Chapter 5 Satou Takeshi, Musim Panas, dan Hantu

28 2 0
                                    

"Panaaas!!", keluh Miyako, "Takeshi ayo belikan es krim lagi~"

"Nggak mau!—kau kan sudah makan 5 batang. Lagi pula uang sakuku sudah hampir habis"

"Yah...! Takeshi pelit.."

"Memang nggak punya uang kok!"

"Cari kerja sambilan dong—lagipula liburan ini Takeshi kerjaannya main game melulu..."

"Nggak", aku menolaknya mentah-mentah, "Malas..."

"Takeshi! Kalau begitu—latihan matematikanya jadi 2 kali lipat"

"Hah?!—apa salahku?"

Wajahnya terlihat semakin kesal, "ES KRIM!!!"

"Heeh?!—jadi kau se sadis itu cuma karena es krim?!"

"...", raut kecewa tergambar di wajahnya, "Kalau aku sudah di alam baka—kan aku nggak tau apa masih bisa makan es krim atau nggak—"

Mendengarnya berbicara tentang hal seperti itu, aku semakin merasa bersalah.

(aku ini terlalu baik...)

"Ya sudah—aku turuti keinginanmu...", nafas panjang keluar dari mulutku, "Tapi, Miyako kan juga harus menepati janji mengajariku semua ilmu nge-game..."

"Sip!"

***

Padahal ini liburan musim panas—kenapa aku malah harus jadi penjaga kedai?!!

Hantu itu benar-benar semaunya sendiri... payah!—dia malah tetap tinggal di kamar ber AC sedangkan aku bersusah-payah cari uang untuk membelikannya es krim. Ditambah lagi—dia minta es krim delima. Es krim delima mau cari di mana memang?!!

"Miyako payah!" gumamku sambil mengelapi meja,

"Ooh, jadi Takeshi bilang aku payah..", tiba-tiba ada suara dari belakangku,

"HAAH?!", aku langsung menutup mulutku, untung saja di sana sedang tidak ada pengunjung, "bagaimana kau bisa ada di sini?!"

"Memang kenapa?—kan nggak aneh kalau hantu tiba-tiba muncul..."

"Pulanglah!"

"Nggak"

"Pulang!"

"Nggak," Miyako tetap bersikeras.

(Merepotkan sekali), "Sebenarnya ada perlu apa Miyako sampai mengunjungiku?"

"Latihan matematika.."

"Hah?!—setelah kau menyuruhku bekerja sambilan di liburan ini?"

"Kalau nggak dilatih, bisa-bisa nilai Takeshi turun lho..."

Aku mengingat perkataanku saat meminta Miyako kembali,

"—nilai matematikaku ini masih belum cukup untuk mengirimu ke alam baka..."

Kenapa saat itu aku bisa mengeluarkan kalimat sebodoh itu?!—payah sekali otakku ini. Sekarang aku malah terjebak dalam lingkaran matematika tanpa henti sepanjang musim panas. Aku menyesal—sedangkan wajah Miyako terlihat bahagia menyiksaku dengan tumpukan buku metematika...

Tapi, saat aku melihat wajah Miyako, aku merasa kasihan juga. Keseringan aku bertanya-tanya, kenapa diantara 7,4 miliar manusia yang hidup di Bumi ini dia memilih untuk menggentayangiku?— katanya, kalau diberi jawaban pun aku tidak akan mengerti. Tapi apa boleh buat... sepertinya urusan dunia lain memang di luar kemampuan otak udangku ini.

"Takeshi, kau harus membebaskan diri dari tuduhan itu..."

Ternyata, selama ini Miyako mengkhawatirkanku,

Ghost-senseiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang