Ladies' First! 15!

41 10 0
                                    

   "Nona, mari saya dandani dulu.."

   Aku mengangguk sambil berjalan kemeja rias. Gaun putih polos sudah menghiasi badanku. Sudah 4 bulan berlalu, dan sekarang adalah hari pernikahan sohye dan xiyeon.

   Aku takut, aku takut saat orang melihatku hamil tanpa suami. Tapi kenyataan tidak bisa menyembunyikan ku, aku harus menghadapinya. Bahkan hari hari aku tidak pernah keluar rumah sama sekali setelah aku hamil 4 bulan, ini caraku menghadapi semua kenyataan.

   "Nona, kau benar benar sangat cantik.." ucap make over artis yg didatangi oleh seung-woo. Aku tersenyum, "semua wanita itu cantik, kau juga cantik..". Make over artis itu gantian tersenyum, aku berdiri dan melangkah keluar, bersiap ke gereja.

   Aku mengamati jam di ponsel ku, acara berjalan sebentar lagi, aku melangkahkan kaki cepat. Dan langsung masuk mobil pribadi milik keluarga chanyeol.

   Aku siap menerima kenyataan..

***

   "Demi Tuhanku dan bunda maria, aku berjanji akan selalu setia hidup semati di sisi nya.."

   "Demi Tuhanku dan bunda maria, aku akan menjadi pendamping hidup yg baik.."

   Plok..plok..plok👏

   Semua orang bertepuk tangan saat mereka mengucapkan janji suci, aku hanya tersenyum saat melihat senyum bahagia xiyeon, walau hati tidak menginginkannya.

   Hatiku itu lebih munafik daripada ucapan ku. Setelah itu semua tamu pernikahan berdiri untuk menutup acara dengan berdoa untuk pernikahan mereka.

   Tuhan kalau aku masih punya kesempatan, izinkan aku 2 menit tersenyum untuk sebuah kebahagiaan yg tidak kunjung menghadiri ku, aku cukup meminta 2 menit~Zhou Jie Qiong

   Aku mengakhiri doa dengan tanda salib. Aku mengusap air mataku yg tak tahu kapan meluncurnya, sedih memang, tapi aku bukan wanita lemah yg mudah menyerah, aku akan berjuang demi diriku dan anakku.

   Always, Lonely..

***

   "Selamat ya.." aku menyalami sohye, seung-woo, xiyeon, dan chanyeol bergantian. Aku segera menarik tanganku saat bersalaman dengan chanyeol, bahkan aku tidak menatapnya sedikitpun.

   Aku akan berusaha untuk melupakannya, dia sudah punya jalan hidupnya sendiri. Aku langsung pergi meninggalkan acara pernikahan mereka, tidak peduli saat beberapa tatapan mengamatiku yg tidak sopan.

   Aku berjalan gontai diluar, tidak tahu mau kemana. Pulang kerumah? Tidak, suasana dirumah akan membuatku semakin sedih. Mengingat tadi pagi barang barang chanyeol sudah dipindahkan kekamar xiyeon yg bersebelahan dengan kamarku.

   Aku belum siap saat nanti membuka pintu kamar dan melihat chanyeol melintasi kamarku, tidak, aku belum siap.

   Dukk..

   "Aww..sakit!" aku kesandung sebuah batu dan jatuh ketanah, dasar sial. Aku mencopot heels ku dan berdiri, berjalan pelan pelan karna sepertinya kaki ku keseleo. Aku mengamati sekelilingku, aku tidak sadar saat lamunanku sudah membawaku ke sebuah taman dibelakang gedung pernikahan xiyeon dan sohye.

   Lampu lampu taman menjadi penghiasnya, tapi ada sesuatu yg membuat mataku terfokus pada sesosok orang yg sedang duduk di bangku taman yg tak jauh dariku. Aku berjalan menghampirinya.

   "Guanlin.." aku menyapanya saat tiba disampingnya, guanlin menolehkan kepalanya ke arahku. "Pinky..apa yg kau lakukan disini?" ucapnya cepat, aku memutuskan duduk disebelahnya.

   "Duduk disebelahmu.." ucapku menjawab sambil tersenyum padanya, dia mengatupkan bibirnya. "Dan kau, apa yg kau lakukan disini?" tanyaku balik, "Aku tidak suka keramaian.." jawabnya sambil mengamati langit yg penuh dengan bintang dan bulan yg bersinar terang.

   Bulan itu seolah sinar lampu panggung yg menyorot aku dan guanlin. "Aku juga, keramaian bukanlah type ku, tpi aku tidak mau kesepian.." guanlin mengamatiku, "Kenapa kau berkata seolah kau sedang sendiri.." aku gantian mengamatinya.

   "Aku tidak sendiri, tapi didalam diriku, aku merasa sendiri. Itu semua terjadi disisi ku, tapi aku merasa sendiri.." hanya itu yg mampu aku ungkapkan pada makhluk polos sepertinya.

   "Tenang saja, aku akan membuat kau merasa tidak sendiri lagi.." dia menggenggam tanganku untuk memastikan ucapannya agar aku percaya, aku menatapnya yg tersenyum tulus padaku lalu pelan pelan memeluknya, "Gomawo sudah berkata seperti itu..".

***

   "Aku gendong ya?" Guanlin berjongkok didepan ku dengan posisi bersiap menggendongku di punggung nya, "Tidak guanlin, aku jalan saja.." jawabku melanjutkan langkah kaki ku.

   "Tapi aku ingin menggendongmu.." ucapnya menghentikan ku, "Tapi aku tidak mau, bear.." ucapku tersenyum. "Kumohon, sekali ini saja, aku tidak mau melihat kaki mu tambah sakit.." dia berlutut di depan ku.

   "Berdiri guanlin, jangan seperti itu.." aku mengisyaratkannya untuk berdiri, dia berdiri dengan tatapan memelasnya itu. "Kau akan menyesal nanti, aku ini berat.." bohong kalau aku berat, sebenarnya aku tidak mau digendong dibelakang karna kondisi perutku yg sudah membesar.

   "Aku tidak peduli, aku tetap ingin menggendongmu, kumohon pingky-yya.."  dia memohon padaku, "Tapi masalahnya, aku tidak suka digendong dibelakang.."  ucapku asal. "Kalau begitu kugendong didepan saja.." tawar nya lagi.

   "Tidak bisa, aku tidak mau melihat tanganmu patah karna menggendongku.." aku terus beralasan, "Baiklah kalau begitu, izinkan aku memapahmu.." ucapnya masih memohon. Aku mengangguk setuju, "Oke, tapi jangan mengeluh nanti bila pundakmu patah.." jawabku. "Baik, itu tidak akan terjadi. Seorang Lai Guanlin tidak mungkin mengeluh kesakitan pada seorang wanita cantik sepertimu.." ujarnya sok sok an, aku hanya menggelengkan kepalaku tobat.

   "Terserah ya, yg penting kau tidak mengeluh kesakitan di depan ku.." ucapku, "Itu tidak akan terjadi.." aku dan guanlin tertawa bersamaan sambil aku dipapah oleh guanlin.

   Tuhan terimakasih kau sudah menitipkan seorang pria polos sepertinya..

***

Bersambung

Ladies' First! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang