September (part 1)

253 7 0
                                    

Sekitar pukul 08.00 pagi, Matahari mulai samar-samar menyelimuti bumi, timbul dengan malu-malu dibarengi hawa yang mulai panas.
Berbeda dari cuaca kemarin, hari ini nampak jauh lebih cerah sepertinya.

Rabu ini kebetulan dosen mata kuliah DDPT tidak masuk, jadi kami hanya disuruh absen dan dipersilahkan pulang setelah itu.
Namun karna sudah sangat terlanjur menginjakkan kaki dikampus, aku sangat mager untuk kembali pulang.

Lagi-lagi aku dan Sarla memilih menongki sambil menikmati cireng ibu kantin yang tiada duanya itu.

Disana, sudah ada segerombolan 4-5 laki-laki lebih dulu menguasai kantin, tadinya aku mengira itu katingku, namun aku mengenali salah satu dari mereka dan ternyata mereka adalah angkatanku.

Sarla sudah lebih dulu memesan dan membumbui ria cirengnya. Sedangkan aku hanya memesan Pop Ice Choco Cream favoritku dan sepertinya tidak untuk cireng hari ini, karna Aku sedang tidak lapar-lapar banget.

Aku menyesap minumanku sambil mengutak atik handphone ku, membuka tutup instagram dan Whatsapp adalah kegiatan ku jika sedang bermain handphone.

Tiba-tiba salah satu dari gerombolan laki-laki itu menyapaku.

"Kamu Gwenny A.F 17 yaa?" Tanya nya sembari memperhatikanku.

Aku mengenalinya, namun tidak tahu persis siapa namanya.

Aku hanya mengganguk.

Jujur, aku sebenarnya bukan lah orang yang 'penegur', jadi aku agak sedikit pemalu jika bertemu orang yang sebenarnya ku kenali.
Tidak, bukan sombong.
Sombong itu jika kenal tapi tidak ada niatan untuk menegur bukan? sedangkan aku?
Aku mengenalinya hanya saja aku MALU untuk menegur lebih dulu.

Yaaa.. yaa.. Gwenny, ngeles aja sih kamu. Hehe.

"Temenku minta ID line mu boleh ga?" Katanya lagi, dibarengi teriakan riuh teman-teman nya.

Sedikit cerita, hampir setiap harinya aku disapa seperti ini.
bahkan yang tidak ku kenali sekalipun, mereka tahu saja namaku.
Entah seberapa terkenalnya aku dikampus ini, dan apa yang membuatku dikenali oleh sebegitu banyaknya dari mereka.

"Ayolah, boleh ya? Temenku yang itu tuh yang minta.." Sambil memasang wajah 'sedikit' memaksa, kemudian dia menunjuk salah satu teman nya yang 'katanya' meminta ID lineku itu.

Spontan aku menoleh kearah ujung telunjuk laki-laki ini.
Namun, 'temannya' yang dia maksud itu, wajahnya agak sedikit terhalang oleh salah satu dari bagian -gerombolan- nya yang agak sedikit berbadan gemuk itu.

Siapapun itu, tak penting juga bagiku.

Baiklah, apa salahnya kalau dia atau mereka ingin berteman dan mengenaliku saja?

"Iya boleh kok.. ID ku, Gwennnyy" jawabku sembari kembali meneguk minumanku yang hampir habis itu.

"Gwenny?" Ia kembali memperhatikanku, dari raut wajahnya aku faham, dia nampak kebingungan.

"Iya Gwennnyy, G, w, e, n nya 3, y nya 2" aku mengejakan perhuruf.

"Ini?" Kemudian ia menyodorkan layar ponselnya kearahku.
Memastikan bahwa benar itu adalah kontak lineku.

"Iya, yang itu.."

Tanpa berkata apapun lagi, ia kembali pada gerombolan nya, kemudian ia seperti memamerkan nya kepada teman-teman nya yang sedari tadi sudah lebih dulu berisik itu.

Sarla yang sedari tadi asik mengunyah cireng pun hanya geleng-geleng kepala.

Tak lama kemudian, aku dan Sarla memutuskan untuk pulang.

Apakah kalian penasaran kenapa aku selalu pulang bareng dengan Sarla?
Jadi begini, rumahku dan rumah Sarla hanya berselang satu rumah.
Iya. Kami adalah tetangga, sekaligus sahabat baik.
Aku mengenal Sarla pun sudah cukup lama, sewaktu kami masih duduk dibangku Sekolah Menengah Pertama.
hampir 6 tahun ini lah aku selalu berbagi keluh kesahku padanya, mulai dari masalah pribadi, keluarga, pacar, gebetan, mantan, ukuran baju, ukuran sepatu, ah! Semuanya. Dia mengenali ku begitu baik, dimana ada aku, disitu pasti ada Sarla. begitupula sebaliknya.

--------------------------

Aku sedang duduk sambil membaca salah satu novel dari Boy Candra. sembari menyenderkan belikatku di sandaran kasur kamarku, inilah posisi terwenakku.
selain menonton youtube, Aku sangat gemar membaca novel dari berbagai penulis terkenal di Indonesia.
Kebanyakan cerita yang menyentuh, membuatku sampai meneteskan airmata. Husshh baperan.

Setelah hampir setengah jam membaca lembar demi lembar novel, aku dikagetkan dengan dering handphoneku yang sengaja tidak ku silent.

Notif line muncul di layar handphoneku.

"Arkalucio add you with ID Line"

"Siapa?" Gumamku.
Setelah beberapa detik memperhatikan layar handphone, aku langsung menaruh kembali handphoneku di atas bantal kemudian kembali fokus pada novelku.

"Hei?" Notif line kembali muncul, masih dengan orang yang sama, namun Kali ini dia menchattingku.

Aku melirik sebentar, dan kembali ku raih handphoneku.
Aku memperhatikan betul-betul namanya, "Arkalucio".
Namun sekali lagi aku bertanya dalam hati "Siapasih?" aku benar-benar tak mengenalinya.

"Iya? Ada apa?" Kataku, membalas chat nya.

Aku adalah orang yang memiliki rasa penasaran yang tinggi.
Kepoan, tapi masih bisa terkendalikan.
Jadi, aku harus tau siapapun dia.
Walaupun menurutku, tidak penting-penting amat. Tapi yang jelas, aku harus mengetahuinya, yaa minimal orangnya yang mana saja aku sudah puas.
Lagi-lagi ini salah satu keanehan seorang Gwenny.

"Aku Arka, yang minta line mu dikantin hehe" tak butuh waktu lama untuk dia membalas chatku.

sudah kuduga itu dari salah satu gerombolan-gerombolan tadi.

"Yang minta tadi?"

"yang ditunjuk temenku tadi.. tau aku ga?"

"Ohh, yang ditunjuk. Eee, ngga tau kamu yang mana, tadi ga keliatan karna dihalangin temenmu yang gede hehe.."

"Yahh.. kirain tadi ngeliat pas aku ditunjuk.."

"engga.."

...................

Yaahh, kurang lebih seperti itu awal mula chattingku bersama Arka.
Tapi tidak untuk awal dari semuanya, ini masih sangat jauh dari kata 'awal' dari hubungan kami.

Dia terus menchattingku, aku pun membalas hanya seadanya saja.
Bahkan bisa dibilang 'cuek', karna aku memang tidak tahu dia siapa, dia yang mana, dan seperti apa dia?
Aku benar-benar tidak mengenalnya sama sekali saat itu.
Lagi-lagi tak penting juga menurutku, karna dia hanya salah satu laki-laki yang berusaha untuk memulai percakapan denganku melalui chat.
Lagipula, posisiku kala itu adalah milik Riko. Jadi, siapapun yang mendekatiku aku berusaha menghindar dan menolak karna aku benar-benar menghargai Riko sebagai pacarku.
Walaupun, aku tahu, Riko adalah tipe orang yang sangaaaat sabar dalam menghadapiku. Bahkan untuk cemburu sedikitpun dia tak pernah.
Entah mengapa aku masih betah dalam posisi seperti itu, sebagai pacarnya.

Cerita Panjang Untuk Cinta Yang Singkat (Arka&Gweeny) "11 February"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang