Bagian 51

4.6K 252 6
                                    

Hari Jumat pukul 15.45
Bagas menjemput Rio di depan sekolah pria itu, dengan mobil Rio yang sempat ia bawa. Sudah hampir setengah jam ia menunggu, tapi Rio belum juga menampakkan batang hidungnya padahal ia datang tepat saat bell sekolah Rio bubar.

Tiba-tiba ponselnya berdering, menampakkan nomor yang tidak di kenal. Tanpa pikir panjang Bagas menerima panggilan masuk pada ponselnya.

"SEKOLAH RIANA!! SEKARANG!" Teriak seseorang di sebrang sana, terdengar jelas siapa pemilik suara itu, yang tak lain adalah Rio.

"Sial! Dari tadi nongkrong disini, ternyata anaknya udah di sekolah Ana!" Umpat Bagas yang langsung menancap gas mobil dengan kecepatan tinggi.

***
Riana menangis, lengannya berdarah terkena sayattan pisau seseorang yang tak dikenal. Sudah coba Rio kejar, namun sosok misterius itu sudah melesat pergi dengan motor yang di bawa kawanannya.

"Aduh, ini gimana? Kita harus bawa Ana ke rumah sakit." Rahma kebingungan, kejadian tersebut terjadi di sekitarran sekolah. Hingga satpam dan beberapa guru ikut menghampiri Riana yang sudah di kepung kerumunan siswa siswi sekolahnya.

Rio terus menahan darah yang keluar dari lengan Riana. Gadis itu menggeleng tak kuat, sayattan terlihat begitu dalam.

"JANGAN CUMA LIATTIN!! MOBIL MANA!" Teriak Rio yang kini sudah membopong tubuh Riana.

Beberapa orang berlari masuk ke dalam sekolah, ingin membantu mencarikan tumpangan, sedangkan keadaan Riana semakin melemah karna kekurangan darah.

Brengsek! Demian.

Terlalu lama menunggu Rio memilih untuk keluar dari kerumunan dan berlari kecil menuju jalanan besar.

"Tunggu! Ana mau dibawa kemana? Ini udah ada yang-"

"-gak perlu!" Jawab Rio yang kembali berlari menuju jalanan besar.

Cepettan Gas!!!

Sesampainya Rio di pinggir jalan besar, tepat saat mobil miliknya yang di bawa Bagas datang.

Bagas segera turun dan menolong Rio membawa Riana masuk ke dalam mobil.

"MasyaAllah, kenapa Ana?"

"Bisa lebih cepet lagi gak Gas! Nanyanya ntar aja!" Sela Rio yang terus menahan darah Riana.

Mulutnya tak berhenti membaca doa, mengusap keringat Riana yang tengah menahan sakit.

"Sakit Rio.." lirih gadis itu yang terus menitikkan air mata.

"Kamu yang kuat, sebentar lagi kita sampai rumah sakit. Usahain tetep buka mata kamu ya." Bagas terlalu berani menancap gas di atas rata-rata dan menerobos lampu merah saat warna lampu kuning berubah menjadi merah.

Tak butuh waktu lama 5 menit dari titik awal, akhirnya mereka sampai. Bagas menurunkan Rio di lobby dan di bantunya untuk membukakan pintu sambil meneriakki petugas rumah sakit untuk langsung membantu.

Para petugas membawa Riana menuju UGD, dan Rio mencekal satu tangan perawat yang ikut menangani Riana.

"Sus tolong cek persediaan kantung darah golongan A. Pacar saya penderita anemia defensi zat besi, tolong segera usahakan sus, kalau tidak ada saya mohon bantuannya untuk di cari, dan segera hubungi saya." Perawat itu mengangguk mengerti dan berjalan cepat berlawan arah dengannya.

Rio berlari menyusul Riana yang sudah masuk ke dalam duang UGD, seragam dan tangannya sudah banyak berlumur darah.

"BRENGSEK!" Sedetik kemudian Rio langsung menghantam kuat tembok rumah sakit beberapa kali. Tak peduli perhatian banyak orang yang sudah menatapnya takut.

Silent ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang