Bunyi suara melengking terdengar bergemuruh dipendengaran sehira, gelombang dunia mengguncang-gucang tubuhnya yang saat ini tengah asik bersandar di ujung tempat duduk commuterline menuju depok. Sehira tertidur rupanya dan guncangan terakhir sebelum berhenti mata sehira terbuka
Celingak-celinguk ingin mengetahui keberadaan nya, ternyata hanya tinggal satu stasiun lagi sehira akan turun. Sedikit meregangkan badan, hari biasa di jam 1 siang ini tentunya kereta sepi. Tadi pagi sehira tidak ikut mata kuliah typografi, salahkan bunda karena lupa bawa ATM dan dompet sehira tertinggal di ruang tamu rumahnya, karenanya bunda dan sehira terjebak di pasar menunggu abang jemput
Sehira bangkit dan melihat ke arah luar dengan jelas. Ada satu tarikan senyum dibibirnya. Oh hujan. Sehira sanksi karena gak nurut sama bunda untuk membawa payung, lagian depok musim hujan gini masih sering panas dan payung gak bakal muat di tas sehira dan sehira malas nenteng payung
Sehira turun dari KRL menuju kampusnya, hujan tidak begitu deras dan sehira memutuskan untuk menerobos hujan, lalu tiba-tiba ada yang menepuk bahu nya
"Pake nih"
"Yeh, lu lagi. Kenapa harus setiap hujan sih kaf hahaha berdua kuy"
Akhirnya sehira jalan berdua kafka sambil payungan "Gatau nih ra setiap ketemu lo pasti hujan, maksa banget buat payungan berdua gini"
"Kualat gue sama emak gue hari ini, tadi sih disuruh bawa payung tapi gue bilang depok panas"
"Azab buat lo cepat juga Allah kasihnya ya"
"Sialan lo, eh buru buru makin deras nih"
Baru jalan satu langkah tiba tiba ada yang membuat tubuh sehira menegang. Saat ini jaket kafka melingkari bahu nya
"Tangan kiri lo basah nih gara gara payungan berdua, tutup pake jaket aja"
"Lo juga basah tuh sebelah kanan"
"Gapapa sih, perasaan lo udah kecil imut begini kenapa masih gak muat payungan berdua ya"
"Badan lo kayak buto ijo"
"Lo kesel gue bilangin kecil imut?"
"Kesel"
"Kurang jatah makan lo?"
"Apasih lo, udah buruan ini celana gue udah kotor"
Sehira dan kafka sampai di salah satu gedung universitas, meskipun bukan berada tepat di fakultas mereka setidaknya sehira gak harus payungan berdua lagi. Gak tau kenapa sehira jadi... deg-deg-an abissss
Kisah cinta sehira tidak pernah baik. Lebih tepatnya sehira cuma pernah suka sama satu laki-laki seumur hidupnya, dan laki-laki itu sekarang ada di negara lain, teman semasa kecil sehira a.k.a tetangga depan rumahnya. Mereka terpisah tanpa ada kata suka, cinta, atau kayak di drama yang lakinya bilang 'tunggu aku ya' tiba-tiba teman kecilnya itu sudah akan pergi ke Barcelona untuk lanjut sekolah disana dan tinggal sama kakek dan tante nya. Padahal masa sekolah menengah mereka sangat dekat, bahkan kalau tidur siang pernah berdua di sofa ruang tamu nya terus gak lama kemudian abang nya sehira datang untuk menggendong sehira pulang masih dalam keadaan tertidur
Sehira geleng-geleng kepala, gak bagus buat diinget-inget lagi
"Kenapa lo geleng-geleng?"
"Eh udah sampe ya"
"Cie menikmati banget sama gue ya"
Sehira melepas jaket yang ada dibahunya lalu menyerahkan nya kepada kafka "Thank you ya"
"Bawa aja ra, baju lo basah tuh setengah"
"Udah lo pake aja, gue gak mau basa basi buat nyuciin baju lo. Bye"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika koma menjadi titik
Romance"Permisi bang abang, lah seru amat ini kumpul-kumpul" seorang gadis datang entah darimana, menghampiri kerumunan pemuda dengan satu pemuda lain yang duduk bersimpuh dengan pelipis mata mengeluarkan darah "Wah abang ini kalah main? jadi yang kalah mu...