Cerita 18 : Ayah & Bayu

1.7K 51 0
                                    

Hari ini adalah minggu yang cerah, tidak terlalu mendung juga, jadinya udara agak dingin-dingin gitu. Ayah tengah membersihkan kandang burung Kakak Tua yang sudah dia pelihara sejak 5 tahun yang lalu, katanya itu burung adalah hasil penyelundupan gelap, terus ayah membelinya setelah burung tersebut dirawat oleh salah-satu warga yang memang peduli akan binatang.

Sehari-hari Ayah selalu berbicara berdua bersama burung Kakak Tuanya itu, ya kayak ngobrol gitu, aku yang memang sering melihatnya selalu tertawa, melihat kelakuan konyol Ayah yang seperti itu, burung Kakak Tuanya berwarna putih, jambulnya kuning. Biasanya ketika Ayah tidak memasukannya kedalam kandang, Ayah selalu menggendong diatas tangannya. Kemudian diajak jalan-jalan, berkeliling kompleks.

"Yah itu burung Kakak Tuanya laper ?" seruku, yang tengah duduk diteras melihat Ayah yang masih asik membersihkan kandang burungnya.

"Wes Ayah kasih makan kok, emang dianya rakus" ucap Ayah.

"Emang burung bisa rakus ya Yah ?"

"Loh, yo'opo toh Bell, ya pastilah, kan hewan hanya mempunyai nafsu" jawab Ayah.

Ketika aku mengobrol dengan Ayah memang seru, Ayah juga termasuk humoris, meski kadang-kadang bercandanya garing atau absurd gitu, namun setiap kali Ayah mengatakan sesuatu aku selalu bisa tertawa dan selalu bisa membalas leluconnya. Mungkin karena aku sudah terbiasa mengobrol dengan Bayu yang memang lucu.

"Mama mana Bell ?" tanya Ayah.

"Didapur Yah, masak"

"Masak apa ? kok baunya kayak ban kebakar gini?" jawab Ayah.

Aku tertawa sebelum menjawab "Ih, Ayah enggak boleh gitu"

Ayah juga tersenyum "Iya Ayah bercanda kok" jawabnya.

Hari ini Bayu juga sudah janji akan kerumah, cuma buat sekedar ngobrol aja, dia enggak punya ongkos katanya untuk nagajak aku jalan keluar, jadinya kita, minggu ini kencannya dirumahku deh, ya itung-itung juga buat kenalin Bayu ke Ayah, sebab meski sudah 3 minggu aku berpacaran dengan Bayu, hanya Mama yang tau, sedangkan Ayah tidak tau menau.

"Yah ini teh" Mama membawakan teh untuk Ayah kemudian duduk disampingku.

"Iya Mah makasih, ini masih nyuci kandangnya si Bejo" jawab Ayah, oh ya burung Kakak Tuanya Ayah namanya si Bejo.

"Mulai tadi pagi, sampek sekarang masih ngurusi itu terus"

"Iya, kan bejo anak tiri Ayah Mah" jawab Ayah, Ayah tertawa kecil. Aku juga tertawa, kecuali Mama yang menggerutu sendiri.

"Ma ?"

"Ada apa Bell ?"

"Bayu mau kesini, enggak apa kan ?" tanyaku.

"Iya enggak apa sayang, udah lama juga kan dia enggak ke sini" jawab Mama.

"Tapi Ma, Ayah kan enggak tau tuh, kalau Bella pacaran sama Bayu, terus gimana ?"

"Iya pasti ntar Ayah tau kok, tapi tetep kamu harus ijin sama Ayah" jawab Mama.

Aku sebenarnya masih canggung mau bicara, kalau ngomong masalah percintaan dengan Ayah sepertinya enggak enak aja, mungkin karena aku cewek, jadi kalau ngomong masalah yang berhubungan dengan cinta dan sebagainya, lebih asik dengan Mama.

"Ayah ?" panggilku dari kejauhan. Ayah kali ini memberikan makan si Bejo.

"Ada apa Bell ?" tanya Ayah.

"Temen Bella ada yang mau kesini" ucapku masih malu.

"Siapa ?"

"Itu yang cowok"

Rasa [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang