Ladies' First! 16!

65 11 0
                                    

   "Aduh mules banget.."

   Guanlin kembali masuk kekamar mandi, dari tadi dia sudah bolak balik kamar mandi.

   "Bear, apa kau baik?"  tanyaku didepan pintu kamar mandi, "gwencana, pinky-yya.."  jawabnya dari dalam.

   Beberapa menit kemudian guanlin keluar sambil memegang perutnya, "Kita harus kedokter..".

   "Tidak, ini hanya diare biasa. Mungkin aku salah makan tadi.."  ujarnya. Aku menggeret tangannya kekamar.

   "Tidur. Jangan kemana mana, aku ambilkan obat dulu.."  aku melangkah menuju kotak P3K di ruang tengah. Mengambil obat diare dan minyak kayu putih, lalu kembali kekamar lagi.

   "Minum ini.."  guanlin menatapku tidak percaya, "percayalah, dan cepat minum sebelum semua isi perutmu itu keluar.." ucapku menakutinya:v

   Dia memasukan obat itu ke mulutnya sambil meminum air putih sebagai penolong agar obat itu masuk ke perut nya. "Buka bajumu.."  guanlin membelalakkan matanya sambil menyemburkan air yg sedang ia minum, shock.

   "Bear! Apa yg kau lakukan.."  ucapku terkejut, "Kau membuatku terkejut.."  jawabnya. "Apa yg membuatmu terkejut? Sudahlah, cepat buka bajumu, aku akan mengoles minyak ini ke perutmu.." ucapku.

   "Bisa aku melakukannya sendiri, aku malu jika kau yg melakukannya.."  dia memainkan jari seperti biasanya, "hmm, oke. Ini, lakukan dengan benar.."  aku memberikan botol minyak itu ke tangan nya lalu melangkah keluar kamar. Aku tahu kamu pemalu bear:v

***

   Sudah 8 bulan aku dekat dengan guanlin, dia juga tahu kalau aku hamil. Dia bukan pria penghina seperti yg lainnya saat mengetahui kondisiku hamil tanpa suami, dia menyayangi ku. Dia menerima ku apa adanya.

   Dia tidak pernah jijik melihatku. Dia pria polos yg selalu aku cari setiap hari, dia pria polos yg selalu kurindukan setiap harinya, dia bear ku yg tak pernah menyerah melindungi ku. Gomawo guanlin, kau mau memberikan tanganmu untukku, menggenggam ku setiap saat, tanpa pernah berpikir untuk melepaskan tanganku.

   "Aku wanita yg menjijikan ya.."  guanlin langsung menatapku, "iya kan?"  gumamku.  "Jangan ucapkan kata kata itu lagi, kau bukan wanita seperti itu.."  guanlin memelukku erat.

   "Tidak guanlin, aku memang sangat menjijikan, dan aku tidak pantas berdiri disisimu.."  guanlin menangkup kedua pipiku menggunakan tangannya. "Hentikan bicaramu, silahkan berkata apapun, aku akan tetap disini, didekatmu, disisimu, didalam hatimu.."  aku tersenyum hambar sambil menyingkirkan tangannya dari pipiku.

   "Sekarang aku tanya padamu, kau harus menjawabnya dengan jujur. Aku atau karirmu?" tanyaku, "Kau, karir bisa dicari lagi, tapi tidak dirimu yg hanya ada satu didunia ini.."  jawabnya.

   "Sekali lagi aku bertanya padamu, Aku atau Ibumu?"  guanlin diam, mungkin dia bingung harus memilih siapa. "Ibuku.."  dia menundukkan kepalanya, aku langsung memeluknya.
          "A..ku..ti..da..k..bis..a....me..mi..lih..mu..pin..ky..ka..r..na..di..a..i..bu..ku.."  guanlin menangis sesenggukan dipundakku, aku mengelus elus punggungnya, "Kau memilih yg benar, aku menyukai pria yg memilih ibunya.."  jawabku jujur.

   "Benarkah?" ucapnya tersenyum sambil mengamatimu, aku tersenyum.

Chu~

   "Benar, bear.."  dia terdiam setelah kucium singkat, terkejut seperti biasanya. Angin laut mengibas ibaskan rambutku, ombak ombak kecil menari di area nya, bulan menerangi pandanganku, dan bintang membantuku di sisi lain.

   "Pinky, boleh aku bertanya sesuatu.."  aku menolehkan kepalaku mengamatinya, "tentu saja boleh.."  jawabku. Dia memainkan jarinya lagi, aku sekarang tahu, kalau dia memainkan jarinya itu berarti dia gugup.

   "Kenapa kau suka sekali mencium bibir ku?"  aku menahan tawa, ya ampun ini pria pura pura polos atau bagaimana sih?:v

   "Memangnya kenapa? Atau kau mau kucium dibagian lain?"  ucapku menggoda, "tidak!"  dia tersentak kaget dengan ucapan ku barusan. Aku tertawa, hal yg seperti ini patut ditertawakan. Taulah, mana ada jaman sekarang pria polos sepertinya:v

   Aku melingkarkan lenganku dilehernya, "karna aku menyukainya, bibirmu itu selalu menggodaku.."  aku menatapnya yg menunduk malu, pipinya berubah menjadi merah seperti kepiting rebus:v

   "Lihat aku guanlin.."  ucapku dengan nada menggoda, guanlin melirikku sebentar lalu menunduk lagi, "kalau kau menyukaiku, cium bibirku.."  ya ampun apa yg baru saja ku ucapkan?! Siap siap ditunju fans nya:v

   Guanlin mengusap matanya, menangis. Ya ampun, begitu saja menangis:v     "Kenapa kau menangis guanlin? Aku hanya memintamu untuk menciumku.."  ucapku konyol, bodok amat.

   "Aku tidak bisa berciuman, kau akan menyesal jika kucium.."  ucapnya lirih sambil sesenggukan menangis. "Hahaha..ya ampun guanlin, jangan menangis.."  aku mengusap air matanya.

   "Aku tidak peduli kau bisa berciuman atau tidak, aku hanya menyuruhmu menciumku, bukan bertanya kau bisa berciuman atau tidak.."  gumamku sambil menahan tertawa.

   "Walau aku tidak bisa berciuman?"  ucapnya lirih, "hmm.."  jawabku singkat. Dia memajukan wajahnya ke dekat wajahku, lalu memiringkan kepalanya.

Chu~

   Dia mencium bibirku tanpa melumatnya, mungkin dia benar benar tidak tahu bagaimana caranya berciuman. Aku mengamati wajahnya yg polos, matanya tertutup saat ini. Aku membiarkan bibir guanlin menempel di bibir ku terus tanpa pergerakan.

   Itu rasanya hangat, aku membiarkan dia belajar sendiri walau butuh waktu berjam jam. Tak lama kemudian dia melumat bibir bawahku pelan tanpa kubalas, biarkan dia bekerja sendiri.

   Kedua tangannya menggenggam erat pinggiran bajuku, gugup. Aku bisa merasakan hembusan nafasnya dari pada angin laut yg berembus kencang.

   Aku mulai membalas ciumannya, tak tahan, habisnya dia daritadi kebanyakan berpikir takut salah sih:v    Aku melepaskan ciumannya pelan, dia tak berani menatapku, matanya masih tertutup sambil menundukkan kepalanya.

   "Mianhae.."  air matanya kembali mengalir dipipinya, aku menangkup kedua pipinya. "Kenapa kau meminta maaf guanlin?"  tanyaku, "Mian, karna menciummu buruk.."  aku menghapus air matanya.

   "Aniyo, guanlin. Kau orang pertama yg paling kusukai ciumannya.."  aku memeluknya. " jangan menangis, aku tidak suka melihatnya.."  ucapku menenangkannya.

   "Tapi aku buruk.."  ucapnya lirih, "Ani, kau tidak pernah buruk dimataku.."  jawabku.

   "Kau bagaikan mutiara yg sangat sulit kudapatkan..

***

Bersambung

Ladies' First! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang