#GiGa 12

31 2 0
                                    

Arico memasuki rumah dengan wajah sumringah.
Mulutnya tidak berhenti bersenandung ceria , matanya berbinar penuh cinta. Mirip ABG labil baru kasmaran padahal usianya bukan remaja lagi. Yeah dia bisa gila , hanya karena seorang gadis yang sudah cukup lama ia dekati. Dan pada hari ini ia berhasil mengajak kencan gebetannya itu. Rasanya ia masih belum percaya. Ia bahagia sekali rasanya.

"Arico!" mamanya memanggil dengan wajah kesal.

"Yes mam!" ucapnya masih dengan ekspresi penuh kebahagiaan tangannya membentuk tanda hormat pada mamanya tersayang.

Mamanya menghampiri anak laki-laki satu-satunya itu dan langsung menjewer telinga Arico hingga membuat cowok itu meringis kesakitan.

"Kok dijewer sih ma!" protesnya cemberut seraya mengusap-usap telinganya yang pasti memerah.

"Kamu buang di mana adikmu hah?"

"Hah? Mama ngaco deh. Mana ada aku buang Giska , kasian bikin polusi lingkungan ntar." sahutnya yang malah mendapatkan hadiah cubitan di pinggang nya.

"Aduh mama kok main kekerasan sih sama anak. Ntar di laporin ke komnas HAM perlindungan anak lho." ujarnya tidak tahu diri , sudah sebesar itu ingin lapor komnas HAM.

Mamanya mendelik kesal mendengar anaknya masih saja menyahut dengan kata absurd , "Kamu itu punya adek satu, mbokya dijaga jangan ditelantarin. Masa pulang digendong cowok ka-"

"Hah ? Digendong cowok siapa ma?" selanya cepat tanpa menunggu mamanya menjawab, Arico langsung lari menuju kamar Giska.

"Arico! Mama belum selesai ngomel!" teriaknya melihat anaknya sudah berlari tergesa menaiki tangga.

"Iya nanti dilanjutin ma!" teriak Arico yang sudah di lantai atas.

Mamanya hanya menggeleng pelan, "Kan kasian nak Gazhanya pasti capek gendong Giska." gumamnya menuju dapur melanjutkan kegiatan yang tertunda karena Arico.

*****

Brakk

Suara pintu terbuka secara kasar. Giska sang pemilik kamar tampak terkejut tapi begitu tahu kakaknya yang masuk , gadis itu langsung menetralkan rautnya menjadi datar.

Nafas Arico tersenggal karena berlari manaiki tangga. Ia berjongkok sembari menetralkan napasnya. Cowok itu mendekat ke arah Giska yang sibuk mengeringkan rambutnya dengan handuk. Gadis itu baru selesai mandi.

"Dedek kata mama tadi kamu diantar cowok ya? Trus di gendong juga? Siapa cowok itu berani-beraninya gendong kamu? Dia apa in kamu? mau kakak hajar apa itu cowok!" tanyanya bertubi-tubi dengan nada  protektif.

Giska hanya diam tidak menyahut. Meski sangat geli dengan kata 'dedek' yang keluar dari mulut Arico. Dia sudah hafal dengan kakaknya, terkadang Arico bersifat sangat over protektif. Tapi Giska mendiamkannya bukan karena itu ,tapi dia masih marah karena ditelantarkan di taman.

"Dedek jawab. Siapa cowok itu?" tanya Arico mendesak.
Cowok itu meraih handuk di tangan Giska, melanjutkan mengeringkan rambut adiknya. Setelah selesai Arico langsung meletakkan handuk itu di sandaran kursi belajar.Giska masih diam.
Dengan tidak sengaja Arico menyenggol kaki Giska yang keseleo membuat gadis itu mendesis kesakitan.

"Loh...loh kaki kamu kenapa dek?" tanya Arico panik melihat adiknya kesakitan.

"Ini semua gara-gara kakak pokoknya!" teriaknya kesal sembari menjambak rambut lebat kakaknya. Membuat Arico memekik kesakitan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 02, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GiGaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang