12. Tentang Aku

19 4 0
                                    

Mereka bilang harusnya aku beruntung.

Dengan semua apa yang aku punya, jika di bandingkan dengan mereka, tentu saja ada perbedaan dengan itu.

Mereka bilang, aku tidak mensyukuri tentang apa yang aku punya.

Tapi, sebenarnya mereka hanya tidak tahu.

Mungkin, yang mereka tahu, aku terlalu banyak mengeluh.

Mengeluh pada satu hal yang aku tidak suka, tetapi mereka tidak memilikinya.

Itu karena mereka tidak benar-benar tahu apa yang aku rasakan.

Saat aku bercerita tentang keluhan itu, ucapan mereka memang benar. Banyak orang di luar sana yang tidak memiliki apa yang aku punya. Banyak orang di luar sana bilang, kalau mereka ingin mempunyai sesuatu seperti itu, hal yang tidak aku suka itu.

Nyatanya, apa yang aku tidak suka, mereka tidak merasakannya secara langsung.

Karena terkadang aku benci jika mereka bilang aku tidak bersyukur.

Ini benar-benar bukan tentang itu.

Mereka tidak merasakan, ketika aku merasa tertekan. Dengan perasaanku sendiri, dengan kondisiku sendiri, dengan fisikku sendiri.

Aku bingung, ketika aku bercerita, tanggapan mereka malah, "harusnya lo bersyukur. Karena banyak orang yang pengen kayak lo, tapi nggak bisa. Kenapa? Keadaan sudah tidak memungkinkan."

Aku tidak menganggap hal itu salah, tapi juga tak menganggap bahwa sepenuhnya itu benar.

Mereka mampu bicara begitu, jika mereka berada di posisi sama sepertiku.

Di tekan. Di tuntut akan sesuatu. Di kekang (aku menganggapnya begini, karena begitu banyak aturan yang harus aku penuhi).

Bahkan ketika aku hanya melakukan kesalahan kecil seperti biji kacang, maka aku akan di beri pencerahan seolah aku telah melakukan zina.

Awalnya, aku merasa itu tidak apa.

Tapi aku merasa begitu muak ketika hal kecil itu kembali terulang karena kesalahanku, tapi aku begitu di tegur dengan kata kasar.

Aku tidak butuh tatapan iba.

Aku tidak butuh saran seperti 'itu' lagi.

Karena saran seperti 'itu' bukan membuatku bangkit, tidak menambah semangatku, dan tidak membuatku tersenyum.

Karena aku merasa bahwa aku adalah orang paling buruk di dunia, seorang pendosa, yang tak pernah keliatan baiknya.

Aku merasa bahwa terkadang, "kenapa aku harus dilahirkan?"

Kenapa di setiap tempat yang aku singgahi, aku selalu tertekan?

Aku tidak butuh saran 'karena orang lain belom tentu...' atau seperti 'orang lain pengen...'

Ini bukan tentang orang lain.

Tapi ini tentang aku.

Bisakah untuk dengarkan aku, tanpa menyebut orang lain?

Ah ya, aku lupa.

Aku membutuhkan orang lain untuk mendengarkan aku. Tetapi orang lain itu tidak ada.

Jadi, aku akan terus berkelut dengan pikiranku sendiri tanpa perlu mencari orang lain.

Unspelled WordsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang