Ketika ada seseorang bertanya, sesal atau rindu?
Aku tidak dapat menjawabnya.
Aku memikirkan itu lagi. Mengulang semua kenangan itu lagi.
Seolah seperti kaset rusak, kenangan itu terus saja terputar oleh ingatannku, yang bahkan ketika aku mengingatnya, hatiku sakit bukan main.
Tetapi, pada suatu waktu, aku pernah berpikir. Apa aku menyesal pernah berbagi perasaan bersama? Jika pada akhirnya yang aku rasakan hanyalah sakit belaka, kenapa aku harus mau berbagi perasaan terhadapnya dulu?
Kadang, rasa sesal itu datang, karena aku tidak ingin merasakan ini. Sesak pada ulu hati yang membuat mataku tak mampu lagi membendung air mata.
Apa benar aku menyesal?
Sesalkah yang aku rasakan, atau rindu yang datang menghampiri?
Kamu yang meninggalkanku.
Kamu yang pergi memilihnya.
Kamu yang dengan mudah berkata, "mari kita akhiri saja."
Lidahku bisa saja berbohong dan berkata padamu bahwa aku baik-baik saja. Nyatanya, suara hatiku tidak begitu. Karena ini begitu terasa menyesakkan.
Kesal, aku mengacak rambut. Bangkit dari kasur, memecah lamunan yang hanya akan mengingat kenangan lalu.
Mencari secarik kertas, menuliskan kata yang terus berteriak dari relung hati.
Semua yang dulu tidak akan terjadi di hari yg akan datang.
Apa yang mau aku sesali?
Keadaan?
Kamu yang meninggalkanku?
Aku yang menerima begitu saja keputusanmu?
Aku yang gengsi memintamu kembali?
Apa dengan aku menyesali semua itu, kamu akan kembali ke sisi ku? Tidak.
Jika sekarang kamu melihat aku baik-baik saja, percayalah itu hanya kepura-puraan semata. Bohong kalau aku bilang aku baik-baik saja tanpamu.
Rindu? Oh sudah pasti, tp apakah dengan rindu aku harus terpuruk memikirkan semua yang telah terjadi? Tidak kan?
Jadi aku putuskan untuk menjalani hidup ku seperti sedia kala, seperti sebelum aku mengenal dirimu :)
-Selamat atas kebahagiaanmu yang baru, kenanganku.-
KAMU SEDANG MEMBACA
Unspelled Words
Short StoryIni hanyalah buku berisi kata-kata yang sulit kamu ucapkan dengan lantang. Tak terbatas. Update suka-suka. Copyright (c) by alda alia