Chapter 4 Revolusi Kehidupan Satou Takeshi

35 3 0
                                    

Hasil ulangan pun dibagi Yoshino-sensei membagi kan hasil ulangan sesuai nama yang dipanggil. Tak kusangka—aku pun juga ikut tegang seperti murid-murid yang lain. Saat mendengar namaku dipanggil, aku segera maju mengambil hasil ulanganku. Kali ini wajah Yoshino-sensei tersenyum padaku. Wah, sebenarnya Yoshino-sensei terlihat tampan saat tersenyum. Mungkin aku tidak menyadarinya karena selama ini dia hanya menunjukkan wajah kesal dan omelan padaku. Aku sampai hampir lupa melihat hasil nilai-nilaiku karena terheran-heran—

(HAAA?!!)

Hasil nilai-nilaiku membuat kedua mataku terbelalak. Aku ini-- apa benar-benar Satou Takeshi?--bagaimana bisa nilaiku dapat sebagus ini?— Rasanya otot-otot wajahku tak tahan untuk membuatku tersenyum lebar. Aku bisa menangis saat ini, nilai yang tertulis di situ—80 matematika, 89 sejarah, 98 bahasa— nilai 98 ?!!! Dan saat membuka-buka hasil ulangan lainnya nilaiku semua 80 keatas. Keajaiban itu benar-benar ada!—Miyako, aku bisa!!!

Miyako tampak tersenyum di sudut ruangan. Teman-teman sekelasku pun ikut kaget, wajah mereka terlihat shock—mungkin bisa dibandingkan dengan wajahku saat pertama kali bertemu dengan Miyako. Di sisi lain, wajah Amano terlihat geram. Mungkin semua orang yang ada di ruangan itu tidak bisa mempercayai kejadian itu, tapi kelihatannya yang paling terkejut adalah—diriku sendiri. Mungkin cap 'anak terbodoh yang pernah hidup sepanjang berdirinya SMA Takeyama' sekarang bukan untukku.

"Yang mendapat peringkat pertama di ulangan kali ini adalah Watanabe Amano..."

Setelah mendengar pengumuman itu dari mulut Yoshino-sensei memang rasanya agak sedikit sakit. Tapi, peningkatan nilai drastis mungkin sudah cukup membahagiakanku.

Miyako tersenyum menyemangatiku, "Takeshi, don't mind.."

"Sedangkan, yang mendapat peringkat kedua di ulangan ini—" wajah Yoshino-sensei berseri-seri saat mengumumkannya, "adalah siswa yang tidak akan kita sangka-sangka,-- Satou Takeshi..."

Seluruh kelas dipenuhi wajah keheranan. Aku pun tersadar kalau dari tadi belum kembali ke bangkuku.

"Sepertinya, Takeshi memiliki cara tersendiri untuk mengejutkan orang-orang yaa.." lanjut Yoshino-sensei,

"Ya sudah, anak-anak. Hari ini sampai di sini saja... bagi kalian yang belum lulus, segera meminta soal perbaikan pada guru mata pelajaran masing-masing. Selamat pada kalian yang telah lulus, pertahankan—tingkatkan prestasi kalian."

Wajah Yoshino-sensei terlihat puas setelah melihat nilai-nilaiku. Dia memang selalu khawatir dengan nilaiku. Sedangkan diriku sendiri belum bisa berhenti tersenyum, padahal pipiku sudah terasa sakit.

Suara kelas kembali ribut— Amano tiba-tiba berdiri. Bangkunya yang terdorong menghasilkan suara keras yang membuat seluruh kelas hening memperhatikannya. Di balik kacamatanya mata Amano memerah berkaca-kaca, tangannya gemetaran.

"APA KALIAN PERCAYA?!!" teriaknya tiba-tiba, "APA KALIAN PERCAYA ANAK SEPERTI DIA BISA MENDAPAT NILAI SEBAGUS ITU?!!"

Aku tertegun, hanya terpatung di bangkuku. Sedangkan seluruh kelas mulai kembali berbisik-bisik,

"Iya, ya... dia bisa saja mencontek, apa lagi ia duduk hanya beberapa bangku di belakang Amano."

"Saat itu, anak yang duduk di sampingnya juga cukup pintar lho.."

"Wah.. Padahal dia akan terkena masalah besar kalau mencontek.."

Tunggu—apa?—bukan—a-aku tidak mencontek, aku benar-benar belajar. Saat itu bahkan aku tidak bermain game selama 2 minggu. Apa mereka tidak mempercayaiku?-- tunggu-- kenapa?

Ghost-senseiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang