Bagian 29

4.4K 287 0
                                    

*JANGAN LUPA VOTE DULU SEBELUM BACA:) *

***
"Memangnya salah kalau Ana pacaran dengan Rio?"

"Akusih biasa aja. Lagian itu hak Rio mau pacaran sama siapa aja."

"Beritanya si mereka udah lama pacaran sejak SMP tapi kemarin heboh di kelas 11 IPS2 kalok Rio bilang mereka udah tunangan."

"Seriously?? Sweet banget. Berarti mereka udah serius dong ya?"

"Pastinya. Tapi kenapa mereka harus nyembunyiin hubungannya begini? Secara mereka cocok cocok aja."

"Eh temenku ternyata ada yang satu SMP sama Rio juga. Dan katanya emang benar berita macam begini juga sempet kesebar satu sekolah. Menarik." Nadin yang mendengar percakapan 3 gadis yang ada di toilet itu hanya tersenyum tipis. Nadin mengeringkan tangannya dengan tissu toilet yang sudah di sediakan lalu pergi dari sana.

***

"Aduhh ini pasti udah masuk. Aku makin malu buat masuk kelas."

"Belom Ana. Ini belum masuk." Tenang Thommy.

Riana menghentak-hentakkan kakinya khawatir. Thommy yang menyadari itu semakin mengembangkan senyumnya.

"Kenapa An?" Tanya thommy mencoba untuk tidak tertawa.

"Kenapa-kenapa kita tu udah telat." Riana memberikan tumpukan kelas Thommy ke pria itu setelah Thommy selesai melepas helm dan jaketnya lalu Riana langsung berlari masuk ke dalam gedung.

"Riana! Helmnya."

"MasyaAllah." Riana meletakkan helmnya di motor Rio yang kebetulan hanya beberapa langkah dari ia balik badan kembali ke parkiran.

Thommy sudah melihat Riana berlari kencang masuk ke dalam gedung. Pria itu berjalan keluar parkiran, dan matanya melirik ke arah motor Rio.

***

"Herman!!" Teriak Vanny saat melihat Bagas bertengkar dengan Herman di kelas dan sudah memancing banyak perhatian temannya maupun siswa siswi yang lewat di depan kelas. Karna ini jam istirahat.

"Dia dulu yang mancing emosiku Van!!" Sentak Herman balik.

"Berani-beraninya kamu ngomong sama Vanny!! Barusan kamu jelek-jelekkin dia di depanku!" Satu pukulan keras kembali mendarat di pipi Herman hingga pria itu tersungkur.

"Memang kenyataannya kan? Kamu aja yang tertipu sama sikap dan sifatnya yang sehari-hari di depanmu Gas!!"

"Apa maksudmu!!" Sela Vanny tak terima namanya di bawa-bawa.

Herman berdiri dan tersenyum kecut.

"Gak usah belagak lupa kamu Van. Kamu deketin Rafa cuma karna duitnya kan, sampai kamu bela-belain mau di pegang-pegang sama—"

"HERMANNN!!" Bentak Bagas keras membuat satu ruangan bergidik ngeri. Bagas membanting kursi di hadapannya hingga kaki kursi patah. Meraih kayu di hadapannya dan berancang-ancang akan memukul Herman.

"Bagas udah Gas. Jangan." Spontan Vanny memeluk Bagas dari belakang. Ia sudah menangis sejadi-jadinya. Ia tak mau Bagas sampai membunuh Herman. Karna baru kali ini ia melihat Bagas begitu marah besar.

Bagas membanting kaki kursi yang sempat ia ambil untuk memukul Herman ke lantai. Sedangkan wajah mereka berdua sudah babak belur.

"Minta maaf ke Vanny!" Ucap Bagas pada akhirnya. Bagas meraih tangan Vanny dengan possesif.

"MINTA MAAF!!" Bentak Bagas yang masih tak terima.

"Buat apa? Kenyataannya memang begitu kan?"

"BRENGSEK KAMU HERMAN!!" Bagas menendang meja di sampingnya. Membuat gadis-gadis yang ada di sana menjerit takut. Bagas sudah berubah bak serigala sekarang.

Silent ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang