I'm your biggest fan
I'll follow you until you love me
Papa-paparazzi
Baby there's no other superstar
You know that I'll be
Your papa-paparazzi
Promise I'll be kind
But I won't stop until that boy is mine
Baby you'll be famous
Chase you down until you love me
Papa-paparazzi"Anjir! Sakit, nyet!"
"Lo kalau mau ngamen sono di lampu merah. Ini rumah sakit, bego! Lo mau jenguk gue apa minta recehan? Nyanyi mulu dari tadi."
"Gue kan ngehibur lo. Temen sakit, gue tengok. Dinyanyiin, bawa gitar pula. Kurang totalitas dari mana lagi gue, Lala po sodaranya tinky winky! Malah di lempar remot AC."
Lala tertawa. "Sakit banget emang, Vin?"
"Masih nanya! Benjol jidat gue! Gue doain lo gegar otak."
Mata Lala melotot. "Anjir! Doa lo jelek banget. Masih syukur gue nginep sini cuma lecet sama bengek doang. Kalau gue mati lo ngejomblo bareng siapa?"
"Jomblo sendirilah. Lo tuh yang selama ini bikin gue nggak dilirik cewek. Ngurang-ngurangin nilai jual gue!" Vino berucap dengan nada bicara dan raut wajah serius. Namun, detik berikutnya cengiran lebar khasnya keluar. "Lagian sampai sekarang gue masih heran, lo bisa-bisanya sih nabrak tiang listrik? Mau niru si papah?"
"Enak aja! Gue ngantuk habis begadang ngerjain tugas hoelang. Pagi-pagi banget si Derry minta jemput dari stasiun. Gue iyain, eh malah begini jadinya."
Vino berdecak. Ia kembalikan remot AC ke atas kasur tepat di samping tangan kiri Lala yang penuh luka lecet.
"Makanya punya otak jangan lo jual ke rumah makan padang! Jadi bego kan lo!"
"Anjir! Gue kan mau jemput pujaan hati gue, Vin. Ini namanya cinta! Pengorbanan, Vin!"
"Makan tuh cinta!"
Vino dengan sengaja menekan salah satu memar di lengan Lala. Membuat Lala berteriak kesakitan. Vino tertawa puas mendengarnya.
"Anjrit sakit, bego!" Lala balas melempar kembali remot AC yang tadi diletakkan Vino di ranjangnya.
Vino menghindar. Remot itu jatuh terseret jauh hingga ke pojok ruangan, menabrak ujung sepatu seseorang. Tak lama sebuah tangan putih keriput terulur mengambil remot itu. Tawa Vino berhenti seketika.
"Ya ampun, Lala. Bisa bangkrut mama kalau barang-barang di rumah sakit kamu bantingin begini." Seorang wanita di awal lima puluhan datang menghampiri ranjang Lala.
Vino tersenyum begitu wanita berambut lurus sepundak itu berdiri di sampingnya.
"La, mama pulang dulu ya. Ini tadi papamu telepon mama pas di kantin. Katanya adekmu rewel. Kasihan dari kemarin kan mama di sini. Papa sama adekmu nggak ada yang ngurusin."
Lala mengerucutkan bibirnya tapi tak urung ia mengangguk juga.
"Barusan Derry juga whatsapp mama, katanya bentar lagi sampai. Sekalian tadi mama minta tolong malam ini jagain kamu."
"Terus?" Wajah Lala langsung berbinar. "Derry mau, ma?"
Mama Lala tertawa. "Ya maulah. Mamanya dia kan sahabat mama."
"Nggak nyambung, mamaaa..."
Kening mama Lala berkerut. "Iya ya?" Sebentar kemudian wanita itu mengibaskan sebelah tangannya. "Ah intinya Derry mau nungguin kamu. Mama pulang dulu. Kasihan itu adekmu kan besok mulai ujian kenaikan kelas."
Lala mengangguk saat mamanya mengusap lembut rambutnya yang kusut karena sudah tiga hari tidak dikeramasi.
"Oh iya, besok kan kamu udah boleh pulang. Pulang ke rumah dulu ya. Balik kosnya nanti-nanti aja kalau kamu udah benar-benar pulih. Trauma mama. Biar nanti mama minta tolong Derry antar-jemput kamu. Mumpung dia di sini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Estorie
Short StoryEstorie Anglo-French word for story (noun); : a fictional narrative shorter than a novel; specifically : short story : the intrigue or plot of a narrative or dramatic work Work ini akan berisi kumpulan one shots atau cerita atau adegan random lainn...