#GiGa 3

68 9 3
                                    

Mulut Giska komat-kamit seperti merapalkan mantra sihir. Iya mantra sihir agar besok bisa mengerjakan kuis Sejarah peminatan.Giska bukanlah gadis pintar tapi dia juga tidak bodoh nilainya cukup bagus. Gadis itu mudah mengingat tapi juga mudah melupakan hafalan, itu memang payah. Giska hanya belajar jika ada PR atau mau ulangan saja,itu pun dengan sistem kebut semalam.

Matanya memejam kemudian bergumam "Manusia purba Cina adalah Sinanthropus Pekinensis  penemunya adalah Davidson Black" ia membuka mata dan melirik buku catatannya memastikan benar atau salah,gadis itu menghela napas lega karena hafalannya benar. Tiba-tiba  Giska mengingat kata-kata yang gurunya ucapakan sewaktu melihat Giska menghafal nama-nama manusia purba "Jangan dihafal Giska ,di pahami maka kamu akan mengerti dan tidak mudah lupa" waktu itu Giska hanya tersenyum dan mengangguk. Tapi tiba-tiba Gazha menyela "Gimana mau saya pahami pak jika dia saja tidak memahami saya. Susah payah saya lupain masa lalu malah suruh nginget lagi pak "ucap Gazha dengan tampang sok sedihnya. Dan ucapannya itu sukses membuat guru itu geleng-geleng kepala dan membuat teman-teman sekelas mereka tertawa. Giska tersenyum geli mengingat itu, tapi kemudian gadis itu terdiam "Lah ngapa jadi inget si biang rusuh iuhhh nggak penting banget!"

Gadis itu hendak mengulang hafalannya lagi tapi urung ia lakukan karena seseorang memanggilnya seperti anak kecil mengajak temannya bermain.

"Giskaaa.. Main yok!!" Seorang cowok tampan menyembulkan kepalanya dari balik pintu kamar Giska disertai senyuman sok polosnya. Giska menoleh kemudian memutar bola matanya malas. "Ngapain lo kesini ganggu orang jenius belajar"

Cowok itu masuk kekamar Giska kemudian duduk di tepi ranjang dan tersenyum mengejek " Jenius?? Ah iya sekarang jenius tuh peringkat kedelapan yaa"sindirnya.

"Eh masih mending gue ya peringkat kedelapan dari pada lo Dav peringkat terakhir wlee.." Giska menjulurkan lidahnya mengejek sepupunya. Giska dan Davit seumuran hanya saja sekolah mereka berbeda. rumah Davit tidak jauh hanya berbeda blok saja. Jadi Davit sering mendatangi rumah Giska jika dia bosan atau tidak ada acara bersama teman atau pacarnya.

"Eh gue tuh ngalah tau sebenarnya. Aslinya gue tuh pinter tapi males sombong aja"ujarnya dengan tampang menyebalkan.

"Masaaa.."

"Masak sana noh di dapur"jawab Davit acuh.

"Ini pada ngerebutin gue ya?" ujar Deni-abangnya Davit tiba-tiba muncul dan menyela dengan percaya diri.

"Pede!!" jawab Giska dan Davit bersamaan.

"Kalian kok tega banget sama abang ganteng"ucap Deni dengan tampang menyedihkan. "Eh Dav lo kenal? "tanya Giska memandang Deni dan Davit bergantian. "Nggak gue nggak kenal!" Davit menjawab cepat. "Sama!"sela Giska.

"Kalian tau nggak apa yang kalian lakukan itu jahad" Deni pura-pura menangis.  Giska langsung bergidik jijik begitu juga Davit.

"Bang nggak usah ngalay deh ah jijik gue liatnya!"seru Davit. Giska manggut-manggut cepat menyetujui ucapan Davit.

"Davit adek ganteng gue sini abang cium" Deni memonyongkan mulutnya dan menghampiri Davit. Davit langsung berlari ke ujung kepala ranjang Giska. Giska yang menyaksikan tertawa geli. Gadis itu menyenderkan punggungnya pada kursi menikmati drama adik-kakak didepannya.

"Bang nggak usah Gila! Gue punya pacar! Gue cowok tulen!" Davit lari tunggang langgang,cowok tampan itu meloncat menyebrangi ranjang Giska dan melempari abangnya dengan bantal dan guling milik Giska.

Giska melotot melihat kamarnya dijadikan tempat 'tempur' oleh dua bersaudara itu. Giska bangkit dari duduknya dan berkacak pinggang "Berhenti!!! Kamar gue ini bukan medan perang !"seru Giska marah.

GiGaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang