#GiGa 10

15 3 0
                                    

Gadis itu heran mengapa hari ini banyak sekali orang yang membuatnya emosi.
Ia berjalan menuju halte dengan muka ditekuk kesal. Hahh meskipun sebenarnya diganggu kakak kelas yang bernama Deas tadi tidak terlalu buruk.

Karena berkat gangguan dari kakak kelasnya yang sengklek tadi ia jadi bertemu Davino, orang yang ia kagumi sejak masuk sekolah ini.

"Ah kak Davino mikir gue cewek galak nggak ya gara-gara tadi?" tanyanya pada diri sendiri.

"Hhhh... Harusnya tadi gue jangan emosi. Ini gara-gara Gajah sinting sih jadi emosi terus!" gerutunya kesal dan menjadikan Gazha objek dari kekesalannya.

"Lahh ngomong sendiri terus gue lama-lama sinting beneran." lanjutnya seraya menutup mulutnya dengan sebelah tangannya dan melirik kanan kiri memastikan tidak ada orang yang memperhatikan tingkah konyolnya.
Dan beruntung tidak ada yang memperhatikan kelakuannya.

Siswa-siswi yang berada di halte tampak sibuk sendiri-sendiri. Ada yang bermain ponsel , ngobrol dengan suara keras padahal jarak mereka dekat , dan yang paling konyol ada sebagian siswa yang bermain es kado permainan jaman Giska masih SD.

Gadis itu hanya geleng-geleng kepala tidak habis pikir dengan kelakuan beberapa murid laki-laki itu. Padahal mereka anak kelas dua belas saat Giska melihat bedge yang ada di lengan mereka.

Giska meluruskan pandangannya kedepan menanti kakaknya yang belum datang menjemput. Giska berjalan menuju pinggir jalan sehingga posisinya membelakangi kumpulan tadi.

"Hey...hey..hey.."seru seseorang dari belakang Giska, refleks gadis itu menoleh. Tapi ia sungguh menyesal sudah menoleh, karena begitu Giska menoleh orang itu melanjutkan "Hey tayo...hey tayo diiiia bis kecil ramah."

Kumpulan murid laki-laki itu tertawa terbahak-bahak karena berhasil mengerjai Giska. Sedangkan Giska sendiri wajahnya sudah memerah menahan malu dan kesal karena terkena prank . Semua orang yang berada di halte itu juga tampak tertawa.

Bisa-bisanya dia kena prank  padahal trend itu sudah lama dan sialnya ia lupa dan nggak ngeh

Suara klakson mobil mengalihkan perhatiannya, begitu tahu itu mobil kakaknya Giska langsung masuk dalam mobil dan menghempaskan tubuhnya dengan kasar ke bangku samping kemudi.

"Seloww aja sih dek... Kenapa sih muka ditekuk gitu. Telat dikit doang jemputnya." ujar Arico, mengernyit heran melihat kelakuan adiknya, padahal dia kan tidak telat menjemput, ralat maksudnya telat sedikit dan biasanya adiknya itu juga mengerti kesibukannya.

"Diem! Jangan ganggu cepet jalan!" sentak Giska dengan kesal tanpa menatap kakaknya. Matanya terpejam mencoba meredam emosi.

Arico langsung mengangkat kedua tangannya tanda menyerah, ia tidak mau terkena amukan Giska yang ganas. Mungkin lagi PMS batinnya.

Setelah sampai rumah Giksa berjalan cepat ingin segera sampai di kamarnya yang nyaman, mandi dengan air dingin pasti sangat menyegarkan.

"Assalamualaikum dulu Giska." tegur seseorang dengan suara beratnya membuat Giska berhenti berjalan dan menoleh.

Wajah gadis itu tampak terkejut sedetik kemudian langsung berlari kearah pria paruh baya yang menatapnya dengan senyum hangat khas seorang papa.

Giska memeluk erat papanya, "Paaaa....kangen." ujarnya manja melupakan keinginannya untuk mandi.
Ayahnya terkekeh melihat tingkah putri kesayangannya.

Arico yang baru masuk melihat papanya sudah dimonopoli adiknya mendengus, ia kan juga rindu. "Dasar manja!" ejek Arico sambil berjalan mendekati papanya dan mencium punggung tangan papanya dan duduk di sofa depan papanya.

GiGaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang