#GiGa 8

39 4 0
                                    

Bel Istirahat berbunyi membuat Davino dan teman-temannya menghentikan permainan bola basketnya. Sebagian murid langsung berpencar melakukan kesibukan masing-masing ada yang langsung ke kelas ,kantin dan duduk-duduk di bawah pohon rindang seperti yang dilakukan Davino dan teman-temannya.

"Bro kantin yuk!" seru Rangga cowok berambut ikal.

"Ayolah laper gue!"  Dewa cowok bermata sipit menimpali dengan antusias seraya mengelus-elus perut ratanya.

"Kalian aja deh gue mau ke kelas aja." tolak Davino tangannya sibuk mengelap keringat diwajahnya dengan handuk putih kecil.

Deas memincingkan matanya menatap Davino curiga.
"Hmmm gue mencium bau-bau mencurigakan." ujar Deas seraya mengikuti gerakan fenomenal Roy Kiyoshi.

Membuat teman-temannya tersenyum geli. Davino menoyor kepala temannya itu.
"Hadehh korban nih."

"Mencurigakan kenapa De?" tanya Rangga penasaran.

"Kalian sadar nggak sih akhir-akhir ini setiap habis olahraga Davino nggak pernah ke kantin." jelas Deas. Rangga dan Dewa tampak berfikir lalu detik selanjutnya mereka mengangguk-angguk meng'iya'kan ucapan Deas. Sedangkan Davino hanya menatap mereka dan mendengarkan.

"Iya juga ya baru sadar gue." respon Dewa.

"Dia lagi kasmaran sama secret admirer" ungkap Deas yang langsung mendapatkan tonyoran dari Davino dan tatapan penuh selidik dari Rangga dan Dewa.

"Dav!! Lo hobby banget sih nonyor gue! Kalo gue goblok gimana!" kesal Deas.

"Lo emang goblok , sotoy lagi."

"Alah ngeles aja trus kaya pesawat."

"Noh noh liat kegoblokan yang hakiki emang." cibir Davino.

"Udah-udah jelasin De maksud ucapan lo, siapa secret admirer yang disukai Davino?" tanya Dewa penasaran.

"Gue sih nggak tau orangnya karena emang itu orang nggak pernah nampak in diri didepan Davino kayak fansnya yang lain." jawab Deas.

"Kalo lo nggak tau, tau darimana lo kalo Dav suka sama itu cewek?" potong Rangga.

"Diem dulu deh lo jangan potong-potong ucapan gue." decak  Deas kesal.

"Ok-ok sorry." jawab Rangga seraya mengangkat kedua tangannya tanda menyerah.

"Alah udah deh jangan di dengerin." ujar Davino mencoba menghentikan mereka.

"Diem deh lo Dav, gua yakin analisis Deas akurat , kalo nunggu lo cerita kelamaan keburu nangka berbuah durian." ujar Dewa , karena ia tau Deas ini selalu akurat memberi analisis meski orangnya kadang suka ngeselin. Dan Davino cowok yang jarang cerita masalah pribadinya. Mereka bahkan terkejut saat tau ternyata Davino punya adik dan belum lama pindah ke sekolah yang sama dengan mereka.

Davino mendengkus malas, "Serah deh lanjutkan analisis Deas."

Rangga dan Dewa langsung menatap Deas meminta penjelasan lebih.

" Ya lo tau kan kalo dapet makanan yang bejibun dari fansnya selalu bagi-bagi in ke kita tapi ada dari satu fansnya yang setiap barang atau makanan darinya selalu disimpan sendiri dan itu mencurigakan pasti ada apa-apa."  Deas menjelaskan dengan menggebu-gebu.

Rangga dan Dewa langsung menatap cepat kearah Davino, yang membuat cowok itu langsung mengangkat kedua alisnya.
"Apa? Gue cuma penasaran...em gimana ya... intinya dia itu bisa ngejadwal kapan dan apa yang gue butuhin." jawabnya jujur tidak bisa berbohong lagi.

"Gimana lo bisa tau kalo cewek itu sama dengan yang kemarin?" tanya Dewa.

"Ya tau lah karena dia selalu kasih identitas di setiap barang atau makanannya."

"Dia kasih identitas tapi lo nggak tau orangnya? Gimana sih?" tanya Rangga bingung.

Davino menghela napas pelan dan segera menyodorkan handuk putih yang ia kenakan tadi.

"Ngapain di sodorin ginian? Ogah ya kringet lo bau." ucap Deas seraya mendorong menjauh tangan Davino.

Davino langsung berdecak kesal.
"Gimana gue mau tau siapa dia kalo identitasnya cuma gini." ujar Davino seraya menunjuk ujung handuk yang terdapat bordiran dengan tiga huruf bertuliskan  Gis

"Mungkin merk handuknya." celetuk Deas.

"Mana ada orang setiap apa yang dia kasih selalu di tulis kata-kata dan diakhiri dengan kata Gis." bela Davino.

"Benar juga nggak mungkin merek. Kok ya cuma Gis gitu nama awalan Gis bukan cuma satu." gumam Deas.

"Dah selesai ceritanya sana ke kantin keburu masuk , gua mau ke kelas."  Davino mengakhiri percakapan mereka dan berjalan dulu menuju kelasnya meninggalkan teman-temannya.

Sesampainya di kelas ia langsung merogoh laci meja nya. Cowok tampan itu tersenyum manis menemukan sandwich dan sebotol air dingin seperti dugaan nya. Dan seperti biasa selalu ada notes menyertai makanan tersebut, Davino tersenyum semakin lebar. Entahlah padahal ia tidak tau siapa gadis bernama Gis itu , tapi ia selalu suka dengan pemberian darinya.

*****

Hari ini Gazha pulang tepat waktu karena ia pikir dirumah tidak ada orang. Biasanya setiap hari rabu mamanya sibuk arisan dan papa nya juga belum pulang dari luar kota sedangkan Davino biasanya latihan olimpiade matematika dan pulang malam.

Cowok itu pulang cepat karena ingin istirahat dengan tenang dan bermain PS4. Cowok itu bersiul riang dengan ponsel di tangannya seraya memasuki rumahnya. Baru saja kakinya hendak manaiki tangga namun terhenti karena interupsi dari seseorang.

"Gazha kemari papa mau bicara." suara papa nya tenang tak ada emosi namun penuh intimidasi.

Cowok itu memutar bola matanya malas, "Sial, kenapa ada orang sih." umpatnya pelan tapi tetap berjalan menuju sofa dimana papa nya berada. Dia benar-benar tidak tahu jika ada papanya sedang duduk di sofa karena sibuk bermain ponsel.

Dengan ogah-ogahan cowok itu duduk di sofa yang berhadapan dengan papa nya.

Papanya melipat koran yang dibacanya dan menatap anaknya tajam.
"Buat onar apalagi kamu? Nggak malu keluar masuk BK?" Papanya melemparkan pertanyaan masih dengan nada yang tenang namun matanya mengintimidasi. Namun yang di tatap tidak takut sama sekali.

Mamanya datang membawa secangkir kopi untuk suaminya lalu duduk di sebelahnya. Menatap anaknya dengan sorot lelah.

"Cuma naroh permen karet di kursi si botak." jawabnya santai tanpa merasa bersalah. Si botak adalah sebutan untuk guru Fisika yang memang berkepala botak dan berkumis tebal. Gazha dan teman-temannya sengaja melakukan itu karena guru itu mengadakan ulangan mendadak tanpa diberi waktu untuk belajar dulu.

"Cuma kamu bilang? Kelakuan Kamu itu kaya nggak pernah diajarin etika sama orang tua!" papanya mulai naik pitam melihat anaknya tetap santai.

Gazha menatap orang tuanya dengan sorot tajam.
"Itu benar, aku memang tidak pernah mendapatkan pendidikan dari orang tua! Karena aku nggak punya orang tua!" serunya tajam lalu bangkit dari duduknya dan melangkah meninggalkan kedua orang tuanya yang berteriak memintanya berhenti.

___________Tbc_____________


Kira-kira ada yang bisa nebak nggak kenapa Gazha kayak gitu ?

Don't forget vote and comments guys 😊

















GiGaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang