunkan bibir, berusaha cute di depan bundanya.

"Kamu itu makin lebay aja. Mana mungkin bunda samain kamu sama tanaman. Jelas lebih penting kamu lah sayangnya bunda."

Rio menyengir dan melendoti bundanya.

Silent ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang