seventeen

38 4 1
                                    

Keesokan harinya aku tidak sekolah. Karena semenjak aku pindah ke austria aku sudah home scholling . Fais pun bersekolah seperti biasa. Tetapi aku, aku dirumah dengan merenungi nasib. Karena kecemburuanku. Aku bertindak seperti ini. Ini semua adalah salahku.
Aku berfikir, mungkin aku akan menghabiskan satu hari ini dengan menulis diary. Dan menulis pesan kepada ayah. Bahwa aku akan bersekolah disini. Aku akan merubah fikiranku untuk pindah ke austria.

Aku : ayah bolehkah aku bersekolah disini lagi??.

Ayah : tetapi bukankah engkau yang ingin home scolling di austria ini?

Aku : aku berubah fikiran ayah, aku pikir aku nyaman disini.

Ayah : baiklah sayang, semuanya terserah. Asalkan putri kecil ayah senang.

Aku : terima kasih ayah. Aku sangat menyayangimu.

Ayah : ayah juga sayang.

Begitulah pesanku dengan ayahku. Dia sangat menuruti semua keinginanku. Semua permintaanku agar aku tidak merasa kekurangan.

"Nenek??". Ujarku dengan keluar kamar dan memanggilnya.
"Iya sayang, ada apa?". Ujar nenek dengan menyiapkan makanan.
"Wahh...nenek masak apa??". Ujarku dengan memeluknya. "Masak sop iga buatan nenek, bukankah ini adalah makanan favoritmu??". Ujar nenek dengan mengaduk sop itu.
"Wah nenek sangat tau makanan kesukaanku ya ". Ujarku dengan tersenyum kepadanya.
"Baiklah sayang sekarang kau pergilah kekamarmu nanti kalau sudah matang, nenek akan memberitahumu". Ujar nenek dengan mencium keningku.
"Baiklah nek?". Ujarku dengan berjalan menjauh. Tapi tak lama aku kembali lagi." Nek jika aku sekolah di sma yang dulu nenek setuju tidak??". Ujarku dengan tersenyum kepadanya. "Tentu nenek sangat setuju sayang, karena kau akan tinggal bersama nenek setiap hari!". Ujar nenek dengan memelukku." Wahh.. terima kasih nenek, aku sangat menyayangimu". Ujarku dengan berlari menuju kamar. Menurutku persetujuan nenek adalah kunci utama untuk meluluhkan hati ayahku agar menurutiku.

Sesampai dikamar, dengan melihat remot ac yang bertuliskan angka 16 derajat. Aku langsung ingat bahwa udara seperti ini adalah seperti udara di Austria. Aku segera mengambil syal yang ada dilemari biruku. Aku memakainya dan membuka buku diary ku. Aku menulis diary ku.

Dear diary

Semenjak kejadian itu, aku harus pindah ke Austria tanpa meminta penjelasan kepada fais. Aku hanya mementingkan egoku. Ego yang menghancurkan masa depanku. Kini, setelah semuanya terungkap. Hanya ada penyesalan dalam diriku. Aku menyalahkan diriku. Aku ingin sekali menutup wajah ini, agar aku bisa menyembunyikan kesalahanku lewat wajahku. Tetapi lagi lagi fais lah yang membuat aku tidak melakukannya. Coba bayangkan. Seseorang yang dulu sangat aku benci, kini dia lah yang membuatku semangat, yang membantuku dalam keadaan ini. Mungkin, memang dialah yang ditakdirkan tuhan untukku. Tetapi aku tidak akan menyia-nyiakan dia lagi. Cukup sekali kesalahan dalam hidupku. Kini tidak lagi.

itu lah diary ku hari ini. Tak lama kemudian suara diluar jendelaku. Seperti ada yang melemparinya menggunakan batu. Seketika aku takut. Lalu aku mencoba memberanikan diriku untuk membukanya. Dan ternyata saat aku lihat dia adalah laki laki yang menggunakan jaket jeans dan celana serta sepatu hitam dan jambul yang menjadi ciri khas. Dia ada dibawah serta melempari batu. "Benarkan dugaanku pasti dia adalah fais" batinku dengan tersenyum kepada fais. Dan untungnya aku berada di kamar lantai no 2 jadi dia harus melihat ke atas untuk melihatku.
"Kamu ga sekolah?". Ujarku dengan menggunakan bahasa isyarat.
"Nggak, aku pingin jalan sama kamu". Dia memberikan isyarat dengan menggunakan jarinya dan itu semua terlihat menggemaskan.
"Bagaimana caranya?". Ujarku dengan membalas bahasa isyaratnya.
"Tunggu ya ??". Ujar fais dengan berlari didepan pintu.
Apa yang akan dia lakukan aku tidak tahu. Tiba tiba...." ting tung.......!!!!!" Suara bel rumah nenek yang terdengar dari kamarku. "Iya siapa?". Ujar nenekku dengan berlari menuju pintu. "Kamu siapa?". Ujar nenek dengan mempersilahkannya masuk. "Saya temannya shinta nek, semua temannya menunggunya di mall. Shinta bilang mau bareng sama saya.". Ujar fais dengan basa basi dengan nenek. aku yang bersembunyi dibalik tirai hanya bisa tersenyum dengan tingkah fais yang menggemaskan itu. Sungguh tidak diduga." Shinta cucuku....??". Ujar nenek dengan memanggilku. "Iya nenek, ada apa??. Ujarku dengan berpura pura tidak tahu. "Katanya ada temanmu yang ingin mengajakmu pergi. Benarkah??...
"Ooh iya nek, aku lupa. Bolehkah aku pergi??". Ujarku dengan memohon padanya. " baiklah, tetapi jangan pulang terlalu malam ya". Ujar neneknya dengan mencium kening neneknya. "Baiklah nek sekarang bolehkah aku berdandan??". Ujarku dengan mengedipkan sebelah mataku. "Hemm...cucu nenek sudah besar rupanya". Ujar nenekku.
"Hahahaha" ujar kami berdua.

FaiSintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang