Chapter 8 Satou Takeshi dan Persiapan Ujian Akhir

12 2 0
                                    

Selamat membaca(o^∀^o)

Dituduh menyontek memang bukan hal yang menyenangkan. Apalagi, dua kali. Aku hampir saja dikeluarkan dari sekolah. Sepanjang ulangan kemarin aku diawasi jauh lebih ketat. Dibanding murid-murid lain. Aku merasa ini tidak adil. Kenapa Amano sampai melakukan hal yang melampaui keterlaluan ini?—setelah dia membuat Kou pergi, dia menuduhku mencontek—dua kali. Aku harus menghadapi kemarahan ayahku, lagi. Aku merasa semua orang yang sudah bersusah payah percaya padaku, menjadi kecewa. padahal aku diberi kesempatan ini—kenapa aku ceroboh sekali membuat diriku dituduh menyontek lagi?—aku jatuh ke lubang yang sama untuk kedua kalinya... membuat orang tuaku khawatir, membuat guru-guru khawatir, membuat temanku satu-satunya menjauhiku, dan—membuat Miyako menangis.

***

Beberapa minggu lagi, ujian akhir segera dimulai. Liburan Musim dingin bahkan terasa sangat cepat berakhir. Kali ini, Aku akan membuktikan—aku tidak menyontek. Karena itu—aku akan belajar lebih giat.

"Takeshi masih lemah di matematika ya..." kata Miyako sambil membolak-balik kertas ulanganku, "kalau begitu, Takeshi kerjakan latihan ini dari halaman 2 sampai 10, ah, coba kerjakan ulangan-ulanganmu kembali."

"Roger!"

Saat ini, semangatku masih membara. Akibat kejadian penuduhan bahwa diriku menyontek.

Awalnya Yoshino-sensei tidak ingin percaya pada perkataan murid-murid,

"..Aku tidak ingin rumor itu benar. Tapi, aku juga tidak bisa berbuat apa pun karena bukti belum kuat. Takeshi, aku percaya kau sudah berubah. Aku bisa merasakannya. Jangan khawatir. Kalau memang kau tidak mencontek, buktikanlah di saat ujian akhir nanti..."

Di rumah pun ayahku terlihat serius. Ia pasti juga memiliki keraguan. Tentu saja—kalau mendengar kabar anaknya menyontek, pasti orang tua akan khawatir—mungkin marah. Apa lagi Ayahku seorang kepala sekolah. Tapi ibuku dan Yoshino-sensei berhasil meyakinkan ayahku untuk memberiku kesempatan membuktikan bahwa aku tidak menyontek. Dan untungnya, ayahku memberikanku kesempatan untuk membuktikan diri..

Sejak saat itu aku sudah membulatkan niat untuk meningkatkan nilaiku.

"Sudah kuselesaikan..."

"Wah... Takeshi hebat.."

"..."

"Nomor 2 dan 3 salah, pasti Takeshi memakai rumus yang salah.."

"Oh.."

"Di bagian ini harusnya angkanya dikalikan---"

Dan seharian hari itu berisi penuh dengan belajar. Sesekali ibu memanggilku untuk mengambil snack. Ia sangat mendukungku dalam belajarku. Aku bisa merasakan orang-orang yang tulus mempercayaiku, Yoshino-sensei, Ibuku, Miyako, kadang-kadang Yamada-sensei juga menanyakan keadaanku. Walaupun rumor tentang diriku menyebar di seluruh sekolah, aku merasa lega ada orang-orang yang mempercayaiku.

Beberapa minggu berlalu dengan penuh belajar. Ini mungkin bukan masalah besar, berkat hukuman-hukuman Miyako yang kuterima setiap harinya, termasuk di liburan musim dingin yang harus kupenuhi dengan belajar.

"Takeshi, akhir-akhir ini semakin rajin ya," puji Miyako.

"Aku ingin membuktikan pada orang-orang kalau aku tidak bersalah," aku menjawab pujiannya dengan serius. Aku tidak ingin Miyako mengkhawatirkanku lagi.

Miyako terlihat lega mendengarnya,

"Baguslah.. Kalau begitu, pasti Takeshi benar-benar akan mengirimku ke alam baka ya.. Haha.."

Ghost-senseiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang