Tujuhbelas

50 9 0
                                    

Fani POV

06.30 am.

Hari ini senin. Hari yang sangat membuat bosan, mungkin bagi sebagian orang, termasuk aku. Saat ini aku sedang berada satu atap mobil bersama Aldi. Aku sangat lesu, malas, tidak bersemangat. Entahlah mood ku sedang tidak bersahabat. Belum lagi jika mengingat hal semalam, kacau. Sepulang dari tempat latihan semalam hingga sekarang ini, aku mengabaikan ponselku, sama sekali aku tak menengoknya.

"Fan. Udah sih gausah galau terus gitu"

"Haha siapa juga yang galau" Balasku datar.

"Emang kenapa sih? Ada masalah apa?"

"Udah deh jangan dibahas"

"Yaudah. Tapi gue gamau liat lo sedih-sedih gitu lagi ya. Awas aja lo"

"Iya bang"

"Nih udah sampe. Lo duluan aja ya kekelas, gue mau ketemu anak-anak gue dulu"

"Anak?" Ucapku bingung.

Aldi mengela nafasnya kasar.

"Dasar ade bego. Temen gue Fan."

Aku hanya mengangguk-anggukkan kepalaku pertanda bahwa aku mengerti. Aku segera turun dari mobil Aldi dan mendahului Aldi untuk pergi ke kelasku. Sementara Aldi, entahlah aku mengabaikannya.

Aku berjalan santai melewati koridor sekolah ini. Ramai, iya semua murid sudah berhambur-hamburan disetiap sudut tempat ini. Aku baru sadar ternyata ada seseorang yang sengaja menyamai langkah ku. Iqbaal, iya dia Iqbaal.

"Hai Fan" Iqbaal menatap wajahku dengan senyum miringnya. Tampan. Sungguh, itu yang aku lihat.

"Eh hai Baal. Baru dateng juga?"

"Iya. Lo tambah cantik aja Fan." Iqbaal menatapku menggoda.

"Haha receh."

Bughh. Sakit. Kenapa harus sial lagi? Aku sudah merasa jalan cukup benar. Tiba-tiba ada seorang siswa laki-laki menabrakku dengan cukup keras, entah lah dia sedang buru-buru atau apa aku tidak mengerti, tapi sungguh, ini sakit.

"Lo gapapa Fan?" Iqbaal mentap wajahku panik.

"Lo kalo jalan liat-liat, ngalangin jalan aja!"

"Bughh. Lo yang jalan gapake mata, lo yang salah malah nyalahin cewe. Lo laki apa banci sat!" Satu hantaman meluncur tepat diwajah laki-laki itu. Iqbaal begitu membelaku, yatuhan.

"Baal, udah. Gue gapapa ko." Ucap ku menahan tubuh Iqbaal.

Laki-laki yang membuatku hampir saja terjatuh itu akhirnya pergi begitu saja. Bukannya meminta maaf, dasar lelaki tidak tau sopan santun.

"Bener gapapa?"

"Beneran." Senyumku mengembang.

"Drey! Audreyy, tungguin gue" Teriakku saat aku sadar ternyata beberapa langkah didepanku ada Audrey disana. Untung lah Audrey menoleh kearahku dan menghentikan langkahnya untuk menungguku.

"Wets dari mana cantik. Berduaan aja nih" Goda Audrey saat melihatku jalan bersamaan dengan Iqbaal.

"Jagain bidadari lah" Jawab Iqbaal datar sembari melirikku. Aku hanya membalasnya dengan senyuman kecil. 

"Haha dasar lo Baal. Aldi mana Fan, biasanya lo sama dia terus?" Ucap Audrey.

"Ada. Tapi gue disuruh ke kelas duluan."

Audrey hanya meng-oh-kan perkataanku dan mengangguk-anggukkan kepalanya pertanda ia mengerti.

Tak butuh waktu lama akhirnya aku sudah sampai tepat didepan ruang kelasku.

"Baal. Gue masuk duluan, makasih ya udah belain gue tadi" Senyumku mengembang.

"Santai aja. Kalo nanti ada yang gangguin lo, bilang aja sama gue"

"Haha yaampun. Iya makasih ya"

"Sana masuk" Iqbaal tersenyum menatapku.

Aku hanya membalas senyuman Iqbaal dan segera memasuki kelasku, ternyata Audrey sudah mendahuluiku memasuki kelas. Aku segera berjalan menuju bangku disamping Audrey dan segera duduk disana.

"Betah ya lama-lama berduaan."

"Apa sih Drey. Gausah godain gue gitu deh"

"Haha santai sih Fan."

"Yoi. Tugas fisika gimana? Udah selesai?"

"Udah, nih mau liat?"

"Makasih sayang uuu kamu baik"

"Jijik." Jawab Audrey datar. Aku hanya membalas dengan cengiran.

Aku segera menyalin semua pekerjaan Audrey. Haha aku memang tipe orang yang malas jika berhubungan dengan fisika, hitung-hitungan yang sulit dimengerti, guru kiler. Ah itu semua membuatku malas.

"Minjem handphone lo Fan"

"Ambil aja ditas." Memang aku sengaja tidak menaruh ponsel disaku baju seperti biasanya, aku sedang malas berhubungan dengan Karel.

"Gila. Karel nelfonin lo, ngechatin lo sebanyak ini ga lo respon Fan?"

"Engga" Jawabku datar.

"Lo berdua kenapa? Lagi ada masalah?"

"Biasalah, Clara Clara itu lagi. Gue males."

"Kenapa Fan?"

"Semalem niatnya mau nemenin Aldi latihan basket. Dan ternyata ada Karel juga disana. Emang sih awalnya gue seneng ketemu dia gue peluk-peluk dia. Tapi tiba-tiba itu cewe ganjen dateng ngasih minum buat Karel, terus dia kaya nagih janji sama Karel buat nganterin dia balik gitu. Apa coba namanya kalo kaya gitu. Udah terbuktikan kalo emang Karel itu udah ngejanjiin sama cewe itu. Ah gue kesel banget, gue cemburu Drey."

"Yaampun fan. Tapi lo udah dengerin penjelasan Karel?"

"Belum. Gue udah males dengerin, emang udah kebukti bener ko."

"Jangan gitu lah Fan, ya mungkin aja Karel ngelakuin itu semua juga ada alesannya."

"Apapun alesannya tetap aja gue gasuka, tetep aja gue cemburu."

"Iya gue ngerti. Tapi gue yakin ko, Karel pasti gaada maksut buat ngebohongin lo, apalagi sampe ngehianatin lo. Jadi gue saranin, dengerin dulu aja penjelasan dia ya"

Aku mencerna ucapan Audrey dengan baik.

"Iya Drey. Makasih sarannya."

"Nih gue balikin handphone lo gajadi minjem hehe. Mending sekarang lo anter gue kekantin. Laper gue Fan belum sarapan."

"Kan gue lagi ngerjain tugas Drey"

"Udah nanti aja, pelajaran terakhir ini. Ayo"

"Iya yaudah deh" Ucapku lesu dan segera bangun dari tempat dudukku dan segera menyusul Audrey yang sudah berjalan terlebih dahulu mendahuluiku.



TBC.
Jangan suka jadi pembaca gelap please.

Best Replacement ✖ IDR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang