Desember (part 3)

95 3 0
                                    

Hari-hari aku jalani dengan perasaan tertekan karna Dimas.
Semenjak terakhir dia kerumahku itu, bukan nya membaik dia malah makin menjadi-jadi.
Seenaknya saja dia.
Aku ini bukan siapa-siapa nya, tapi rasanya aku seperti terikat oleh rantai baja karna nya.
Dia benar-benar egois.
Seperti anak kecil.
Tidak jelas sama sekali.
Karna hal sepele saja dia selalu marah besar.
Contohnya kemarin.
Aku sedang keluar menemani Sarla untuk membeli pesanan kakak nya Sarla.
Kebetulan handphoneku mati karna batrainya habis.
1 jam aku berkeliling mall dengan Sarla, sampai akhirnya kami memutuskan untuk pulang karna sudah menemukan yang mau kami beli tadi.
Sampai dirumah, aku menghidupkan handphoneku.
6 panggilan tak terjawab serta 10 pesan tak kubalas dari Dimas.

Degg..

Aku yakin sekali, dia akan marah besar padaku karna hal ini.
Ku hubungi dia terus terusan namun tak satupun ada yang dia respon.
2 jam lebih aku berkutat dengan handphoneku.
Menelpon nya dan terus mengirim pesan untuk menjelaskan semuanya.
Tapi percuma.
Dia itu batu!
Sampai aku benar-benar putus asa dan menghela nafas panjang.
Aku benar-benar tak sanggup lagi menghadapi Dimas yang seperti itu.
Aku menyerah.
Ini bukan kali pertama dia bersikap seperti ini.
Berulang kali dia selalu membuatku seperti ini.
Aku benar-benar sudah tidak tahan lagi.

Sekarang aku sedang merebahkan diriku yang benar-benar lelah ini di kasur kesayanganku.
Mengutak-atik handphone sambil memperhatikan isi chatku dengan Dimas yang tak kunjung dibalasnya itu.
Akhirnya aku memutuskan untuk menghubungi Mahesa.
Dia adalah satu-satunya laki-laki, teman curhatku yang paling TOP. hehe.

"Mahes.." kataku memulai chat.

Tak kusangka dia cepat sekali merespon.

"Hadir Gween.. ngapa?"

"Mau curhat:("

"Curhat aja.."

Aku langsung mengetik panjang kali lebar dari ujung ke ujung masalahku dan Dimas.

Sebentar..
Aku lupa Mahes bilang apa.
Yang jelas dia mensupportku dan memberiku nasehat-nasehat jitu nya.

Sejak malam itu, aku lebih intens chattingan dengan Mahes daripada Dimas.
Makin hari makin ada saja yang kubahas dengan Mahes.
Karna Mahes itu jauh lebih asik daripada Dimas yang taunya hanya marah, badmood an, ga jelas banget pokoknya.
Mahes selalu punya cara untuk bisa menghiburku.

Taugak? Ajaibnya itu,
Makin lama perasaanku ke Dimas itu makin tidak jelas.
Hampa..
Aku sudah tidak bisa merasakan apa-apa dengan nya.
aku malah lebih nyaman dengan Mahes daripada dengan Dimas.
Tapi..
Dari sini hubunganku dan Mahes jadi berubah.
Bukan berubah yang gimana-gimana.
Ternyata aku salah mengartikan perasaanku ke Mahes.
Aku terlalu cepat menyimpulkan sehingga membuat Mahes berharap padaku.
Aku itu hanya berbangga diri karna sudah bisa menghapus Dimas dari hatiku.
Bukan karna aku punya perasaan lebih ke Mahes.
Tapi aku salah besar disini.
Makin hari, Mahes makin merasa nyaman padaku.
Awalnya aku fine-fine aja.
Aku merespon dengan baik.
Tapi kenapa makin lama Mahes menunjukan sifat aslinya?
Dia benar-benar seperti anak kecil.

Aku malah jadi tertekan juga karna nya.
Aku tidak boleh membalas lebih dari 5 menit pesan darinya.
Kalau tidak, siap-siap saja dia akan mulai seperti anak kecil yang marah-marah tidak jelas.
Dia tidak mengomel, tapi lebih ke diam.
Kemudian dia selalu saja menanya ku ini dan itu.
Aku di introgasi layaknya dia seorang polisi.
Atau..
Dia selalu marah tidak jelas jika aku hilang begitu saja.
Hmm begini..
Haruskah aku selalu on time membalas chatnya?
Kasarnya begini, dia itu siapaku?
Sehingga dia harus mengetahui segala urusan dan masalahku?

Kita tu ga punya hubungan apa-apa Mahes!
Come on..
Kamu sendiri yang ngebuat nyamanku hilang. Jujur aku tau bahwa aku benar-benar salah. Aku yang buat kamu selalu berharap tiap harinya. Jujur aku uda lama gatahan. Karna aku bukan tipe cewe yang suka di introgasi macam-macam.
Apalagi posisinya kita ga ada hubungan apa-apa. Aku sebenarnya gamau jujur,
Tapi keadaan yang ngebuat aku harus nyakitin kamu. Aku minta maaf.
Tapi aku gabisa nyiksa diriku lebih lama lagi.

Akhirnya, aku putuskan untuk jaga jarak dengan Mahes. Dan semenjak itu, aku jadi benar-benar kaku kalau harus berpapasan dengan Mahes dikampus.
Ada sesuatu yang mengganjal dan membuatku merasa sangat tidak enak padanya. Begitupula sebaliknya.
Dia pun sama. Tersenyum, tapi nyata terlihat hambar kurasa.

Dia memang masih terus-terusan menghubungiku sejak itu.
Bermacam-macam kalimat yang dirangkainya. Mahes menyebutkan bahwa dia tidak bisa melupakanku begitu saja. Bahkan dia memohon padaku untuk mengingat setiap kata yang dulu pernah ku lontarkan padanya.
Namun sudah terlanjur. Aku sudah tidak bisa Mahes.

Cerita Panjang Untuk Cinta Yang Singkat (Arka&Gweeny) "11 February"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang