"Kamu sehira adik nya Seno putra benjamina kan?"
"Jadi tante juga kenal sama abang aku?"
"Tante bahkan tau Mbak Aleana dan kak Ficus benjamina, orang tua kamu. Ra, mereka itu orang yang sudah membantu tante berjuang sampai dengan hari ini. Dulu anak perempuan nya tinggal di Bogor, tante selalu penasaran sama kamu dan hari ini bersyukur akhirnya kita bisa bertemu"
Sehira masih memutar otak nya, bingung dengan semua ini karena kalaupun ternyata sehira pemeran utama disini tapi justru sehira tidak tau apa-apa sama sekali
"Maaf tante, aku gak tau harus menanggapi seperti apa. Ucapan terima kasih tante, aku rasa bukan aku orang yang pantas dan aku yakin tante pasti udah bilang terima kasih juga ke keluarga ku, aku disini gak melakukan apapun tante sekecil apapun itu"
Gelengan kuat kepala tante winata jelas sekali menandakan ada suatu hal penting menyangkut dirinya yang dia tidak tau sama sekali
"Karena kamu anak laki-laki tante satu-satunya bisa bersemangat menjalani hidupnya yang dulu udah diujung tanduk"
"Ehem bunda, istirahat yuk"
Hydra yang daritadi hanya melihat dan mendengar obrolan kami tiba-tiba menginterupsi dan hendak membawa ibu nya pergi "Bunda masih mau ngobrol loh sama sehira"
"Nanti aja bun, kata ravana bunda udah diluar daritadi sekarang waktunya istirahat"
"Gak apa-apa kali kak, mumpung bunda punya teman ngobrol"
Hydra tidak mendengarkan permohonan ibunya dan lalu memutar balik kursi roda dan berjalan perlahan "Bunda capek nanti ngobrol sama dia, dia tuh berisik banget nanti kuping bunda sakit"
Apa tadi dia bilang? Manusia sialan.
***
Sehira masih berdiri didepan kolam sederhana yang tidak seberapa besar. Kolam ini berbetuk bulat berada ditengah bagian dalam rumah. Kalau dilihat-lihat rumah ini dari luar terlihat tradisional tapi kalau sudah didalam nuansa campuran tradisional dan kebarat-baratan cukup kentara sekali. Kolam dibagian tengah rumah ini mengingatkan sehira pada film-film eropa zaman dulu yang suka sehira dan bunda tonton
Sekitar 10 meter dari kola ada 2 tangga yang menjulang tinggi ada disisi kanan dan kiri kolam lalu keduanya menyatu ditengah, sehira tengok diatas seperti ada ruangan yang luas dan beberapa kamar
Masih sambil memperhatikan nuansa rumah yang nyaman dan indah ini, karena ada bau-bau tanah liat dicampur wewangian rumput yang berasal dari samping rumah, sehira liat dari jendela besar disisi kanan tangga terhampar luas rerupmputan hijau dan pohon-pohon yang sehira belum tau jenisnya. Bau tanah dan rumput, adalah bau yang menenangkan menurut sehira
Tiba-tiba terdengar suara air dari kolam, sehira maju ke pinggir kolam dan melihat ke air yang warnanya sudah kehitaman. Mungkin ikan-ikan air tawar di kolam ini kelaparan, sehira mencari-cari makanan ikan disekitar dan tidak ada dimanapun
Bunyi air didalam kolam yang cukup besar pun kembali terdengar, sehira melihat lebih jelas kedalam kolam, ada beberapa bayangan ikan sepergelangan tangan tertangkap matanya. sehira takjub, ikan nya udah gede-gede banget ternyata
"Jangan deket deket, ntar lo kecebur"
"Yaelah kayak dalem aja ini kolam"
"Kira kira hampir 1 meter, makanya hati-hati gue takut tinggi lo gak sampe semeter"
"Kak bisa gak sih ngomong sama aku tuh baik-baik"
"Yaudah sana kalau mau deket-deket, awas lo teriak teriak manggil gue" dan lalu pergi ke bagian depan rumah, sambil membawa beberapa benda yang akan digunakan untuk praktikum membuat tanah liat
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika koma menjadi titik
Romance"Permisi bang abang, lah seru amat ini kumpul-kumpul" seorang gadis datang entah darimana, menghampiri kerumunan pemuda dengan satu pemuda lain yang duduk bersimpuh dengan pelipis mata mengeluarkan darah "Wah abang ini kalah main? jadi yang kalah mu...