Bagian 40

4.9K 255 8
                                    

Vote dulu sebelum baca
#mulmed Nando

***
Jam menunjukkan pukul 6 pagi. Tiba-tiba Nando terbangun dari tidurnya karna sudah merasa tak nyaman dengan posisi tidur sebelumnya. Ia melihat kanan-kiri, keadan rumah sakit masih sepi namun beberapa perawat masih berlalu lalang masuk ke kamar pasien.

Lalu Nando beranjak dari duduknya, mencoba melihat keadaan Riana. Tangannya berlahan membuka gagang pintu, hingga akhirnya kakinya melangkah mendekat dengan ranjang gadis itu. Terlihat jelas Rio masih tertidur dengan posisi duduk di samping badan tangan Riana.

Melihat keadaan Riana yang masih belum sadarkan diri, membuatnya semakin sedih. Berlahan tangannya mengusap poni yang menutupi mata gadis itu. Nando mendekatkan wajahnya dengan wajah pucat Riana.

"Kamu lama juga ya tidurnya." Lirih Nando dengan suara yang sangat pelan.

Nando melirik Rio yang belum ada gerakan.

Lalu matanya kembali beralih ke Riana. Ia tersenyum sejak 6 tahun terakhir ia tak pernah sedekat ini dengan Riana.

"Cepet sembuh Riana. Nanti aku balik lagi." Dengan ragu Nando mendekatkan wajahnya hingga bibirnya mengecup kening Riana.

***
"Nanti sepulang sekolah kita jenguk Ana ya." Vanny menoleh sambil memasukkan bolpennya ke tempat pensil.

"Ana emangnya kenapa?" Tanya Vanny, kini mereka sudah duduk semeja. Membuat Bagas semakin betah untuk berangkat sekolah.

"Anemianya kambuh, kasian banget pokoknya. Rio sampek stress mikirinnya."

"Kok kamu gak bilang semalem. Yaudah nanti kita jenguk ya." Jawab Vanny lalu beranjak dari duduknya setelah Bagas mengangguk setuju.

"Yok ke kantin."

Lalu Bagas kembali menarik tangan Vanny untuk kembali duduk.

"Jadi begini ceritanya, tadi pagi kan gak ada yang masakin aku sarapan. Terus aku inisiatif sendiri buat masak sendiri. Sekalian bawain bekal buat kamu. Nah, jadi hari ini kita irit dulu ya." Ucap Bagas sambil tangannya merogoh kotak bekal.

Vanny terkekeh.

"Emang kamu bisa masak?" Tanya Vanny meremehkan.

"Weits, ngece ya." Ucap Bagas laku membuka tutup bekal, menampakkan nasi goreng dengan telur mata sapi di atasnya.

"Mending langsung di cobain aja deh." Lanjut Bagas kegirangan melihat hasil karyanya sendiri.

Dengan ragu-ragu Vanny memasukkan suapan pertama ke dalam mulutnya.

"Mukanya yang ikhlas dong sayang." Ucap Bagas sambil menunggu komentar Vanny. Mata gadis itu terpejam saat mengunyah masakan Bagas.

"Enak." Jawab Vanny langsung memasukkan suapan kedua.

"Kok bisa? Pasti beli ya." Goda Vanny tak percaya.

"Ya ampun, kalok bawaan calon suami idaman ya emang gini. Harus jago masak." Alasan Bagas sambil membanggakan diri di depan kekasihnya.

"Iya-iya. Aku suka, enak. Kamu pinter masaknya." Puji Vanny yang membuat Bagas langsung melendoti gadis itu manja.

"Baper nih baper." Ucap Bagas menyembunyikan wajahnya di bahu Vanny.

"Ini disekolah Bagas, jangan kayak bayi ah." Ucap Vanny sambil menghambiskan bekal dari Bagas.

***
Rio memutuskan untuk tidak masuk sekolah hari ini, karna ia bangun kesiangan dan ingin menunggu Riana, sampai gadis itu siuman. Percuma juga jika ia memaksa masuk sekolah tapi tidak bisa berkonsentrasi.

Silent ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang