05

1.1K 201 5
                                    

Setelah selesai kuliah seharian kyungsoo langsung menuju toko kue. Hari ini toko milik kyungsoo ditutup lebih awal karna hari ini jadwal check up ummanya.

"Bagaimana umma? Sudah siap?" tanya kyungsoo dengan semangat menggandeng ummanya. Umma kyungsoo tersenyum.

"Umma bukan anak kecil, soo. Umma tidak akan hilang" kata umma kyungsoo.

"Hihi tak apa umma. Soo hanya senang menggandeng umma seperti ini" kata kyungsoo. Mereka menuju halte bus untuk naik bus ke rumah sakit pusat kota. Rumah sakit yang biasa kyungsoo kunjungi bersama ummanya.

Setelah sampai, mereka sudah mengantri, beruntung antrian mereka tidak mendapatkan nomor banyak.

"Nyonya Do!" seru perawat memanggil nama umma kyungsoo.

"Kajja umma!" ajak kyungsoo antusias menggandeng tangan ummanya. Umma kyungsoo berjalan perlahan mengikuti langkah kyungsoo.

"Apa kabar soo?" tanya dokter pada kyungsoo. Dokter yang merawat umma kyungsoo sudah hafal dengan kyungsoo, mereka dekat karna kyungsoo pernah menolong dokter itu ketika mobilnya mogok dijalan.

"Baik, dok" sahut kyungsoo.

"Bisa kulihat hasil rotgennya?" tanya dokter pada kyungsoo dan ummanya. Sebelum mengantri di poliklinik tadi kyungsoo dan ummanya melakukan rotgen tulang belakang dulu.

"Ini dok" kyungsoo menyerahkan hasil rotgen. Dokter menerima dan menaruhnya disebuah kotak dengan nyala lampu putih. Beberapa saat sang dokter mengamati hasil rotgen dihadapannya, kemudian Dokter itu menghela nafasnya sejenak dan menatap kyungsoo dan ummanya bergantian.

"Bagaimana dok?" kali ini yang bertanya umma kyungsoo.

"Umma harus di chesy" kata dokter.

"Chesy?" tanya kyungsoo.

"Ini hanya menyuntikan sebuah penghilang rasa sakit dibagian punggung. Namun harus dilakukan dikamar operasi" jelas dokter.
Kyungsoo terdiam. Umma kyungsoo kaget kemudian dia melihat kearah putrinya, kyungsoo terlihat syok dan sedih.

"Apa tidak ada cara lain dok?" tanya kyungsoo dengan suara parau karna menahan tangis.

"Jeda diantara tulang belakang ummamu sudah hampir tak ada soo. Mianhae. Itu yang membuat umma sering mengalami nyeri punggung dan mudah lelah" jelas dokter.

"Ta--pi dok".

"Soo~" umma kyungsoo mengangguk dan mengusap lembut rambut putrinya.

"Gwaenchana ini hanya operasi kecil" kata dokter. Kyungsoo menatap ummanya

Kyungsoo menarik nafasnya dalam dan menghembuskannya.
"Baik dok. Jika ini demi kebaikan umma, saya setuju" kyungsoo tersenyum pada ummanya. Dia kaget, syok hatinya tak mampu seakan dia ingin berlari sejauh mungkin. Namun dia harus tegar, ini semua demi ummanya. Umma tercinta, kyungsoo ingin menangis tapi ia tahan. Dia tak ingin ummanya bersedih juga.

"Baik, kita rencanakan untuk chesy hari senin depan" kata dokter.

"Baik dok" kata kyungsoo. Kyungsoo tak begitu kahwatir pada biayanya karna dia sudah memiliki jaminan kesehatan sepeninggalan appanya. Yang ia takutkan adalah ummanya, dia takut terjadi sesuatu pada ummanya selama dikamar operasi. Ia tidak tega.

"Ada obat yang perlu ditebus diapotek. Ini untuk persiapan hari senin" kata dokter sambil menulis resep dikertas dan menyerahkannya pada kyungsoo.

"Gumawo dok" ucap kyungsoo menerima lembar resep dokter, "Kajja umma" ajak kyungsoo.

.

.

Setelah mendapat obat dan pulang, kyungsoo hanya diam dikamar, dia menangis dalam diam. Dia akan memberitahu adiknya nanti jika sudah sampai dirumah.

Women In BlackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang