eleven

12 4 0
                                    

Arlan pun melangkah masuk dan aku mengekorinya dibelakang.

"Arlan! Arlan!" Panggilku yang berjalan dibelakangnya.

"Ada apa?" Tanyanya berbalik badan menoleh kearahku.

"Kenapa harus jemput rhalin?" Ucapku.

"Karna dia mau ikut!" Jawab arlan mendengus.

"Aku harus pulang sekarang! Tadi ibu menyuruhku kepasar" ucapku beralasan.

Aku kesal sekali dengan sikap arlan. Bagaimana mungkin saat dia mengajakku ketaman, dia juga mengajak rhalin, mantannya.

"Kau cemburu aku ajak rhalin, ikut kita ketaman" tanyanya.

"Siapa juga yang cemburu, aku lupa tadi ibu nyuruh aku kepasar.."

"Alasan!" Ujar arlan memotong ucapanku.

"Kalau kau cemburu, dan ngak suka rhalin ikut! Ngak papah kok kita ketaman berdua aja sekarang" ucapnya sedikit kecewa.

"Aku ngak cemburu kok! Aku baru ingat kalo ibu menyuruhku.."

"Kau itu pacarku dan aku tahu bahwa sekarang kau tak nyaman" ucapnya dengan penuh keseriusan.

"Ya sudah kalau kau mau pulang! Ayo aku antar, sekalian nemenin kau kepasar" ucapnya lalu berjalan kearah motornya.

Aku pun langsung mencegahnya.

"Arlan ibuku nyuruh kepasarnya sore kok, aku baru ingat yuk kita ajak rhalin" ucapku mencegahnya.

Entah kenapa sikap arlan beberapa hari ini berubah dia memperlakukan aku memang seperti aku ini pacarnya.

Tidak seperti biasanya dia selalu mengangapku tak ada.

"Aku baru ingat kalo ibu nyuruhnya nanti sore" ulangku kembali.

"Serius" tanya arlan memastikan.

"Iya" ucapku sambil tersenyum.

"Ya udah masuk yuk?" Ajak arlan dan kuikuti dari belakang.

Ngak papa deh kalo ajak rhalin ketaman! Asal kau senang aku juga senang! Tapi tunggu kita ketamannya ngak bonceng tigakan?

"Arlan! Arlan" panggilku lagi.

"Apa?" Tanyanya berhenti.

"Kita kesananya.."

"Eh sudah datang arlan! Yuk kita berangkat?" Ucap rhalin sembari merapikan gaya rambutnya.

"Yuk" ucap arlan.

"Tunggu tapi kita kesananya pakai apa?" Tanyaku polos.

"Pakai motorlah, ngak mungkinkan kesananya jalan kaki" sambar rhalin judes.

"Ngak mungkin pakai motor, kitakan bertiga, kalau pakai mobil lo gimana lin" tanya arlan.

"Mobilku rusak lan gimana kalo pakai motorku dan motormu?" Tawar rhalin.

"Boleh juga tuh" ucapku mengiyakan.

"Tapi lin kau kan ngak bisa bawa motor? Jadinya gimana dong?" Ucap arlan.

"Ashila kau bisa bawa motorkan! Kau bawa motor arlan, biar arlan yang bawa motorku" perintah rhalin semaunya.

Arlan pun memberikan kunci motornya.

"Aku yang bonceng arlan aja yah, aku ngak mau dibonceng kau, nanti kalo aku jatuh gimana" ucap rhalin.

"Yuk" ajak arlan menghela napas kasar dari ekspresi wajahnya dia terlihat tak suka, tapi kenapa dia pasrah.

Kami pun melangkah keluar dan segera menaiki motor.

Arlan sudah berjalan duluan karna dia harus mengambil motor rhalin yang terparkir digarasi rumahnya.

"Aku suka arlan!" Ucap rhalin lalu berjalan menghampiri arlan yang sudah menstarter motor rhalin.

Aku pun melangkah menuju menuju motor arlan, lalu menstarter motornya.

Disepanjang perjalan aku memperhatikan arlan dan rhalin yang berada didepanku.

Mereka terlihat seperti sepasang kekasih dan sesekali kudengar mereka tertawa entah apa topik menarik yang sedang mereka bicarakan.

"Molan, motornya arlan mereka berdua serasi yah! Bikin kita iri!

Nanti bisikin yah ke arlannya jangan pernah tinggalin aku
Sebab dia akan menyesal!

Melakukan itu, dimana coba nyari orang yang sesabar aku, rela melihat pacarnya bonceng cewek lain dengan sepengetahuannya"

tiba tiba airmata menetes dipipiku, sampai aku tersadar kenapa yah aku jadi nangis, apa aku cemburu! Tidak mungkin rasanya aku kan terima arlan jadi pacarku karna ditawari ke kafe kopi milyarder, tapi kok ngak rela gini yah lihat mereka berdua.

"Molan Molan" ucapku sambil mengetok kepala motor dengan jari telunjukku.

Jangan lupa vote & commentnya yah😀😀😀

kopi milyarderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang