Rama & Sinta

3.1K 210 24
                                    

"Aku nggak mau Ham!"

Sinta berusaha menarik tangannya dari cekalan Ilham. Namun, tak sedetikpun Ilham berniat melepaskan tangannya dari Sinta. Ia terus menyeret wanita itu menuju parkiran.

"Masuk!" titah Ilham setelah membukakan pintu penumpang untuk Sinta.

"Nggak!" Sinta masih berusaha menarik tangannya tapi gagal. Bahkan jemarinya memutih akibat aliran darah di pergelangan tangannya terhambat genggaman kuat tangan Ilham.

"Masuk!" Ilham memaksa kepala Sinta untuk menunduk untuk kemudian ia hela masuk tubuh wanita itu ke dalam mobil sedannya. "Berani coba keluar dari mobil, kubuat skandal lebih besar dari yang barusan terjadi!"

"Kamu nggak akan berani!" seru Sinta sambil berusaha mengeluarkan sebelah kakinya dari dalam mobil.

Kembali Ilham dengan sigap mendorong tubuh Sinta masuk ke mobil.

"Yeah? Try me!" Ilham tersenyum miring di akhir kalimatnya.

Sinta menatap sengit pada Ilham. Ia mendengkus kemudian berteriak frustrasi. Kedua tangannya memukul-mukul dashboard guna melampiaskan kekesalannya. Membuat Ilham menyunggingkan senyum kemenangan di bibirnya.

Merasa Sinta tak akan melakukan perlawanan lagi, Ilham menutup pintu mobil lalu berlari berputar ke sisi kemudi. Tanpa menunggu apapun lagi, kakinya menekan pedal gas dan mereka berduapun berlalu dari sana.

💔💔💔

Sinta berpikir dia pasti gila saat kakinya menjejak pelataran rumah sakit. Ia bepikir ia pasti begitu putus asa sampai dengan relanya dibawa paksa oleh Ilham menemui orang yang lima tahun lalu telah membuangnya. Ya, dia pasti sudah kehilangan akal sehatnya.

Menyentak tangannya pelan, Sinta memaksa Ilham untuk berhenti berjalan. Ia menatap Ilham dengan kesal lalu melirik ke kanan, tempat berderet-deret penjual berbaris menjajakan dagangan mereka.

"Apa lagi?" tanya Ilham.

"Beli buah kek, bunga atau apa. Kamu nggak seriusan ngajak aku jenguk dia dengan bawa badan doang kan?!"

Ilham mendesah lelah. "Memangnya kamu bawa uang?"

"Ya nggaklah!" sahutnya galak. "Dengan ulahmu yang main seret saat aku lagi meeting dengan para atasan, kamu pikir aku masih ada rencana untuk ngambil dompetku?!"

"Terus?" Antara bingung dan gemas, Ilham mengerutkan keningnya.

"Kamu yang bayar!" Dengan satu sentakan kuat tangan Sinta terlepas dari Ilham. Ia berjalan santai ke arah wanita paruh baya yang menjual buah-buahan.

Memilih dengan leluasa, Sinta membungkus beberapa butir apel, jeruk dan pir. Kemudian ia melenggang pergi membiarkan Ilham membayar semua tagihannya. Setelahnya, Sinta terus menyusuri lorong demi lorong rumah sakit mendahului langkah Ilham. Langkah angkuh penuh percaya dirinya hilang kala tiap ketukan heels-nya semakin terdengar mendekati gedung rawat orang tersebut. Perlahan tapi pasti, Sinta memelankan langkahnya lalu benar-benar berhenti. Ia meneguk ludahnya susah payah.

"Now what?" Ilham bertanya mulai tak sabar.

Sinta memutar tubuhnya menghadap Ilham.  Bersitatap tepat dengan bibir pria tersebut, Sinta sadar jarak mereka terlalu dekat. Diambilnya satu langkah mundur. Hanya itu, karena Ilham langsung memegang lengan Sinta, takut jika wanita itu berusaha melarikan diri.

"Aku nggak tahu ruang rawatnya. So, I think it's better if you go first." Sinta mencoba menawarkan senyum manis yang ternyata gagal total di mata Ilham.

EstorieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang