Cerita 12 : Aku & Mama

1.9K 49 0
                                    

Malam harinya setelah peristiwa penembakan yang cukup membuatku gusar itu, aku dan Mama sedang asik menonton TV, sedang menonton serial komedi kalau gak salah. Kami tertawa bersama, aku mencoba untuk menghilangkan rasa gusarku dengan tertawa sekencang mungkin. Sungguh itu membuatku jauh lebih baik.

Mama memang senang sekali menonton serial komedi yang katanya, membuat dirinya menghilangkan beban sejenak dengan tertawa. Aku setuju dengan Mama, tertawa memang membuat kita awet muda, emang iya Ma? aku tidak tahu, yang penting tertawa itu menyenangkan.

Aku dan Mama memang sangat akrab, maklum saja karena aku anak tunggal jadinya, aku dan Mama sering sekali curhat masalah ini dan itu, kadang aku yang curhat ke Mama, kadang Mama juga yang curhat ke aku, sangat asik rasanya, mempunyai Mama sekaligus teman dan pendengar yang baik. Membuat diriku tidak kesepian jika berada dirumah.

Untuk masalah curhat, ya! Mama memang tempat terbaik bagiku untuk menuangkan rasa kesal, rasa sedih, bahkan rasa senangku. Aku melihat Mama sebagai seorang ibu yang tidak segan memberikanku solusi maupun petuah agar hidupku lebih baik. Kata-kata Mama selalu memberikanku ketenangan.

Pantas saja Ayah jatuh cinta pada Mama, Ayah mampu melihat kedalam diri Mama, ketenangan dan rasa nyaman yang luar biasa, akupun juga demikian. Aku merasa nyaman jika curhat dengan Mama, dari pada curhat dengan orang lain.

"Liat tuh acara TV kemarin sore"! seru Mama.

"Yang mana Ma ?" tanyaku.

"Itu yang cinta-cintaan, yang kayak drama gitu, tapi dibuat seakan real"

"Oh yang itu, kenapa Ma ?" tanyaku lagi.

"Ya enggak apa, tapi kok ya sampai bisa membuat percaya orang-orang ya?" tanya mama  heran sendiri.

"Ya, enggak tau Ma, dramanya keren kali" jawabku. Aku juga sambil membaca majalah.

"Harusnya kalau cinta itu enggak boleh dibuat main-main" imbau mama.

"Kok bisa gitu Ma ?"

"Ya, namanya cinta itu, harus dari hati, enggak boleh di main-mainin"

Cinta dari hati? seperti apa sih Ma? aku baru mengerti, dan aku baru sadar akan apa yang sudah dikatakan Mama tadi. Bahwa cinta itu jangan dibuat main-main. Tapi aku berfikir lagi bagaimana caraku membedakan cinta yang dari hati dan cinta yang main-main? menurut kalian bagaimana?

Ketika Mama menyinggung soal cinta tadi, kembali kuteringat saat Aldi menyatakan cinta padaku, yang sontak membuat jantungku kaget tak karuan. Apakah cinta Aldi tulus dari hati? atau kah main-main? aku ingin menanyakan hal ini pada Mama, semoga Mama bisa memberikanku jalan keluar.

"Ma ?" tanyaku.

"Iya sayang ?"

"Bella mau curhat"

"Curhat apa ? tumben."

Aku menutup majalah yang sedari tadi aku baca, kemudian mencoba santai, jangan terlalu tegang, sebab curhat yang baik adalah curhat yang membuat pencurhat dan pendengarnya nyaman ketika memberitahukan dan mendengarkan.

"Itu Ma, soal cinta" ucapku, aku langsung to the point. Aku tidak terlalu canggung, ketika membahas soal cinta pada Mama, karena bukan kali ini saja aku curhat soal ini padanya. Sudah beberapa kali, bahkan sejak aku SMP hingga sekarang. Aku pikir Mama masih menyimpan semua curhatan cintaku yang pernah aku bilang sebelumnya, namun aku berharap Mama tidak akan bosen mendengar curhatku yang satu ini.

"Emang kenapa ?" tanya Mama. Mungkin Mama berfikir ini cukup serius jadi, Mama memelankan volume TV. Ayah sedang keluar kerumah temannya, jadi aku bisa menumpahkan semua curhatku pada Mama malam ini.

Rasa [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang