seven

20 4 0
                                    

Saat ini aku terduduk lemas dibangku taman yang tak jauh dari sekolahku.

Rambutku acakkan, wajahku babak belur dan tenagaku terkuras habis saat melakukan pertahanan diri tadi.

Usai bertengkar hebat dengan misya tadi, aku memutuskan untuk tidak kembali dulu kerumah.

Aku tak ingin ibu mengkhawatirkan diriku, saat melihatku putri tercintanya babak belur pulang kerumah.

Jadi untuk sementara waktu kuputuskan untuk duduk disini sambil mencari cari jawaban apa yang akan kuterangkan nantinya.

Untunglah tidak ramai orang yang berada ditaman saat ini membuatku sedikit lega.

Saat berada disini karna tak kan banyak orang yang keheranan melihatku seperti ini.

Perih itulah yang kurasakan pada bagian wajahku saat ini.sebuah cermin kecil kukeluarkan dari tasku dan mulai melihat apa yang terjadi pada wajahku.

Sebuah daging putih terkelupas, terlihat jelas diwajahku tampa mengeluarkan darah sedikit pun.

"Ashila Diandra!" Sebuah sapaan mengejutkanku dari lamunanku.

Aku pun menoleh kesumber suara dan mendapati arlan sedang tersenyum padaku.

"Ngapain kau disini" bentakku padanya, kemaren aku memang mencarinya, tapi kenapa dia datang disaat aku sedang tidak ingin dia ada.

Dia menatapku penuh kebingungan. Memperhatikan wajahku yang terluka.

"Kau kenapa?" Tanyanya dengan nada sedikit khawatir.

"Terluka!" Jawabku sekenanya. Yang membuatnya semakin khawatir.

"Kenapa kau datang kesini?! Apa karna saat ini kau rindu lagi?" Tanyaku menerka jalan pikirannya.

"Bukan!" Jawabnya sembari duduk dibangku bersebelahan denganku.

"Lah! Trus kenapa kau datang kesini?" tanyaku heran.

"Karena kau pacarku" ucapnya sambil mengeluarkan sebuah kotak obat dan membersihkan luka diwajahku.

Pipiku langsung memerah saat mendapatkan perlakuan yang baik darinya.

"Lain kali jangan ganguin kucing lagi ya? Kasihan kuku kucingnya rusak habis cakar kau!" Ucapnya setelah selesai mengobati wajahku yang membuat perasaan senangku lenyap seketika.

"Aku pulang dulu yah! Kau pulang juga gih! Nanti dicakar kucing lagi" ucapnya yang akan berlalu pergi.

"Tunggu!" Ucapku mencegahnya.

"Ada apa? sahutnya.

"Kau tinggal dimana? Nomor hpmu berapa?" Dia lalu menberikan sebuah kertas, tampa menjawab pertanyaanku, sebuah kertas yang bertuliskan alamat dan nomor telponnya disana. Lalu berlalu pergi meninggalkanku.

Aku pun tersenyum melihat kertas yang tadi disodorkannya.

Disana telah tertulis nomor telpon dan alamat rumahnya.

Arlandinata, kau manusia kan apapun yang kubutukan selalu kau berikan! Apa jangan jangan kau itu pangeran yang dikirim tuhan.

****

Hari ini dengan penuh semangat ku lajukan motorku dengan kecepatan sedang menuju rumah Arlan, pacarku itu.

Aku pun mulai mencari alamat rumahnya Berdasarkan informasi dari kertas yang diberikannya kemarin.

Tak lama kemudian sampailah aku didepan pintu gerbang berwarna coklat itu.

Ting Tong

Setelah memencet bel rumahnya. Datanglah seseorang lelaki paruh baya membukakan pintu gerbang untukku.

"Ada yang bisa saya bantu mbak?" Ucap orang tersebut yang mungkin adalah satpam dirumah ini.

"Apa benar ini rumah Arlandinata pak?" Ucapku menanyai satpam itu.

"Iya ini rumah aden Arlandinata, maaf mbak ini siapa yah?" Tanyanya padaku.

"Aku ini temannya Arlan pak, bisakah saya bertemu arlan sekarang pak? Ucapku dengan nada ramah.

"Tidak bisa mbak! Den arlannya sedang dikunjungi keluarga besarnya, jadi tidak bisa diganggu!" Ucap satpam itu sedikit tak suka.
"Tapi pak, saya ada keperluan penting dengannya! Bapak bilang saja pada Arlan bahwa Ashila diandra, pacarnya mencarinya.

"Oh jadi mbak ini pacarnya den Arlan, silakan masuk mbak, mari saya antar" ucap satpam itu mengizinkanku masuk dengan penuh keramah tamahan.

Aku pun mengikuti satpam itu. Tak lama kemudian Pintu rumah itu terbuka seseorang pria dengan stelan jas hitam keluar dari pintu itu.

"Maaf tuan ada yang ingin bertemu dengan den arlan tuan" ucap satpam tadi lalu meninggalkanku dengan pria berjas hitam itu, mungkin dia ini adalah papanya Arlan.

"Kamu siapa? Mau ngapain?" Tanya orang itu memandangku tak ramah, dan dari sorot matanya orang ini tak ingin aku ada disini.

"Saya Ashila, pacarnya Arlan pak!" Ucapku dengan tersenyum ramah.

Dia terlihat sedikit terkejut saat aku bilang kalo aku adalah pacar Arlan.

"Apa? Pacar Arlan! Saya papanya Arlan" ucap orang itu lalu memanggil manggil Arlan.
Yang membuat Arlan keluar dari rumah itu.

"Ada apa pa?" Sahutnya lalu berjalan menghampiri. Wajah Arlan mendadak pucat saat menyadari aku berada disana.

"Arlan!? Tolong kamu jelaskan pada papa, apa benar dia ini pacar kamu?!" Ucap papanya sedikit berteriak membuat seorang wanita keluar dari rumah itu.

"Mana pacar kamu Arlan? Kok ngak dibawah masuk" ucap orang itu tampak senang.

"Anu, Anu tan" ucap arlan terbata bata menjawab pertanyaan wanita yang dipanggilnya tante itu.

"Mana??" Tanya tantenya lagi.

Melihat Arlan hanya diam tak menanggapi, aku pun mulai angkat bicara.

"Saya ashila tan, pacar arlan" ungkapku pada orang yang dipanggil tante oleh arlan tadi.

"Hha?! Apa? kamu pacarnya arlan?"tanya tante arlan tak percaya dia pun melirik arlan meminta jawaban laki laki itu.
Yang sedari tadi tidak banyak bicara.

"Jangan bilang kalo dia itu pacar kamu" ucap tantenya lagi.

"Dia.. itu.. bu.. bukan pacar arlan kok pa! Tan! Arlan aja ngak kenal sama dia!" Ucap arlan yang membuat kedua orang itu bernafas lega.

"Yaudah kita masuk lagi yuk! Besok kamu bawah pacar kamu kesini ya? Kenalin ke tante!" Ucapnya sembari membawa arlan pergi.

"Pak saya ini pa..."

"Kamu pulang aja yah! Satpam antar orang ini kedepan pintu gerbang!" Teriaknya pada satpam yang mengantarku tadi.

Jangan lupa vote & commentnya yah

kopi milyarderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang