Fradara|2|

108 23 14
                                    

Cinta itu seperti pelangi. Tidak dapat ditebak, kapan akan datang dan kapan akan pergi. -candycherry4

***

Malam ini Dara habiskan dengan membaca wattpad kesukaannya. Dunia orange ini menurut Dara adalah separuh jiwa Dara. Wattpad dapat mengalihkan Dara untuk sesaat dari segala masalah.

Apabila Dara sedang gabut, ia akan menghabiskan waktunya dengan membaca berbagai cerita diwattpad. Kenapa tidak membeli langsung novel nya saja? Karena Dara tidak mempunyai uang untuk membelinya walaupun ia dari kalangan atas, tapi ia tetap tidak mau menyusahkan orang tua ataupun anggota keluarganya. Meskipun itu bukan alasan utamanya.

Dara mencari nafkah sendiri, ia bekerja paruh waktu di berbagai tempat. Seperti di cafe, reastaurant, maupun di club. Jangan berpikir yang macam macam, Dara hanya menjadi pelayan saja. Ia juga masih mempunyai otak. Dara akan berpikir puluhan ribu kali untuk menjual diri atau semacamnya. Tidak ada yang tahu tentang ini. Dara merahasiakannya dari semua orang.

Dara sangat suka dengan novel minor-romance atau fantasi. Tanpa sadar bahwa waktu terus berputar, hingga jam dinding menunjukan pukul 10.25 pm. Barulah ia sadar bahwa waktu sudah larut malam untuk membaca novel. Ia harus segera tidur untuk pergi sekolah. Dara sangat jarang belajar, ia anak berandalan, bad girl. Tapi otaknya diatas standar. Dara mendapatkan posisi kedua juara umum sekolah, sebenarnya bisa saja Dara menjadi juara pertama, tapi sayangnya ia tak mau. Sedangkan posisi pertama nya itu Rain. Sudah jelas bukan alasannya, kenapa Dara tidak mau menjadi juara pertama? Itu demi Rain. Jika Rain bahagia, Dara juga bahagia.

***

Seperti hari-hari sebelumnya, Dara menjalani rutinitas seperti biasanya. Tidak ada yang istimewa di hari-hari yang pernah Dara lewati.

Dengan memakai rok sekolah 5 cm diatas lutut, baju seragam yang tidak di masukan, dasi yang berantakan, dan sepatu nike hitam. Dara menuruni tangga dengan santai, berhenti sebentar di anak tangga akhir, dengan pandangan sendu kearah ruang keluarga, dimana ayah dan ibunya sedang menyaksikan serial kesukaan mereka.

Sadar akan kehadiran Dara, freddy-ayahnya menoleh kearah Dara dengan wajah bingung.

"Kenapa kamu belum berangkat Dara? Kakakmu menunggu didepan tuh, susulin sana." ayah Dara mengedikan dagunya kearah luar rumah.

"Iya ayah, Dara mau berangkat kok." kemudian ia melangkah menuju ayahnya, mencium punggung tangan ayahnya bergantian dengan ibunya. Setelah itu ia pergi keluar rumah dengan senyum tipis di wajah cantiknya.

Saat dirinya telah berada diluar rumah, benar saja kakaknya, Galih, sedang menyandarkan diri di pintu kemudi dengan kedua tangan yang disilangkan didepan dada, dengan tatapan tajam yang mengarah kearah dirinya.

"Sudah siap berangkat, tuan putri?" Galih berucap dengan nada sinis.
kemudian, tanpa menunggu jawaban dari Dara, Galih membuka pintu mobil nya dengan cepat, sebelum benar-benar masuk kedalam mobil, Galih menyuruh Dara untuk segera masuk. Setelah itu ia menutup pintu mobilnya dengan sedikit kasar.

Tanpa membuang-buang waktu, Dara segera masuk kedalam mobil. Keadaan didalam mobil begitu hening. Tak terasa Dara sudah akan sampai di sekolah nya.

Mobil berhenti tiba-tiba di persimpangan. Dara menolehkan kepalanya kearah Galih.

"Turun!" Galih berucap dengan pelan dan datar. Tanpa memamandang Dara.

"Lho? Kenapa disini kak? Sekolah masih 100 meter lagi kan?" Dara bertanya dengan kebingungan

"Gue gak mau, semua orang tahu kalau gue punya sodara kayak lo." masih dengan pandangan lurus kedepan.

"Kenapa kak?" Dengan berujar pelan atau bisa dikatakan seperti sebuah bisikan.

"Lo gak sadar? Gue gak mau punya adik yang murahan, yang ngejual dirinya ke om-om, kayak wanita haus belaian! Gue gak mau punya adik kayak lo?!" Galih menghina adiknya tanpa memikirkan perasaan Dara yang hancur berantakan.

"CEPET KELUAR SIALAN!!!" kata kasar terlontar dari bibir tipis Galih dengan rahang yang mengeras.

Tanpa sadar, sebulir air mata jatuh dipipi Dara, dan semakin banyak air mata yang jatuh, seiring hatinya yang perlahan hancur.

Dengan tergesa-gesa Dara membuka pintu mobil yang ia naiki. Dara tak menyangka, Galih akan berkata begitu kasar kepadanya. Sosok yang Dara selalu bangga-banggakan, sosok yang sangat Dara sayangi. Sosok yang dulu menyayangi Dara melebihi dirinya sendiri. Sekarang mengatakan hal kasar kepadanya.

Setelah berada diluar mobil, Dara menepi di trotoar, melihat mobil yang dikendarai kakaknya itu melaju dengan cepat ke arah parkiran sekolah. Dara menyeka air mata yang ada di pipinya .

"Ayolah, masa gituh aja nangis sih. Gue kan strong." Dara menyemangati dirinya sendiri dengan mengepalkan sebelah tangan nya dan diangkat didepan dada.

Dara mengambil satu bungkus permen karet dari dalam saku rok nya, membukanya kemudian ia masukan kedalam mulutnya.

Pengalihan dari rasa sakit yang ia terima. Dara memasuki gerbang sekolahnya dengan santai, tidak memperdulikan tatapan mencemooh dan mengejek dari siswa-siswi yang Dara lewati. Langkah nya terhenti saat pandangannya tanpa sengaja melihat Rein. Bukan, yang Dara heran, Rein sedang mengobrol dengan seorang perempuan cantik, Dara kenal dengan perempuan itu. Memangnya siapa yang tidak tahu primadona sekolahan ini? Ashilla, yah perempuan yang sedang jalan dengan Rain itu kakaknya.

Mood Dara semakin buruk saat matanya menangkap pemandangan yang menyakiti hati Dara. Ashilla mencium pipi Rain. dan yang membuatnya tambah sakit adalah saat Rain tersenyum dengan mata berbinar-binar saat dirinya dicium oleh Ashilla.

Dara tahu, sangat tahu. Rain menyukai kakaknya, Ashilla. Sudah sejak dulu, tapi Dara bersikap seperti ia tidak mengetahui apapun.

Tidak pernah ada waktu yang tepat untuk patah hati, dan tidak ada waktu yang salah untuk jatuh cinta.

***

Maaf banyak typo.

Penulis amatir.

Ig:Aininurh14
Nanti di follback.

Gak maksa sih.

FradaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang