Part 10 (Terlacak)

1.1K 67 3
                                    

Author POV

Ve benar-benar merasa hatinya sedang tak tenang saat itu. Ve merasa seseorang yang memiliki tatapan dingin dan tajam sedang mengawasinya. Ia terus mencari orang yang mengawasinya sambil mengobrol ke beberapa tamu yang hadir. Tak lupa juga ia memberikan senyuman terbaiknya. Mungkin lawan bicaranya menganggap Ve tampak sangat enjoy ketika berbicara dengan mereka tetapi itu tidak terjadi padanya sekarang karena seseorang tersebut.

Ia mencarinya sangat detail. Mencari seseorang yang dari awal sedang memperhatikan gerak geriknya. Dari timur ke barat, dari ujung ke ujung ia benar-benar tidak menemukan orang yang mencurigakan. Itu membuat Ve heran dan bertanya-tanya. Kenapa ia merasa diawasi sedangkan orang yang diawasi tidak melihat orang yang mengawasi?

Akhirnya Ve pun menyerah. Ia meminum segelas red whine. Tidak sampai habis, mungkin hanya dua teguk Ve merasa aneh dengan dirinya. Ia baru saja meneguk whine yang kadar alkoholnya tidak terlalu tinggi. Dan ini belum dari setengah gelas tetapi ia merasa pusing.

Ve benar-benar tidak kuat untuk berdiri. Dan ia juga ingin tertidur. Tapi tak ada Kinal di sekitarnya. Ia benar-benar bingung. Tubuhnya lemas.

Seorang waiters menghampiri Ve. Memakai baju seperti waiters yang sama seperti waiters yang lain. Tetapi ada sesuatu yang berbeda.

Ia tampak sangat ..... sangat lebih rapi daripada waiters yang lain. Dengan perawakannya yang tinggi besar ia lebih pantas dijuluki sebagai seorang bodyguard daripada seorang waiters.

"Terima kasih telah menolongku, tolong antarkan aku kepada pasanganku. Kemungkinan besar dia berada di lantai atas" kata Ve dengan suara yang pelan. Tubuhnya pun terlihat sangat lemas. Ia mengulurkan tangannya ke atas dalam keadaan bersimpuh seolah hanya seorang waiters itu lah yang hanya bisa menolongnya saat ini.

Waiters itu tetap diam berjalan kearah Ve. Ia berjongkok dan diam sejenak. Menatap wajah anggun Ve yang dihiasi oleh butiran-butiran peluh.

Ia pun memapah Ve keluar. Ve tampak sudah tak berdaya. Akhirnya sang waiters pun menggendongnya. Ia membawa Ve menuju sebuah mobil bewarna hitam yang terparkir di depan pintu keluar.

"Tolong letakkan dia secara hati-hati. Jangan sampai menganggu tidurnya. Boss mau misi ini berhasil dengan mulus tanpa ada celah." Kata seseorang yang memakai kacamata hitam dan berjas.

Ada mobil mobil lain di sana. Dua mobil di depan dan dua mobil di belakang serta ada motor sport di sampingnya. Ini tampak seperti pengawalan ketat yang diperlakukan kepada seseorang yang sangat penting.

Keadaan Ve saat itu sudah sangat tidak berdaya. Ia sudah tidak sadarkan diri.

Entah dimana sang waiters yang telah memapah Ve tersebut. Yang jelas ia tidak berada di mobil yang sama dengan Ve.

***

"Nnggghhh..." lirih Ve setelah tersadarkan diri.

Ia mengerjapkan matanya beberapa kali. Pandangannya masih terlihat buram tidak jelas.

Ia merasakan sedang berada di kasur yang sangat empuk dan bantal yang sangat nyaman. Ia mengira bahwa seseorang telah membawanya kembali ke hotel dari pesta itu.

Ia tertidur kembali. Ia merasa ini masih terlalu dini untuk bangun.

***

Di sebuah ruangan, beberapa pria sedang mengawasi seorang gadis lewat cctv yang mereka pasang. Mereka terus menatap layar monitor di hadapannya dengan serius.

Di meja mereka ada beberapa kertas bertumpukkan serta secangkir kopi di sebelahnya. Tampaknya mereka benar-benar serius dengan apa yang sedang dikerjakannya.

Seorang pria yang duduk di kursi yang bewarna coklat tua melihat sesuatu sehingga membuat ia sedikit berteriak.

"Gadis itu sudah bangun, Sir." kata sang pria tersebut.

Pria yang dipanggil 'Sir' itu berjalan ke arah pria yang memanggilnya. Ia memperhatikan layar monitor si pria tersebut.

"Apakah dia akan menyadarinya?" gumam pria itu.

"Tidak, Sir. Sepertinya gadis itu sudah kembali tertidur lagi. Mungkin ia merasa ini masih terlalu dini untuk bangun." kata pria yang duduk di kursi.

"Ya. Mungkin saja. Tolong awasi dia dengan ketat. Saya ingin istirahat sebentar." kata Sir yang berjalan menuju ke arah pintu.

"Siap, Sir" sahut beberapa pria yang menghadap layar monitor mereka masing-masing

TBC
.
Tolong vote dan commentnya. Terima kasih hehehe

Hi, VeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang