7. Hawaii: My bulletproof

5K 698 22
                                    

VOTE -- COMMENT
.
VOTE -- COMMENT
.
VOTE -- COMMENT
.
.
.

Suga dan Wendy masih tetap berada di ruangan itu. Suasananya masih tegang. Tidak ada senyum yang tercetak di wajah keduanya.

Suga yang telah kembali dari ajakan Jhon semakin murung. Terlihat semakin banyak beban yang harus dipikulnya. Sesekali melamun memikirkan semua ucapan Jhon yang dilontarkan waktu itu.

Suga mengintip keluar jendela. Melihat situasi diluar mansion. Sesekali melihat Wendy yang tertidur pulas di sofa panjang. 

Suga pun memutuskan untuk duduk di single sofa di samping Wendy. Mengusap wajahnya terus-menerus menandakan ia sedikit gusar.

Kau anak mereka. Apa menurutmu kau patas melakukan ini semua? 

Kata kata Jhon terus saja mengiang di otak Suga.

Apa dengan seperti ini, kau bisa merasa bertanggung jawab? Kau pastinya sangat tahu kenapa Martin menyuruhmu yang melakukan misi ini.

Suga sudah tidak tahan. Kepalanya serasa hampir pecah. Ia semakin meremas rambutnya berharap seluruh perkatakan Jhon menghilang dari kepalanya.

"Suga?"

Suara Wendy membuyarkan pikiran Suga. Wendy baru saja terbangun dan melihat Suga yang tampak frustasi. Tapi beruntunglah Wendy sudah terbangun, tidak membiarkan Suga sendiri dalam kesunyiannya sendiri dan semakin larut dengan perkataan Jhon. 

Suga menatap Wendy sambil memaksakan sedikit senyuman. Membantunya bangun dari tidurnya. 

"Kau sudah baikan? Kita harus kabur!" ajak Suga yang di balas anggukan pelan dari Wendy.

"Tapi bagaima-,"

Sebelum Wendy menyelesaikan kalimatnya, Suga langsung menarik lengan Wendy.

Mereka berdua masuk ke suatu kamar di ruangan lain yang tertutup tirai. Ruangan kosong tak berpenghuni. Kejelian Suga saat mengoreksi seluruh sudut rungan, ia menemukan celah untuk kabur.

Di ruangan lain itu terdapat lubang udara yang cukup muat untuk manusia. Baik Wendy maupun Suga menatap langit-langit ruangan di mana lubang udara itu terlihat. Walaupun Suga tampak ragu, tapi hanya ini jalan keluar satu satunya.

Suga mengambil kursi kayu bekas yang diduduki Jhon sebelumnya. Suga menaiki kursi itu kemudian mengisyaratkan Wendy untuk ikut naik dengannya. Posisi mereka sangat berhimpitan mengingat hanya satu kursi sebagai tempat berpijaknya mereka berdua.

Mereka saling diam untuk sementara waktu. Posisi mereka yang terlalu dekat, membuat mereka seperti saling berpelukan. Entah suasana apa yang terjadi, tapi hal ini mampu membuat jatung keduanya berdegub tak karuan.

"Kau naik duluan," ucap Suga memecah suasana yang hanya dibalas anggukkan.

Suga menghadapkan tubuhnya ke arah Wendy. Menyodorkan terlapak tangannya sebagi tempat Wendy bepijak untuk naik ke langit-langit.

Saat Wendy ingin menaiki suga, ia berhenti lagi,"Apa kau tahu rutenya?" tanya Wendy yang tetap was-was.

"Aku sudah menghafal denah mansion."

"Tapi denah mansion dan denah lubang udara kan beda!"

"Aku lebih jenius dari mu. Cepatlah naik!" suruh Suga yang mulai kesal.

Tapi bukanya menuruti Suga, Wendy masih tetap ragu, "Kau yakin?"

"Semoga kau tidak berat," balas Suga dingin yang sudah bosan dengan perdebatan ini

[✔] Not Only Partner || WENGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang