Bagian 26

4.9K 247 6
                                    

"Tinggal beberapa hari lagi acara ulang tahun sekolah, semua sudah selesai tinggal menunggu laporan pelengkap dari Rio doang kan? Oke tolong seksi Humas untuk berkeliling di setiap kelas, membagikan kertas angket untuk daftar list yang akan ikut perlombaan sekaligus pensinya. Sehabis istirahat kedua kalian ambil lagi hasil rembuk perkelasnya." Citra dan kedua temannya menerima tumpukan kertas angket untuk pengisian perlombaan dan pensi kelas, dan segera melaksanakan perintah Akbar.

"Oke kak."

***
"Udah Put sabar ya." Nadin mengelus punggung Putri yang masih terbakar emosi karna kejadian di kantin tadi.

"Sampek nanti ketemu lagi, bakal aku habissin dia." Ucap Putri tanpa ampun.

Tiba-tiba anggota OSIS masuk ke dalam kelasnya, mengumumkan perihal acara ulang tahun sekolah beserta lomba dan pensi yang akan di selenggarakan.

"Tolong kerjasamanya semua, kertas angket akan di tarik saat istirahat kedua. Di mohon untuk di persiapkan dan di rembuk kelas baik-baik. Bakal ada hadiah menarik untuk pemenang lombanya." Semua bersorak gembira saat mengetahui beberapa hari lagi adalah acara ulang tahun sekolah. Setelah menerima angket, ketua kelas beserta sekretaris kelas maju ke depan kelas dan memulai rembukkan kelas mereka.

"Siapa nih yang mau maju pensi." Tanya Ketua kelas yang mulai pada pilihan pertama.

"Oke belum ada yang minat, kita tahan dulu. Sekarang ada yang mau ikut lomba kelereng?" Pengurus kelas mulai mencari pemain-pemain dalam lomba, OSIS segaja mengadakan lomba beserta pensi yang mengharuskan seluruh kelas ikut andil. Semua perlombaan sudah terisi lengkap dari perlombaan ringan hingga berat.

"Tinggal pensi nih. Ada yang mau?"

"Bukannya semua udah di tulis ya ikut lomba?? Kenapa yang gak masuk aja?" Saran salah satu anggota kelas dan di setujui oleh sebagian teman-teman kelasnya.

"Eh? Berarti Ana dong? Kasian tauk. Pasti dia gak mau." Sela Ara yang menyadari hanya Riana yang izin hari ini.

"Mau gimana lagi? Tinggal dia yang belom dapet acara."

"Bener tuh."

"Iya setuju."

"Coba dulu lahh."

"Sepertinya gak salah kalok coba buat Ana yang maju pensi. Pasti dia bisa. Selebihnya nanti kita bantu." Ucap Ketua Kelas yang setuju dengan pendapat anggota kelasnya.

"Jadi ini setuju ya yang maju pensi Riana?" Tanya Ketua kelas sekali lagi. Lalu sekretaris kelas menulis nama Riana di papan tulis.

"Banyak yang gak suka sama kamu An. Karna kedekatanmu dengan Rio yang sudah menjadi gosip hangat mereka. Aku bisa lihat dari cara sebagian anak perempuan melibatkanmu untuk maju pensi. Sedangkan mereka tau pasti kamu akan menolak dan menyerah tidak bisa." Batin Nadin yang hanya pasrah pada pemilihan pensi.

***

Riana menyenderkan kepalanya di pundak Rio. Sedangkan Rio sibuk dengan ponselnya sembari menyusun laporan lewat smartphone untuk menyicil pekerjaannya.

Riana menegakkan badannya dan melirik ke arah Rio. Hampir dua jam lebih mereka berada di taman, Riana dengan sabar menunggu Rio menyelesaikan tugasnya. Riana beranjak dari duduknya, Rio masih fokus pada kerjaannya.

Berniat untuk membelikan Rio minuman ataupun cemilan, pria itu sudah ikut berdiri sambil membuntuti Riana dari belakang. Dengan pandangan masih fokus pada ponsel.

"Rio."

"Kamu mau kemana?" Rio mulai melihat ke arah Riana.

"Beli minum. Kamu disini aja." Rio mengangguk dan kembali pada duduknya dengan pandangan kembali pada ponsel.

Silent ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang