four

26 6 0
                                    

Saat ini aku duduk ditepi jalan sendirian. Kupandangi sepeda motorku yang sedari tadi tidak bisa kunyalakan.

Entah apa yang terjadi padanya, yang jelas saat ini motorku menambah penderitaanku.

Ku pandangi kaki ku yang sekarang hanya memakai satu sendal, dan yang satunya lagi tertinggal saat aku berlari meninggalkan arlan.

Aku pun merenungi kebodohanku, bagaimana mungkin tadi aku menangis didepan arlan.

Padahal aku menerimanya hanya karna dia bisa membantuku masuk ke kafe kopi milyarder, katanya.

Tak ada yang bisa kuperbuat saat ini ponselku mati, dan sedari tadi tidak ada orang melewati jalan ini.

Aku sangat berharap arlan datang kesini, bagaimanapun aku inikan pacarnya.

Brakk

Tiba tiba seseorang yang kukenal menendang motorku hingga terjatuh.

"Arlan! Apa yang kau lakukan?! Kau menjatuhkan motorku" ujarku pada arlan yang bersiap siap menaiki motornya dan meninggalkanku kembali.

"Menjatuhkannya" sahutnya sekenanya yang membuatku ingin mencekiknya hidup hidup.

Kalau saja tak ingat jika dia akan membantuku pasti akan kulakukan.

"Hey apakah kau tak berniat mengantarkanku pulang! Kau telah menjatuhkan motorku" seruku berteriak agar bisa didengarnya.

"Walau bagaimanapun aku ini pacarmu!.." ucapku lagi.

Dia pun segera turun dari motornya dan menghampiriku kembali mendekati motorku yang tadi dijatuhkannya.

Dan dibenarkannya posisi motorku seperti posisi awal. Lalu meninggalkanku tampa bicara sepatah kata pun.

Aku pun langsung berjalan menyusulnya.

"Apa kau masih ingat aku! Apa masih ingat kalau kita pernah bertemu!" Sahutku yang berdiri dibelakangnya.

"Masih! Kau pacarku kan?" Ujarnya sambil berbalik menghadapku.

"Tapi kenapa didepan teman temanmu tadi kau tidak mengenalku?" tanyaku karna tak suka dengan perlakuan teman temannya tadi.

"Aku malu!" Jawabnya yang menambah kekesalanku.

"Ya sudah kau pulang saja! Jangan berdiri disini! Pulanglah aku tak butuh bantuanmu".

mataku berkaca kaca, aku tak tahu kenapa aku selalu menangis didepannya.

Dia pun menyodorkan sebuah sapu tangan padaku. Dan langsung kuterima.

"Jangan nangis! Ntar jelekmu nambah" ucapnya aku pun langsung mengelap airmataku semakin kesal.

Dan sepertinya dia merasa bersalah karna membuatku menangis.

"Pulanglah!" Ucapku lagi.

"Tapi... aku.." ujarnya sedikit gugup.

"Pulanglah aku bisa pulang sendiri!" Sahutku padanya yang sedari tadi masih berdiri didepanku.

"Airmatamu masih banyak yah?" Tanyanya ngasal. Yang membuatku heran.

"Kenapa?!" Tanyaku.

"Yang kau pakai itu sapu tangan temanku, jadi bisakah kau kembalikan" ujarnya polos.

Langsung saja kulemparkan sapu tangan itu padanya.

Dan diapun pergi dari hadapanku sembari menyerukan"08**********".

Angka? Apa dia membacakan nomornya. Kuingat ingat kembali nomor nomor tersebut, namun sayang aku tak bisa mengingatnya.

Kuhampiri motorku kembali, keperiksa dan untungnya tidak ada yang lecet.

Kucoba menghidupkannya kembali dan ternyata bisa dinyalakan.

"Apa karna tadi dibantingnya motorku bisa hidup! Terima kasih arlan kau sudah membantuku, lain kali jika motorku rusak akan aku pakai caramu" gumanku sambil tersenyum senang.

****

Aku berjalan melewati tangga rumahku, langkah ku terhenti ketika ibu memanggilku.

"Shil nanti malam kita ke mall yah, sama ayah juga" ujar ibu.

"Ya bu shila kekamar dulu yah shila capek mau ganti baju dulu" ucapku.

Ting Tong

"Shil kamu bukain pintu gih! Ada tamu tuh!" Ujar ibu.

"Siapa sih bu aku capek bu" ucapku merajuk.

"Ya udah ibu bukain pintunya, kamu tunggu disini dulu yah" perintah ibu yang berjalan kearah pintu, dan kususul ibu dari belakang.

"Siapa tahu kakak yang datang! Jadi aku bisa dapat hadiah darinya" pikirku ibu pun langsung membuka pintu.

"Siang mah" ujar seseorang yang membuat ibu keheranan.

"Teman kamu shil" tanya ibu padaku yang masih tampak bingung.

Wajahku langsung pucat saat ibu menatap tajam padaku.

"Itu.. itu.. bu " ucapku tergugup.

"Aku pacar Ashila ma! Calon menantu mama" ujarnya tampa rasa bersalah.

"Bu bukan bu, dia ini temanku! Dia terobsepsi ingin jadi pacarku bu" bisikku pada ibu.

Dan untungnya ibu percaya, langsung ku tarik Arlan keluar dari perkarangan rumahku.

"Kenapa kau datang kerumahku?" Seruku padanya.

"Karna saat ini aku rindu" ucapnya.

kopi milyarderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang