Part 5 (Aku Khawatir)

2K 115 8
                                    

WARNING 18 ++🔞
Tapi kalo emang maksa, ya silahkan saja.

Jangan lupa vote+comment ya~

***

Ve POV

  Ku lihat jam di dinding. Rupanya sekarang jam dua belas lewat empat puluh lima menit rupanya. Mengapa Kinal belum pulang juga?

  Jujur, aku hanya ingin menggodanya saja. Tidak lebih. Tetapi kenapa Kinal membuat godaanku serius? Ah... aku harus bagaimana?

  Daripada aku mengkhawatirkan Kinal kesayanganku di rumah sendirian, lebih baik aku mencari Kinal sekarang. Ku ambil kunci mobilku yang ku letakkan di atas meja sebelumnya dan jaket yang berada di lemariku. Aku turun ke basement untuk mengambil mobilku lalu aku langsung tancap gas untuk mencari Kinal-ku seorang.

  Sudah satu jam setengah aku mengitari kota Tokyo yang sangat indah ini. Aku pusing harus mencari Kinal dimana lagi. Para sahabat Kinal, Jeje dan Beby sedang tidak ada di rumah. Ku lihat kedai tempat Kinal biasanya berkumpul bersama teman-temannya juga tak ada Kinal di sana.

  Tiba-tiba aku merasa sangat haus. Ku hentikan mobilku di konbini  dekat sini lalu ku parkir mobilku di seberang konbini. Lebih tepatnya di depan bank. Aku baru menyadari satu hal. Ternyata sekarang aku sedang berada di daerah dengan apartemen dan rumahnya yang elit.

  Menurutku apartemen di wilayah sini biaya sewa per bulannya cukup mahal. Tapi mengingat area ini sangat strategis dan keamanannya yang tak perlu di ragukan, bagiku harga itu masih wajar.

  Aku sedikit berlari ke konbini. Ku ambil keranjang dan kumasukkan beberapa botol air mineral dan snack untuk menemaniku di saat aku mengemudi. Ku bayar belanjaanku dengan uang tunai. Mungkin snack yang ku beli terlalu banyak sampai-sampai aku membawa dua kantong plastik.

  Sebelum ku menyalakan mesin mobilku, tiba-tiba mataku menangkap seseorang yang aku cari-cari. Kinal. Itu Kinal. Ia berjalan keluar dari konbini dengan membawa beberapa botol minuman beralkohol dan bento. Dari cara Kinal berjalan, sepertinya ia sedang mabuk.

  Tak perlu berfikir lebih lama lagi, aku langsung keluar dan menghampiri Kinal. Ku seret tangannya untuk masuk ke dalam mobil tanpa ada penolakkan dari Kinal.

  "Ve... ayo kita ke hotel. Aku mau tidur di hotel malam ini," kata Kinal.

  "Nnggg... ah... iya," jawabku.

  Kinal ku bawa ke hotel yang terletak lumayan jauh dari area konbini tadi. Ku pesan kamar deluxe untuk kami berdua. Ku tarik tangan Kinal untuk masuk ke dalam lift. Kamar hotel kami berada di lantai delapan. Ku cari pintu kamar yang bertuliskan nomer 804.

  Ku tempelkan kartu yang sebelumnya sudah di beri oleh resepsionis lalu ku buka pintunya dan aku masuk. Sebelum ku memegang tangannya, Kinal sudah masuk terlebih dahulu.

  Tiba-tiba Kinal menghimpitku ke pojok kamar. Aku tersentak kaget. Kinal membuka resleting jaketku lalu melepaskannya dari tubuhku dan di buangnya ke sembarang arah.

  "Ve..." katanya sambil memasang mimik memohon. Aku hanya bisa mengangguk saja.

  Di tempelkannya bibir Kinal dengan bibirku. Terasa manis sekali bibirnya. Entah siapa yang memulainya, kini kami saling melumat satu sama lain. Aku menahan tengkuknya agar ciuman kami berlangsung lebih lama.

  Kinal mulai menciummi pipiku, leherku dan pundakku. Sesekali ia menggigitnya. Aku hanya bisa meracau memanggil manggil namanya dan mendesah menikmati sentuhannya kini. Ah... malam yang indah~

TBC

Hi, VeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang