3. Hawaii: Fingerprint

6K 796 14
                                    

Jangan tergoda! Karena aku tidak akan memberikannya padamu," ucap Wendy santai sambil menata rambutnya agar telihat seperti wanita  jalang.

"Apa rencanamu?" tanya Suga tak percaya.

"Tunggu sini, dan jangan berbuat apa pun!" Wendy mengulangi perintah Suga sebelumnya kepadanya. "Dan lihatlah aksiku!" lanjutnya.

Suga yang masih tidak percaya apa yang dilakukan gadis manja itu, tetap siaga namun membiarkan Wendy berjalan jauh meninggalkannya.

Wendy terlihat berjalan dengan santai melekuk lekukan badannya bak model victoria secret seraya berjalan di catwalk.

Sebenernya dalam dirinya sungguh gugup. Untuk pertama kalinya ia langsung berhubungan dengan sang target.

Jantungnya berdegup kencang walaupun ekspresinya terlihat seperti wanita penggoda.

Dengan menutup salah satu matanya yang luka akibat ulah Suga, sang raja pun sudah terlihat lebih baik dan tertawa bersama koleganya sambil sesekali menghisap cerutunya.

Suga berhasil menyembuhkan sang raja dengan cepat. Ia memang sangat pandai dalam pengobatan. Mungkin kalau tidak mengikuti jejak ayahnya, ia pasti akan menjadi dokter yang sangat handal.

Wendy pun akhirnya melancarkan aktingnya. Bersandar di pagar besi dan berpose se memarik mungkin di hadapan si Tikus selayaknya haus akan belaian. Ia pun berhasil menarik perhatiannya.

Sang Raja Tikus membisikan sesuatu pada salah satu bodyguardnya. Tanpa banyak fikir, bodyguard itu pun menghampiri Wendy dan mempersilakan Wendy masuk.

Suga yang melihat dari kejauhan hanya mengepalkan tangan nya erat dan siap siaga satu jika terjadi hal yang lebih dari itu, gadis gila!

Tidak hanya si Raja Tikus saja yang tergiur dengan tubuh Wendy. Walaupun Suga berada di tempat yang jauhpun ikut tergoda.

Siapa yang akan betah dengan tubuh semulus porselen, seputih susu, dan se seksi biola. Itulah yang menyebabkan sedaritadi Suga tidak tenang.

Menjaga jarak namun tetap waspada. Alih-alih tidak hanya untuk si raja tiku, tapi siapapun yang akan menyergap Wendy nantinya.

Wendy sudah masuk di area VIP dan duduk di lengan sofa kebesaran raja tikus. Ia memberanikan dirinya mengelus-elus dada sang raja dan tersenyum jail.

Mereka mengobrol ringan hanya sebatas malam yang menyenangkan. Raja tikus yang sudah tertarik pun memulai mengelus punggung halus Wendy.

Obrolan santai dan menyenangakan membuat tangan sang raja perlahan turun ke bokongnya.

Suga pun sudah tidak sabar ingin menonjok si raja. Hati nya terus saja gusar tak karuan.

Apa yang direncanakan gadis itu? Apa dia sudah hilang akal? Sial! Aku bingung.

Tidak hanya Suga, Wendy pun juga kaget atas perlakuan si tikus besar ini. Tapi ia terus mencoba menenangkan dirinya. Tidak ingin merusak rencananya sendiri.

Tak lama kemudian Raja Tikus memberanikan diri meremas bokong Wendy pelan. Baik Suga maupun Wendy kaget.

Suga langsung berdiri dan bersiap menghampiri Wendy. Sudah cukup rencananya! Ini berlebihan! Bahkan aku tidak tahu apa yang ia rencanakan.

Wendy teringat Suga yang tidak mungkin membiarkan siapun melakukan hal semacam ini padanya, langsung pandangannya beralih menatap Suga.

Suga pun menghentikan langkahnya saat ingin menghampiri Wendy. Namun dengan sekali kedipan pelan, Wendy mengisyaratkan bahwa ia baik baik saja.

Saat pandangan Wendy beralih menatap sang raja, detik berikutnya ia berdiri dan menggandeng tangan sang raja, menuntunnya ke dalam resto.

Suga yang mulai jengah dengan tingkah Wendy. Akhirnya berlari menuju tempat Wendy berada.

Sayangnya langkah Suga harus terhenti akibat gerombolam wisatawan sedang berjalan di depannya.

Suga pun tidak peduli dan terus menabrak semua orang yang menghalanginya. Namun tetap saja usahanya tidak membuahkan hasil.

Wendy beserta gerombolan Raja Tikus itu pun sudah menghilang. Suga tidak memiliki petunjuk apapun keberadaan mereka.

😎😎😎

Wendy sedang melihat ke arah cermin di salah satu ruang toilet. Pakaiannya sudah kembali lengkap. Tentu saja ia mengambil pakaian dari wanita yang sebelumnya berada disini.

Caranya mudah, hanya tinggal mengancam, menyayat setengah mili tubuh mangsanya agar tidak terlalu terluka.

Wendy terlihat sedang menggenggam kain di tangannya. Dengan ekspresi wajahnya bercampur aduk antara, bangga, kecewa, dan marah.

Wendy pun menghela nafas meratapi aktingnya tadi. Menjijikan. Sadar Wen, kau mau aja di pegang pegang!.

Brak!

Suara pintu toilet terbuka dan sosok Suga masuk kedalamnya. Wendy yang melihat kehadiran Suga dari pantulan kaca dihadapannya, langsung menghadap Suga dengan wajah berseri.

"Aku mendapatkannya!" seru Wendy sambil mengangkat kain yang di genggamnya tadi.

Kain itu adalah celana bikini yang dipakai Wendy. Kain yang memiliki sidik jari sang raja tikus akibat mengelus dan meremas bokong Wendy.

Walaupun mendengar kabar bahagia, tapi Suga tetap menatap Wendy marah. Perasaannya gusar tak tahu arah.

"You kidding me?" tanya Suga sedikit membentak

"Tentu saja, lihatlah!"

Ajak Wendy sambil menyalakan senter kecil dengan cahaya merah. Memperlihatkan cap cari di celana bikininya.

"Not that Wendy!" Suga membentak.

Suga langsung mendekati tubuh Wendy hinggga tubuhnya mengihimpit Wendy dengan washtafel.

Wendy tedak mengeluarkan satu kata pun akibat kaget dengan perlakuan Suga.

" I mean...," lanjut Suga menggeram sedikit mengontrol perasaannya.

"Akting mu! Itu keterlaluan! Apa tidak ada cara lain? Haruskah kau melakukan itu semua? Lalu bagaimana caramu pergi darinya?" bentak Suga pada akhirnya.

Sorot matanya terlihat penuh amarah. Siapapun yang menatapnya serasa terbakar. Seperti Wendy saat ini.

Wendy hanya diam, tidak tahu apa yang harua ia katakan. Wajahnya memanas, takut, kecewa. Ia juga menyadari perbuatannya. Untuk pertama kalinya dalam seumur hidupnya melakukan adegan itu.

Tapi kenapa Suga sangat marah? Bahkan ini pertama kalinya Suga berkata panjang lembar kepadanya. Munghujani pertanyaan-pertanyaan yang tidak penting sebagai seorang partner misi di saat akubberhasil menyelesaikan misinya.

"Apa maksudmu? Kau bukan siapa siapa ku, kita hanya partner. Bahkan suami-istri hanyalah akting," ujar Wendy memberanikan diri walaupun masih terdengar terbatah-batah.

Ekspresi wajah Suga mulai tenang. Sepertinya ia berhasil mengontrol amarahnya.

"Aku berjanji pada ayahmu untuk menjagamu. Mengembalikan mu dengan keadaan utuh. Tidak terkecuali membuatmu berbadan dua dengan aksimu seperi tadi."

Hah. Ternyata hanya janji anatara bos dengan pesuruhnya. Takut mati, huh?.

😎😎😎

So? Ini next chapternya..
Jadi menurut kalian Suga gimna? Takut mati di tangan bapaknya Wendy?

Vote and comment jangan lupa.

Kedua itu selalu menjadi penyemangan Rara buat nulis. Semakin semangat Rara nulisnya, semakin cepat juga publish nya..

Oh iya, jangan lupa recommend cerita ku ke yang lain juga. Makin rame makin seru.😬😬😬

Thankyou 😊
See you in next chapter😙

[✔] Not Only Partner || WENGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang