5.Happy Valentine Day

140 20 0
                                    

Pagi ini aku ingin memulai kehidupan kembali. Berkat ayah, aku tidak takut lagi membuka diri. Entah kenapa perkataan ayah kemarin begitu berharga bagiku. Meyakinkanku untuk mengenal jati diriku yang sebenarnya.

Hari ini kelas begitu ramai. Dimana - mana semua anak sedang berkumpul membuat grup dan saling mengobrol. Tidak seperti biasanya, hari ini kelas dipenuhi dengan bau cokelat yang menggoda selera.

Benar sekali! Hari ini adalah 'Valentine Day'. Hari dimana orang - orang memperingati hari kasih sayang dengan berbagi cokelat seperti yang teman - temanku lakukan hari ini.

Valentine Day bukanlah hari yang penting bagiku. Valentine Day sama seperti hari Senin, Selasa, Rabu dan empat hari lainnya. Tidak ada suatu hal yang berkesan bagiku di tanggal 14 ini.

Sementara anak - anak sibuk berbagi cokelat, aku malah linglung mencari keberadaan pemilik tas hitam yang berada disebelahku saat ini. Dimana gerangan orang itu, ada banyak hal yang ingin aku ucapkan padanya.
Satu dari seribu hal itu adalah permohonan maafku.

Ditengah pencarianku, aku mulai berpikir bahwa tidak ada hal yang bisa aku lakukan sendiri. Manusia adalah 'Makhluk Sosial', dimana manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Penjelasan itu dari SD hingga sekarang selalu aku ingat. Tapi aku tidak tahu bahwa itu sangat membantuku hari ini.

"Mina!" panggilku pada ketua kelas di kelas ini.

"Kenapa?" tanyanya berbalik. Dari pandangannya yang kaget, aku yakin dia tidak menyangka bahwa yang memanggil itu ternyata diriku.

"Apa kau melihat JB?" tanyaku.

"Ohh... JB... Tadi, sih dia bilang izin ke UKS." jelasnya.

"Hmm... Makasih ya!" senyumku segera beranjak.

Saat itu, tanpa ragu aku pergi berangkat dari kelas menuju ruang UKS yang berada di samping ruang guru. Berharap bahwa nanti aku akan berbicara dengan JB tanpa gugup, dingin dan salah. Menerima kebaikannya yang mau berbaikan denganku dan bersahabat lagi denganku.

Ketika tiba di ruang UKS, keadaan disana sangat sepi. Ada empat buah kasur dengan dibatasi gorden berwarna biru muda. Satu dari empat kasur itu sudah di tempati oleh seseorang dipojok kanan ruangan. Dia JB, yang saat itu sedang berbaring dan melipat lengan di atas dahinya.

Aku pun langsung mendekat tanpa menegur JB sedikit pun. Duduk di samping kasur miliknya yang ditutupi dengan gorden. Duduk sambil menghadap ke arahnya dan mulai memberanikan diri untuk berbicara.

"Oii! JB! Apa kau masih marah?" sapaku yang belum ada balasan darinya.

"Maafkan aku..." lirihku.

Tiba - tiba, gorden yang semula tenang pun bergerak dan membuatku kaget.

"Biarkan saja!" halangku. "Aku tidak akan bisa mengatakan semuanya jika melihatmu. Jadi biarkan saja." ucapku.

"Jujur saja. Aku tidak pernah membencimu. Sama sekali tidak pernah."

"Bagaimana mungkin aku membenci orang sebaik dirimu. Jadi, jangan katakan bahwa aku orang jahat. Itu menyakitkan." lanjutku.

Selama berbicara, aku terus saja menunduk seolah - olah saat ini JB sedang melihatku. Rasa bersalahku padanya cukup besar hingga membuatku merasa, bahwa tidak pantas untuk berdiri tegap.

"Oii!" panggil JB dari arah lain. Aku pun langsung menoleh kearah datangnya suara. "Ayo kerjakan tugas Bahasa Inggris kita!" senyumnya berdiri melihat kearahku. Aku pun mengiyakan dengan bahasa tubuhku.

Setelah itu, JB berbalik dan berjalan terlebih dulu meninggalkanku yang masih duduk di atas kasur. Aku merasa sangat senang karena akhirnya aku tidak perlu menghindari orang yang aku sukai ini.

"JB!" panggilku saat dia membuka pintu UKS.

"Hmm?" tanyanya sambil berbalik.

Aku hanya diam, beberapa detiknya, kuberikan sekotak cokelat padanya
"Perayaan Valentine Day?" tanyanya menggodaku.

"Hmm? Enggak! Sebagai permohonan maafku." balasku kikuk.

#TBC

Dahyun's DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang