six

23 4 1
                                    

"Apa?! cowok ganteng yang berkelahi dengan langit tadi pacarmu?!" Ucap dinda tak percaya.

"Iya dia itu pacarku!" Ucapku menjelaskan sementara dinda masih belum juga percaya.

"Shil gue tahu kok lo itu jomblonya udah lama banget!, dan gue juga tahu kalo hati lo itu lagi hancur banget, pas tahu langit sama misya jadian! Tapi lo ngak perlu ngaku ngaku udah punya pacar..." ucap dinda yang langsung kupotong.

"Kalau lo ngak percaya ngak papa kok, udahlah kita pulang aja yuk?" Ajakku padanya yang dibalas anggukan olehnya.

****

Kuarahkan pandangku menelusuri semua tempat yang berada disekitar kafe kopi milyarder tempatku berdiri saat ini, mencari seseorang yang sudah beberapa hari ini tak pernah terlihat lagi.

Tiba tiba seorang lelaki berpostur tinggi menabrakku hingga membuatku terjatuh.

"Lo bisa ngak sih ngak ngalangin jalan! Untung bukan gue yang jatuh!.." lelaki itu terus saja mengoceh tampa berniat membantuku yang masih tergeletak disana.

"Lo? Lo kenal gue ngak?" Tanyaku padanya karna aku merasa, aku pernah melihatnya sayangnya aku lupa dimana pernah melihatnya.

"Ngak" jawabnya bingung.

"Gue Ashila pacarnya arlan! Lo temannya arlan yang waktu itu kan?" Ucapku saat telah mengingatnya. Ia pun masih tampa bingung, aku pun berdiri.
"Aku Ashila.."

"Oh iya gue ingat lo yang ngaku ngaku pacarnya arlan waktu itukan? Yang bau ikan itu kan!" Ucapnya setelah berhasil mengingatku.

"Aku ini pacar arlan beneran kok! Tegasku padanya.

"ngak usah ngaku ngaku deh lo! Pacarnya arlan itu rhalin!" Tegasnya.

"Emang gue pacarnya kok!
Lo tahu ngak arlan itu tinggalnya dimana?" Tanyaku.

"Bilang ajalah lo itu suka sama Arlan! Ngak usah ngaku ngaku pacarnya! Kalo iya masak rumah pacar sendiri ngak tahu sih?" ucapnya ketus sembari berjalan meninggalkanku.

****

"Anak anak besok kita akan mengadakan kemah, kegiatan yang sudah menjadi rutinitas kita yang dilakukan setiap satu tahun sekali! Semua siswa dan siswi diwajibkan ikut" tegas bu idri selaku guru kimia.

"Dimana bu??

"Kalo ngak di izinin gimana bu?"

"Ngak ditengah hutan lagi kan bu?"

"Kok acaranya dadakan sih bu?"

Tanya anak anak itu bertubi tubi yang tampak tidak suka dengan apa yang baru saja dibicarakan bu idri.dan langsung ditengahi bu idri.

"Kita kemahnya ngak jauh jauh kok! Kalo yang ngak diizinin ya mau gimana lagi! Karna kemah diadakan besok maka hari ini kalian di izinkan pulang lebih awal, untuk mengemasi perlengkapan kalian " Ucap bu idri.

Mereka pun pulang kerumah masing masing.

"Ashila! Ashila!" Teriak seseorang yang sedang berlari mengejarku dengan emosi yang menggebu gebu.

"Ada apa? Misya!" Ucapku padanya. Saat ia telah berhasil mengejarku. tampa berkata sepata kata pun Misya langsung menjabak rambutku dan mencakar wajahku dengan kuku kukunya.

Aku yang merasa mendapat perlakuan tak sopan itu, sebisa mungkin melakukan perlawanan.

Dan aku rasa kekalahan mulai mengerogoti diriku ini dikarena tubuh misya lebih tinggi dan ini sungguh tak sebanding denganku.

"Dasar! Tukang pho! Ngak ada kerjaan lain apa selain pho!" Ucap misya yang masih melayangkan perlawanan kepadaku.

"Siapa yang pho?!" Bentakku sambil melakukan perlawanan kecil kecilan.

Dan saat ini aku berharap ada yang melerai kami, walaupun kemungkinannya kecil sekali, karna tempatku berkelahi saat ini diperpustakaan sekolah yang letaknya paling ujung.

Rasa sesal menghampiri diriku andai saja tadi aku mengikuti perkataan dinda dan memutuskan untuk pulang bersamanya tampa memikirkan jaketku yang tertinggal sejak kemarin diperpus! pasti aku tak akan bertemu misya.

Memang benar yah penyesalan selalu datang saat kita udah ditepi jurang!!.

"Hey apa yang kalian lakukan disana?! Ayo ikut saya keruang bk" ujar pak budi yang melihat kami melerai, pak budi selaku guru olahraga kami.

Tiba tiba saja misya menangis sejadi jadinya. Membuat pak budi menatapnya iba.

"Eh! mis drama queen! Lo ngapain nangis? Bukannya lo yang nyerang gue duluan.

"Diam lo!!" Bentak misya, airmata masih mengenang di pipinya.

"Udah udah misya kamu ngak usah nangis yah! Kita selesaikan diruang bk aja" tawar pak budi yang merasa iba pada misya yang sedari tadi menangis.

"Bukannya yang babak belur aku yah! Kenapa jadi dia yang nangis! Padahal dia tidak lecet sedikitpun" gumanku dalam hati.

"Saya ngak mau ke ruang bk pak! Saya mau pulang aja!" Ucap misya masih tak henti hentinya menangis.

"Ya sudah kalian berdua ayo minta maaf disini? Kalo ngak mau ke ruang bk!" Seru pak budi.

Kurasakan wajahku sangat perih
Akibat cakaran dari misya.

"Ayo cepat kalian bermaafan sebelum saya bawa masalah ini keruang bk?!" Bentak pak budi tegas.

Misya pun menyodorkan tangannya lalu meminta maaf padaku, dan kulihat senyuman sinis terlihat disudut bibirnya, sebagai bentuk perayaan atas kemenangannya.

Dan aku pun melangkah pergi, sembari meratapi kekalahanku
Dengan wajah yang dipenuhi luka bekas cakaran misya.

Tampa sadar airmata menetes dipipiku.

Jangan lupa vote & commentnya ya

kopi milyarderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang