Samudra memarkirkan motornya di carport, di samping motor matik warna merah milik kekasihnya. Ia mendesah lega ketika tubuhnya tak lagi terpapar sinar matahari. Wanita yang ia bonceng tadi sudah turun terlebih dahulu untuk membuka pagar. Wanita itu menenteng kresek belanjaan di tangan kirinya. Dengan tangan kanan ia membuka pintu rumahnya. Samudra melepas helm, turun dari motornya lalu mengikuti langkah kekasihnya masuk ke dalam rumah.
Samudra melepas jaket dan melemparkannya ke atas sofa tunggal. Ia mendudukkan tubuhnya ke atas sofa panjang di ruang tamu. Badannya membungkuk demi menjangkau kipas angin yang diletakkan di samping tv. Kembali ia mendesah setelah punggungnya yang panas bersentuhan dengan sejuknya sandaran sofa dan wajahnya terpapar sejuk angin dari kipas.
"Mau minum apa, Sam?" Suara kekasihnya terdengar dari arah dapur.
"Apa aja, yang penting dingin."
Tak ada sahutan apapun. Namun, Samudra mendengar pintu kulkas yang dibuka lalu ditutup, juga denting sendok beradu dengan gelas.
Sambil menunggu, Samudra menebar pandangannya. Bukan cuma sekali ini ia masuk kemari. Ia sudah terlalu sering kemari. Bukan untuk alasan menggelikan seperti 'mengunjungi pacar'. Rumah ini terlalu nyaman sehingga Sam sering kemari untuk mampir melepas lelah atau menumpang makan. Ini adalah jenis rumah yang entah mengapa auranya begitu sejuk dan menenangkan.
Pandangan Samudra jatuh pada gitar coklat yang disandarkan di dinding dekat kipas angin. Kekasihnya memang bisa bermain alat musik. Suaranya pun merdu. Sam selalu menyukai ketika kekasihnya itu menyanyikan lagu sambil bermain gitar.
"Es sirup aja ya. Males bikin es teh."
Samudra menoleh ke kanan, mendapati kekasihnya meletakkan nampan berisi satu teko es sirup dengan dua gelas kosong di atas meja kaca di hadapannya.
Segera Samudra menuang es sirup itu dalam gelas. Ia tenggak habis cairan itu dalam tiga tegukan. Kekasih Samudra tersenyum geli lalu ia berjalan menjauh menuju kamarnya.
"Babe, ajarin aku main gitar dong!" Samudra berseru ketika kekasihnya masih di dalam kamar.
"Buat apaan?"
Samudra membungkuk meraih gitar itu. Ia memangkunya dan memetik asal tiap senarnya.
"Buat apaan?" Kekasih Samudra sudah kembali ke ruang tamu. Jaketnya sudah terlepas, memperlihatkan kaus putih kebesaran yang jatuh hingga setengah pahanya yang tertutup celana jeans panjang. Rambutnya yang panjang dikucir kuda. Ia duduk di samping Samudra.
"Buat gaya-gayaan aja. Kan katanya cowok yang bisa main alat musik itu kelihatan lebih ganteng."
Kekasih Samudra mengerutkan keningnya lalu tertawa. "Berapa sih umurmu? Kayak ABG aja."
Kekasih Samudra mengambil alih gitar itu. Ia hadapkan tubuhnya pada Samudra. Kaki kirinya bersila di atas sofa. Paha kanannya ia jadikan tumpuan gitar. Jemari kanannya memetik tiap senar gitar, memastikan nadanya tak bergeser.
"Sini aku nyanyiin aja." Kekasih Samudra tersenyum tulus.
Wanita itu mulai memainkan gitarnya. Alunan intro lagu yang lembut membuat senyum Samudra terkembang.
Boy I've seen your heart
In the darkest hour
Seen you fall apart
Like a dying flower
And it hurts me so
You have let me downBut I'll tell you
That I love you
And I'll fix you up
You got demons
I got mine but
It won't break us up
Keep your head up
Don't you worry
Look from up above
Oh I...
KAMU SEDANG MEMBACA
Estorie
Short StoryEstorie Anglo-French word for story (noun); : a fictional narrative shorter than a novel; specifically : short story : the intrigue or plot of a narrative or dramatic work Work ini akan berisi kumpulan one shots atau cerita atau adegan random lainn...